Tebaran Wilayah Keberadaan Sub-Etnik Surabaya


-2007-

Orang Jawa Sub Etnik Surabaya : Tebaran Wilayah Keberadaan Sub-Etnik Surabaya

Sugeng Adipitqyo

Mengidentifikasi dan menentukan kejatian orang Jawa “Suroboyan” memang cukup susah. Di samping kerumitan pada wilayah kehidupan sub-etnik tersebut, juga persoalan keaslian orang-orang yang ada sekarang, terutama yang hidup di wilayah administratif kota Surabaya. Walaupun demikian , keberadaan orang Jawa “Suroboyoan” cukup kentara. Orang Jawa Timur bagian barat seperti yang berada di wilayah Nganjuk, Madiun, dan sekitarnya menyebut orang Jawa “Suroboyoan” sebagai wong brang wetanan ‘orang seberang timur’.

Sub-etnik Surabaya memiliki identitas yang menonjol berupa bahasa dan seni. Bahasa Jawa dialek Surabaya yang dicitrakan dengan kata arek ‘anak’ dan ungkapan yak apa ‘bagaimana’ dapat memberikan ciri pembeda yang kuat dengan sub-etnik sub-etnik Jawa yang lain di Jawa Timur. Demikian pula ada kesenian ludruk yang dimiliki oleh orang Jawa “Suroboyoan”, juga memberi warna yang berbeda dengan sub-etnik atau pun etnik yang lain. Di samping kedua identitas tersebut orang Jawa “Suroboyoan” juga memiliki tradisi yang turut memberi warna sub-etnikya. Misalnya, tradisi lara pangkon dalam upaya pengantinan adat orang Jawa “Suroboyoan”. Namun demikian tradisi itu sudah banyak bergeser seiring dengan perkembangan masyarakatnya.

Sebagai sub-etnik, orang Jawa “Suroboyoan”, di samping memiliki identitas, tentu juga merniliki wilayah keberadaan dan juga kejatian dirinya. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menguji  identitas sub-etnik Surabaya, tetapi lebih pada upaya untuk mengurai wilayah keberadaan dan kejatian sub-etnik Surabaya. Uraian mengenai kejatian ini akan lebih difokuskan pada persoalan pandangan hidup dan etos kerjanya.

Tebaran Wilayah Keberadaan Sub-Etnik Surabaya
Wilayah keberadaan orang Jawa “Suroboyoan” jauh melampaui wilayah administratif kota Surabaya. Sebagaimana wilayah guyuban bahasa Jawa dialek Surabaya yang tidak melulu di wilayah kota Surabaya, orang Jawa “Suroboyoan”, disamping secara administratif berada di kota Surabaya juga berada di Mojokerto, Sidoarjo, di sebagian besar wilayah Jombang, Gresik, Pasuruan, Batu, dan Malang, serta di sebagian kecil wilayah Lamongan dan Kediri.

Sehubungan wilayah-wilayah tersebut tidak ada isolasi alam yang membatasi satu dengan yang lain atau bahkan dengan wilayah sub-etnik Jawa yang lain, maka batas wilayah itu sulit diberi garis tegas. Luasnya tebaran wilayah orang Jawa “Suroboyoan” atau sub-etnik Surabaya itu menyebabkan mereka terjadinya pengelompokan yang lebih kecil yang menjadikan sub-sub-etnik Surabaya. Pengelompokan sub-sub-etnik itu terjadi disamping faktor wilayah, juga karena faktor interaksi sosial diantara mereka.

Atas dasar keduanya, sub-etnik Surabaya sering mereka kelompokkan menjadi dua sub besar, yakni orang “Suroboyoan” yang andhus Jawa: medhok, asli) dan yang biasa. Sub-sub-etnik Surabaya andhus umumnya berada di pedalaman di berbagai wilayah tebagan sub-etnik tersebut, sedangkan sub-sub etnik Surabaya biasa berada di pusat-pusat kota atau di daerah yang sudah maju pada wilayah-wilayah keberadaan sub-etnik tersebut.

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Pemataan Kebudayaan di Provinsi Jawa Timur : Sebuah Upaya Pencarian Nilai-nilai Positif; editor : Ayu Sutarto, Setya Yuwana Sudikan, Jember: Pemprov Jatim dan Komppyawisda Jatim, 2007. Hlm. 112

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Seni Budaya, Surabaya dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar