Pesantren Miftachussunnah, Surabaya


 Mengunjungi Pesantren Miftachussunnah Surabaya                       

Dengan llmu hidup lebih bermutu. Dengan agama hidup menjadi terarah. Orang yang tidak berilmu hidupnya sengsara. Maka, mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim. Itulah di antaranya tujuan Ponpes Misftachussunnah Surabaya.

Keberadaannya memang di pinggiran kota, namun kiprah Pesantren Miftachussunnah didalam memperjuangkan Islam sangatlah luar biasa. Aktivitas belajar mengajar ilmu-ilmu agama dan ketauhi- dan, dilakukan setiap hari di pesantren ini. Bila ingin meningkatkan kualitas hidup, datanglah dipesantren ini.

Seperti kebanyakan pondok pesantren pada umumnya. Didirikan di pinggiran suatu wilayah. Kesannya men­jadi pos penjaga keamanan wilayah tersebut. Memang, semua pesantren dibangun dengan tujuan untuk menjaga. Utamanya ketauhidan, dan mengembangkan Islam tujuan umumnya. Begitu juga Pesantren Miftachussunnah Surabaya ini.

Kawasan Tambaksari, yang di sini terdapat stadion sepak bola Gelora 10 November, dulunya merupakan pinggiran kota Surabaya. Kini wilayah ini padat penduduk, dan menjadi sentral kota. Di wilayah ini, ada pesantren tua yang pengasuhnya cukup terkenal di Jawa Timur. Yaitu Pondok Pesantren Miftachussunnah. Pesantren ini mudah ditemukan, karena letaknya .cukup strategis, di Jl Kedung Tarukan No. 100 Surabaya, Jawa Timur.

Pesantren ini didirikan oleh KH Miftakhul Akhyar, yang kini terpilih kembali menjadi Rois Syuriah NU Jawa Timur, periode 2013-2018. Tujuannya untuk menyebarkan Islam di kawasan Surabaya. Uniknya pesantren ini didirikan bertepatan dengan hari pahlawan dan lokasinya tak jauh dari lokasi GOR Gelora Sepuluh No­vember yakni 10 November 1982.

Menurut Jamal, pengurus pondok, awalnya KH Miftakhul Akhyar mengajak ngaji ma- syarakat sekitar di rumahnya. Pengajian dilakukan terus- menerus, begitu pula kegiatan keagamaan. Sehingga makip menarik minat masyarakat untuk belajar. Seiring berjalannya waktu, mulai berdatangan santri-santri yang berasal dari daerah, yang membuat rumah beliau tidak sanggup menampungnya. Hingga pada akhirnya mendorongnya untuk mendirikan pesantren. Sebagai badan hukumnya, didirikanlah Yayasan.

Selain sebagai pondok pesantren, yayasan ini juga mengembangkan pendidikan formal diantaranya Ma­drasah Diniyah, Ibtidaiyah, dan Tsanawiyah.”Berkat keimanan, ketakwaan, keuletan, keyakinan serta kebaktiannya kepada Allah SWT dengan penuh semangat fisabilillah, pondok pesantren ini telah mengalami berbagai macam kemajuan yang membangun hingga saat ini,”jelasnya.

Menurut Jamal, di pon­dok yang memiliki sekitar 150 santri mukim ini selain mewajibkan para santri mengikuti Madrasah, juga mengadakan pengajian kitab-kitab kuning sebagai basic penguasaan hasanah keilmuan klasik. Layaknya kebanyakan Ma­drasah di Indonesia, Madrasah Miftachussunnah juga mengajarkan beberapa disiplin ilmu ke Islaman, seperti Fiqih, tajwid, Aqidah Akhlak, Ilmu Alat (Nahwu-Sharaf), Balaghah Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits, dan ilmu Tasawuf untuk para santri kawakan.

Seiring dengan latar belakang berdirinya, pondok yang hingga kini masih eksis dan kuat dengan metode salafiyahnya, merupakan lembaga pendidikan yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dimana salah satu tujuannya melestarikan dan mengem­bangkan akhlaqul karimah, dan nilai-nilai amaliah sala-fushsholeh.

“Jadi, sasaran yang ingin kami capai adalah untuk mengisi jiwa (Aqlun, Qolbun, dan nafsun) dan memberi bekal kemampuan (Intelektual dan Kreativitas) kepada anak didiknya untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya,” jelasnya.

Karenanya santri secara intensif dibekali dengan berbagai keilmuan yang bersumber dari para ijtihad para ulama terdahulu. “Kitab kuning memang menjadi prioritas di pesantren ini, jika santri sudah -menguasainya maka tahapan selanjutnya akan mudah,” ujarnya.

Proses kegiatan belajar mengajar di ponpes ini juga menitik beratkan pada pelajaran-pelajaran Qowa’id, Shorof, dan Balaghoh. Dengan melestarikan metode bandongan, yakni ustad yang membaca sedangkan murid menyimak dan memberi syakal/harakat. “Insya Allah dengan metode tersebut santri akan cepat menguasai ilmu yang disam- paikan/’katanya.

Qleh karena itu, nama pesantren Miftachussunnah tidak dapat dipisahkan dari sosok kharismatik KH.Miftakhul Akhyar yang dipandang sebagai pesantren induk dan memberikan pengaruh luas bagi perkembangan pesantren dan kegiatan keagamaan islam lainnya di berbagai daerah. 

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: MUSPURMADANI. Edisi, 740

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Surabaya dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar