House of Sampoerna


PT. Agasam “menjawab” secara konkret arti penting cagar budaya bagi sebuah kota sebesar Surabaya. House of Sampoerna, di JI Sampoerna, bolehjadi kelak akan menjadi ikon Kota Pahlawan ini. Gedung kuno milik perusahaan rokok itu kini telah rampung dipugar, kemudian d1peruntukkan untuk umum. Masyarakat bisa menikmati artefak yang bernilai sejarah tinggi itu tanpa dipungut biaya, narnun wajib berperilaku tertib dan santun.

Sesungguhnya, House of Sampoerna adalah contoh baik di tengah suasana keprihatinan terhadap banyaknya bangunan kuno bernilai sejarah tinggi yang rusak, atau bahkan “hilang”, di ibukota Jatim ini. Gedung peninggalan zaman colonial Belanda, di belakang Lembaga Pemasyarakatan Kalisosok, itu dibangun pada pertengahan abad 19. Keberadaannya setelah dipugar seolah mengawali era gerakan pelestarian gedung-gedung bersejarah dari “aksi kanibalisme”.

Seperti telah diwartakan Jatim News (edisi 13, 21 Juni-4 Juli 2003), Tim Pelestarian Bangunan Cagar Budaya (PBCB) Surabaya yang “dikomandani” Kepala Bapeko, H. Tondojekti, mengakui institusinya seperti baru bangun tidur, meski tim tersebut dibentuk sejak tahun 1996. Pasalnya, “kanibalisme” terhadap bangunan cagar budaya terus berlangsung. Heboh terakhir ketika Stasiun Semut “dikanibal ” dari dalam.

Empat Fungsi

Kompleks bangunan yang sekarang bernama House of Sampurna itu dibeli oleh Liem Seeng Tee pad a tahun 1932. Sebelumnya merupakan panti asuhan yang dikelola oleh pemerintahan colonial Belanda. Setelah dimiliki oleh pendiri perusahaan rokok itu, awalnya digunakan untuk kediaman resmi keluarga Liem SeengTee, sekaligus untuk pabrik rokok. Kini, setelah rampung dipugar, PT Agasam sebagai pengelola gedung tersebut membagi gedung di pojok timur JI.Sampoerna itu menjadi empat bagian fungsi.

Empat fungsi House of Sampoerna, rincinya untuk museum, galeri seni, Akios, dan kafe. Dalam acara pembukaan gedung tersebut Kamis pekan lalu, Katie Sampoerno selaku pelindung mengatakan, Indonesia memiliki sejarah tinggi dan menarik untuk disimak. Termasuk di dalamnya peninggalan budaya dan berbagai karya seni. “Dengan House of Sampoerna ini, masyarakat dapat mempelajari sekaligus menikmati sekelumit perjalanan sejarah Kota Surabaya,” ujar cucu menantu pendiri pabrik rokok tersebut.

Sekarang, auditorium pusat yang lumayan besar (dahulu pernah dijadikan

gedung pertunjukan) dipergunakan sebagai musium. Tiga unit ruang di lantai dasar menampilkan benda-benda koleksi utama, mulai dari foto-foto bersejarah keluarga pendiri perusahaan rokok itu diperkuat dengan perabotan, pakaian, serta barang-barang pribadi.

Di tengah ruang depan ditempatkan replika warung bambu yang merupakan usaha pertama keluarga Sampoerna. Menurut cerita, konon Siem Tjiang Nio, istri pendiri, biasa menyembunyikan uang tabungannya di dalam bambu di warung bambu itu. Barang-barang yang dipajang merupakan barang asli yang memang pernah dipergunakan oleh keluarga pendirinya, seperti sepeda, mesin cetak, dan oven tembakau.

Di balkon atas, para pengunjung bias menyimak proses membuat rokok kretek. Ada lima dara yang sedang melinting, memotong, dan membungkus rokok. Mereka diawasi seorang mandor. Tiap hari mereka bisa melinting sampai 4.000 batang. Dari atas balkon pengunjuing bias melihat 234 orang karyawan sedang bekerja. Para pengunjung juga bisa mencoba melinting rokok sendiri, bahkan mencoba rasanya . Di ruang ini juga tersedia bermacam cindera mata alat linting,  tembakau, cengkih yang sudah dikemas, buku maupun poster-poster.

Daya Tarik Wisata

Di bagian selatan mezzanine terpajang beberapa foto penerima beasiswa

dari Yayasan Sampoerna. Yayasan nirlaba ini berdiri tahun 2001. Misinya memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui prioritas utama, yaitu menyediakan beasiswa bagi pelajar SMU yang berprestasi. Saat ini ,Yayasan Sampoerna merupakan pemberi beasiswa terbesar di Indonesia. Tahun ini ada lima mahasiswa penerima biasiswa yang sedang menempuh studi S2 di Amerika Serikat.

Di bagian sayap timur, pengunjung bias beristirahat sambiI menikmati hidangan khas di Cafe Sampoerna. Dengan sentuhan art deco, serta penataan bernuansa sejarah tempo doeloe, memberikan suasana yang unik.Perpaduan jendela kayu jati yang berumur seabad dengan kaca bermotif, memberikan suasana tenteram bagi pengunjung kafe itu. Aneka hidangan menu Barat dan Asia yang lezat, diiringi live music pada malam hari menambah semaraknya suasana kafe.

Di belakang kafe disulap menjadi galeri seni yang mempersembahkan serangkaian karya-karya seniman Indonesia terbaik. Lukisan yang dipamerkan selalu diupayakan diganti, sehingga para seniman muda yang mempunyai karya bermutu bisa mendapat giliran memamerkan karyanya di gedung ini. Pengunjung juga bisa membeli lukisan yang dipamerkan di galeri dua lantai itu. Pada masa mendatang pameran karya seni lain, seperti keramik dan tekstil juga akan digelar.

“Di samping sebagai wahana sejarah, House of Sampoerna ini dipersembahkan sebagai daya tarik wisata Kota Surabaya, terlebih lokasinya yang berdekatan dengan pusat Kya Kya Kembang Jepun,” kata Albert Wibisono , Chief Operating Officer PT Agasam. Ya, semoga sarat nilai tambah.Tio, Zain

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 21, 24 Oktober -07 Nopember 2004, Tahun I


Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Wisata, Wisata Sejarah dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar