Budaya Jatim Dikemas Jadi Objek Wisata


Djoni Irianto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. Jatim

Untuk meningkatkan pengembangan pariwisata Jawa Timur, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur tahun 2010 berencana mengemas budaya di Jatim seperti Musik Tong-tong dari Sampang-Madura dan Tari Panen Padi dari Lamongan, masuk dalam empat objek wisata besar yakni Gunung Bromo, Mess, Shoping dan Golf. Objek-objek wisata itu paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.

Budaya tradisional patut dilestarikan karena merupakan warisan nenek moyang, namun perlu inovasi yang dikembangkan masyarakat itu sendiri, sehingga dapat dijual. Tidak mudah menjadikan Jatim sebagai tujuan utama wi sat a di Indonesia. Hal ini selain karena infrastruktur yang belum memadai, juga masyarakatnya belum terbuka terhadap wisatawan.

Keindahan Gunung Bromo dengan sun set dan sun rise-nya menjadikan wisatawan mancanegara maupun domestik memilih gunung ini menjadi objek pendakian. “Hotel di Jatim yang dinilai murah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provo Jatim, Djoni Irianto.

Di samping itu, pusat pembelanjaan juga tak kalah men ariknya. Hasil survey menunjukkan wisatawan Malaysia bisa menghabiskan uang Rp 40 juta tiap orang sekali belanja. “Barang-barang di Indonesia khususnya Jatim dinilai bagus, berkualitas dan lebih murah dibanding negara-negara lain,” ungkapnya. Golf juga menjadi incaran wisatawan untuk berlibur.

Kelebihan empat objek wisata besar ini diperoleh saat menggelar Majapahit Travel Fair (MTF) 2009 pada 22-29 Mei 2009 di Gramedia Expo Surabaya. MTF tersebut menghasilkan transaksi sebesar Rp 19,8 miliar atau meningkat 17,4% dibanding tahun 2008 yang menghasilkan Rp 16,9 miliar

Musik tong-tong yang berkembang di Madura ini tergolong khas. Alat musiknya tidak hanya tong-tong, tapi dipadu dengan alat musik tradisional lainnya. Seperti, gendang, saronen, dan kelenengan.

Kelompok musik tong-tong yang menampilkan puluhan orang dalam satu regu ini juga menjadi daya tarik. Menariknya lagi, para penabuh dikelilingi dekorasi yang beraneka macam bentuknya. Mereka tampil dengan dekorasi kereta dan kerapan sapi, tampak sekali ciri khas Madura-nya.

Selain itu, Tari Panen Padi dari Lamongan juga tidak kalah manariknya. “Tarian yang menampilkan gerakan lincah dipadu dengan gerakan atraksi lebih diminati oleh wisatawan dari pad a tarian yang gerakanya pelan,” jelas mantan Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim tersebut.

“Pada dasarnya semua tarian bisa dijual ,Namun perlu inovasi agar dapat menarik wisatawan seperti kedua tarian yang gerakannya seperti sirkus itu. Apalagi tarian dari Sampang pernah masuk Muri ,” tambahnya.

 

Sapta Pesona

Untuk menarik wisatawan, Disparta akan melakukan promosi baik di dalam maupun di luar negeri. Ke luar pihaknya bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pariwisata.

“Pariwisata memerlukan dukungan dari pihak lain seperti perhotelan dan restoran,” katanya.

Sedangkan promosi di dalam, dengan cara mengundang wisatawan untuk datang menyaksikan Berbeda dengan promosi keluar, promosi kedalam tidak mengharuskan ada transaksi di dalamnya.

“Budaya tradisional patut dilestarikan karena merupakan warisan nenek moyang, namun perlu inovasi yang dikembangkan masyarakat itu sendiri, sehingga dapat dijual,” ujarnya. Dibangunnya Jembatan Suramadu juga menjadi nilai tambah untuk peningkatan pariwisata di Jatim.

Namun ia menilai sarana dan prasarana yang ada di Jembatan Suramadu belum inemadai terutama penerangannya. “Saya sangat mendukung penambahan penerangan,” paparnya.

Untuk Jembatan Suramadu Provinsi Jatim juga mengadakan kerjasama dengan Provinsi Jawa Barat. Kerjasama ini berupa paket wisata Suramadu yang berupa Tour Wisata Bahari dengan kapal yang menyediakan fasilitas untuk meeting, karaoke, dan wisata kuliner.

Madura yang dinilai sebagai daerah yang dapat dikembangkan wisatanya menjadi prioritas pengembangan, karena juga memiliki objek wisata religi yang saat ini sedang mengalami trend positif. Wisata religi Batu Ampar dan Pantai Camplong di Sampang.

Diakui, tidak mudah menjadikan Jatim sebagai tujuan utama wisata di Indonesia. Hal ini selain karena infrastruktur yang belum memadai, juga masyarakatnya belum terbuka terhadap wisatawan.

Untuk itu Disparta memiliki program untuk menjadikan masyarakat Sapta Pesona. Sapta Pesona oleh Kepala Disparta Jatim ini disingkat dengan ABIS RTK. Ini merupakan singkatan dari Aman, Bersih, Indah, Ramah, Tertib, dan Kenangan.

“Potensi yang luar biasa, tanpa diimbangi dengan masyarakat yang Sapta Pesona, tidak dapat berkembang. Masyarakat Jatim yang saat ini sudah memiliki sifat sapta Pesona ada dua wilayah, yakni Malang dan Kota Batu,” katanya.

Ditekankannya, percuma memiliki objek wisata kalau masyarakatnya belum memberikan rasa aman pada wisatawan. Jangan sampai wisatawan enggan datang kembali, karena faktor keamanan.

“Dengan Sapta Pesona akan memberikan kesan pada wisatawan untuk berkunjung kembali dan melakukan transaksi,” tegasnya. (Robby)

 ‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: POTENSI JATIM,
EDISI 10 TAHUN IXl 2009, hlm. 6

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kesenian, Th. 2009 dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar