MASJID AGUNG DARUSSAALAM BOJONEGORO


masjid-agung-darussaalam-bojonegoro

Lokasi Masjid Agung  Darussalam Bojonegoro terletak tepat di baratnya alun-alun Bojonegoro, tepatnya berada pada Jl. KH. Hasyim Asy`ari No. 21.  Berdekatan dengan berbagai gedung instansi yang ada di Bojonegoro, mulai dari gedung pemerintahan, pendopo, kampus-kampus, Rumah sakit Islam Muhammadiyah, serta beberapa gedung sekolahan, serta pusat perdagangan yakni pasar Bojonegoro. Dari letak inilah membuat masjid  ini  menjadi pusat perhatian tempat.

Lokasi masjid agung Darussalam ini  berdiri tepat di depan pintu masuk alun – alun hanya dibatasi oleh penyebrangan jalan raya saja. Sedangkan Lokasi alun-alun Bojonegoro dapat dicapai dari arah manapun.  Adapun Kabupaten Bojonegoro dari arah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tuban, dari arah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, serta dari arah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Nganjuk, sedangkan dari arah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blora (Jawa Tengah).  Melihat letak itu dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor, roda empat ataupun jalan kaki.

Masjid Agung Darussalam Bojonegoro mengalami beberapa kali pemugaran dan perluasan. Masjid agung Darussalam Bojonegoro didirikan tahun 1825 bertepatan dengan peristiwa perang Diponegoro yang terjadi di Bojonegoro. Berdasarkan sejarah perkembangan masjid arsitektur Masjid di Jawa Timur dibagi dalam tiga periode yaitu zaman Wali, zaman Penjajahan, dan zaman Kemerdekaan, begitu pula Masjid agung Darussalam Bojonegoro. Menurut catatan sejarah pembangunan masjid yang menjadi simbol religius ini di bangun sekitar tahun 1825 oleh para pedagang yang singgah di Jalur Sungai Bengawan Solo. Akan tetapi  berdirinya masjid ini tidak bisa dipisahkan dengan keterlibatan keterlibatan Laskar Diponegoro, sebab sepanjang tepian Sungai Bengawan Solo ketika itu merupakan jalur satu satunya laskar Diponegoro dalam malaksanakan penyerangan gerilyanya, dan Masjid merupakan titik utama.

Salah satu tokoh laskar Diponegoro yang mempunyai sebutan Patih Pahal. Beliaulah yang telah mewakafkan sebidang tanahnya, selanjutnya pada tahun 1825 itulah oleh masyarakat sekitar bersama sisa– sisa laskar Pangeran Diponegoro serta didukung para pedagang pasar Bojonegoro, mulai dibangun sebuah Masjid dan konon sambil perang melawan penjajah di Sepanjang tepi   Bengawan Solo. Pelaksanaan pembangunan masjid saat itu sangat luar biasa, setiap hari masyarakat sekitar bergantian secara sukarela mencarikan material seperti, berupa kayu,  batu kali dan pasir, saat itu material tersebut memang mudah didapat. Selain itu banyak masyarakat juga bergantian memberikan konsumsi pada para tukang. Pada saat itu bangunan masjid masih sangat sederhana semi permanen, hanya bangunan induk pondasinya batu dan semua bagian bangunannya dari kayu termasuk pilar dan dindingnya.

Pemugaran merupakan pekerjaan yang sangat sulit karena dari bangunan-bangunan lama yang diperbaharui kembali, selain mengganti bagian yang rusak juga mengadakan penambahan dan ada pula yang mengurangi dari objek bangunan yang dipugar. Akan tetapi dalam  pemugaran tersebut juga harus menjaga dan melestarikan nilai spiritual dan budaya bangunan yang dipugar.  Oleh sebab itu pada proses pemugaran pelaksanaannya harus jeli dan mengusahakan tidak merubah keaslian dari obyek yang bersangkutan.

Tahun 1925 saat masjid agung Darussalam Bojonegoro berusia ke 100 tahun, dilakukan penyempurnaan bangunan fisik yang dilakukan oleh Kanjeng Soemantri, Bupati Bojonegoro yang menjabat tahun 1916 sampai dengan tahun 1936. Masjid dipugar dengan melengkapi serambi depan, Kantor kenaiban (Kantor urusan Agama ) dan Madrasatul Ulum sebagai upaya pengkaderan umat islam yang sekarang menjadi MIN I Bojonegoro.

Tahun 1955 Republik Indonesia baru genap usia 10 tahun. Untuk itu Bojonegoro sangat membutuhkan sarana pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dibagunlah sekolah rakyat di halaman samping Masjid Darussalam sekarang menjadi SMP Islam.

Tahun 1963 dilaksanakan renovasi, pada bangunan serambi dan lantai masjid, Kantor Urusan Agama Kecamatan dan pagar depan, dengan menggusur bangunan kopel menjadi KUA dan bangunan KUA semula menjadi balai Muslimin yang letaknya disebelah utara masjid. Saat itu Bupati TK II Bojonegoro dijabat oleh H.R. Tamsi Tedjosasmito masa kepemimpinan tahun 1960-1968.

Tahun 1983 dilaksanakan perluasan, menambahan lokasi serambi ke samping dan depan, dengan bentuk hiasan setengah lingkaran mengelilingi serambi masjid baik sisi kanan, kiri maupun depan.  Selain itu juga merenovasi tempat pengambilan air wudlu, sumur dan jamban. Lokasi menara pada awalnya berada di samping kanan masjid dipindah ke bagian halaman depan masjid, karena samping kanan masjid akan digunakan untuk perluasan ruang shalat. Selain itu pintu gerbang di dampingi dua buah mihrab kecil pada sisi kanan dan kiri pintu. Bentuk atap memiliki dua buah atap, pada bagian atap ruang shalat utama berbentuk atap tumpang sedangkan pada bagian serambi terdapat atap kubah. Kubah berbentuk setengah lingkaran, dana pembangunan masjid ini berasal dari:  Bantuan dari Presiden, dari Menteri Agama,  dana NTCR (Nikah, Talak, Cerai. Dan Rujuk) serta dana APBD tahun 1978-1983 masa kepemimpinan Bupatinya Drs. Soeyono. Selanjutnya peresmian dilakukan oleh Menteri Agama Bapak H. Alam Syah Ratu Perwira Negara.

Tahun 1993 dilaksanakan rehab total pada semua bangunan masjid yang kepanitiaannya langsung ditangani oleh Bapak Drs. H. Imam Supardi Bupati KDH TK.II Bojonegoro yang menjabat dua periode tahun 1988-1993 berlanjut tahun 1993-1998. Renovasi meliputi bangunan induk, pilar – pilar dibungkus dengan kayu jati asli, pintu-pintu masjid, ornamen dan asesorisnya diperbaiki, tempat wudhu, perkantoran sampai tempat parkir semuanya direnovasi. Juga dilakukan pemindahan lokasi Kantor KUA, MIN dan SMP Islam,  MIN dipindah ke Jl. Panglima Sudirman,  SMP I dipindah ke Jalan Panglima Polim sedangkan Kantor KUA dipindah ke sebelah selatan Masjid Mojo Kampung. Balai Muslimin juga mengganti dengan pendopo, ruang perpustakaan dan kantor TPQ, pembuatan tempat wudhu baru, pembuatan serambi dan mengalihkan ruang shalat jamaah wanita ke lantai atas, pembuatan menara dan taman dilingkungan masjid. Sumber dana diperoleh dari bantuan Presiden, APBD, NTCR serta infaq Masyarakat yang dikoordinir oleh YASOIMI, juga bantuan dari Gubernur Jawa Timur yang kala itu dijabat oleh H. Bashofi Sudirman, peresmiannya dilakukan oleh Bapak H. Bashofi Sudirman.

Tahun 2014 Masjid Agung Darussalam Bojonegoro mengalami pemugaran besar-besaran menggunakan dana APBD sebesar 40 Milyar. Masa  kepemimpinan Bupati Drs. H. Suyoto, M.Si  yang menjabat dua periode yaitu tahun 2008 – 2013 dilanjutkan pada tahun 2013 – 2018. Pembangunan pada tahap pertama  yang dilaksanakan mulai bulan April 2014 telah menghabiskan dana sebanyak 25 Milyar. Renovasi pada tahap ini hampir seluruh bangunan masjid, mulai dari bangunan induk, serambi, menara, tempat wudhu, ruang perkantoran dll. Dilaksanakannya renovasi tersebut dikarenakan beberapa masalah yang meliputi:

  • Bangunan induk rendah dan kurang luas menyebabkan sirkulasi udara kurang sempurna sehingga udara didalam masjid panas; interior ruang shalat sudah usang, bentuk mihrab setengah lingkaran dibagi dua tempat, dirubah menjadi persegi panjang ke atas menjadi satu tempat, arah kiblat kurang sesuai.
  • Serambi masjid rendah baik bagian kanan, kiri maupun depan, membuat sirkulasi udara kurang sempurna menyebabkan ruanganan panas, lahan kurang luas serta bentuk bangunan di anggap kurang uptodate di zaman sekarang.
  • MCK ( mandi, cuci, kakus ) terletak sebelah kanan serambi masjid menonjol kedepan, antara tempat pria dan tempat wanita menjadi satu hanya disekat dengan tembok saja.
  • Bangunan pendopo yang terletak disebelah kiri masjid kurang berfungsi (dihilangkannya).
  • Bentuk menara menyesuaikan dengan bentuk arsitektur masjid.
  • Bangunan perkantoran masih kurang, baik jumlah maupun luasnya; Membangun sembilan ruang dengan masing – masing berukuran 4 x 4  M2 sebagai kantor Mui, Dmi, Lpptka-Bkprmi, Ta`Mir, Remas, Perpustakaan, Radio, Dan Ruang Pertemuan.

Pada renovasi tahap pertama ini Masjid Darussalam arsitekturnya kelihatan anggun , elegan dan modern, selanjut asesoris dan ornamennya di lengkapi pada rencana pembangunan tahab ke 2 . Renovasi masjid ini tetap melestarikan bangunan lama dengan mempertahankan tetap mempertahankan bangunan induk dan pilar – pilar kayu yang menjulang tinggi karena mengandung nilai historis dan untuk menjaga kelestarian benda wakaf. Bangunan Masjid  berlantai 2 dilengkapi tempat parkir yang luas.

Ruang shalat terdiri dari dua lantai. Lantai  pertama dibagi menjadi 3 wilayah, yakni wilayah mihrab, wilayah liwan pria, dan liwan wanita. Adapun lantai 2 dipakai pula untuk liwan wanita.

Tempat wudhu ada dua bagian sebelah kiri masjid tempat wudhu wanita sedangkan sebelah kanan tempat wudhu Pria, tempat wudhu berkeramik warna abu-abu sehingga jika kotor cepat kelihatan, dilengkapi kolam pembasuh kaki ketika hendak atau selesai wudhu. Penyediaan air lancar dan bersih dilengkapi terdapat beberapa keran air wudhu, fasilitas kamar mandi masjid dilengkapi beberapa gantungan baju ataupun tas dan sebuah cermin.

Serambi masjid berbentuk persegi panjang dan los terdapat dua tiang penyangga atap. Ruang di antara pintu depan dan pintu utama mempunyai atap berbentuk bulat yakni bentuk dalam dari lekungan kubah utama. Ruang serambi ini juga dihiasi oleh 3 buah lampu Kristal dan 2 tangga bagian pinggir kiri dan kanan untuk jalan menuju lantai 2 yakni liwan wanita, dan dua buah kotak amal kecil berbentuk seperti masjid. Warna cat berupa cream membuat masjid ini tampak kelihatan anggun, elegan dan modern.

Pemugaran Masjid Agung Darussalam diresmikan Bupati Bojonegoro H. Suyoto, pada hari Jum’at , tanggal 3 juni 2016. Menandai diresmikannya Masjid Agung Darussalam, H. Suyoto menabuh bedhuk dan menanda tangani prasasti peresmian pemugaran Masjid yang berada di barat Alun-alun Bojonegoro. Acara dilanjutkan dengan tumpengan, sebagai selamatan peresmian. Hadir pada acara tersebut, Wakil Bupati Bojonegoro Setyo Hartono, Kapolres Bojonegoro AKBP Sri Wahyu Bintoro, Ketua MUI Bojonegoro KH. Jauhari Hasan, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta para jama’ah Jum’at Masjid Agung Darussalam Bojonegoro.

Perlu diketahui, Masjid agung Darussalam Bojonegoro saat itu direncanakan bakal dipugar dengan dana 40 miliar. Pada tahap awal masjid dibangun dengan memanfaatkan dana APBD 2014 yang dikerjakan oleh PT. Daman Varia Karya dengan anggaran sebasar Rp 24.580.000,00 (dua puluh empat miliar lima ratus delapan puluh juta). Setelah masjid itu dibangun pada tahap awal di APBD 2014 silam, kemudian muncul aturan dari pemerintah yang melarang fasilitas umum dibangun dengan dana APBD Kabupaten/kota, maka pembangunan Masjid Agung Darussalam hanya dilaksanakan pada APBD induk tahaun 2014 untuk pembangunan tahap ke 2, dilanjutkan oleh pihak masjid sendiri dengan disesuai dengan keuangan yang ada.Untuk pemugaran pada tahun 2014 itu, dengan Luas bangunan Masjid Agung Darussalam yang baru sekitar 2.422 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 3.562 meter persegi. Masjid itu mampu menampung jamaah mencapai 1.100 orang, saat ini Masjid Agung Darussalam memiliki dua lantai.

Secara umum pengaruh tradisi arsitektural asing yang mempengaruhi tradisi arsitektural Masjid Agung Darussalam Bojonegoro adalah arsitektur atau gaya India – Cina – Timur Tengah-Eropa serta ditambah unsur-unsur budaya setempat. Masjid Agung Darussalam jika dilihat dari desain interior dan eksterior memiliki banyak penafsiran pengaruh budaya asing selain dari arsitektural tradisional. Untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai keberagaman tradisi arsitektur bangunan masjid Agung Darussalam Bojonegoro. Unsur-Unsur Budaya yang mempengaruhi Pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro.

Pengaruh arsitektur khas corak Jawa pada bangunan Masjid Agung Darussalam yaitu adanya Bentuk atap tumpang yang berada pada atap ruang utama shalat yang juga menjadi salah satu peninggalan ciri khas masjid pada tahun 1984. Awalnya atap tumpang yang dimiliki Masjid Agung Darussalam berdiri tepat di belakang atap kubah. Akan tetapi bentuk atap tumpang tersebut sekarang sudah mulai dihilangkan, diganti dengan atap kubah utama yang berdiri di atas serambi utama. Atap tumpang dihilangkan karena melihat bentuk fisiknya yang terbuat dari kayu yang dikhawatirkan tidak akan bisa bertahan lama.  Cirikhas lainnya arsitektur corak Jawa adalah empat tiang utama ( soko guru) yang terbuat dari Kayu  dan dihiasi dengan bentuk pasak pada sudut-sudut tiang. Masing-masing pasak tersebut menghubungkan antara soko guru satu dengan soko guru lainnya, Pasak berbentuk ujung tombak yang berhiaskan ukiran tumbuh-tumbuhan menjalar dengan bentuk kubah kecil pada ujung tombak tersebut. Di antara ke Empat soko guru tersebut ditengah-tengah atap terdapat pasak yang berbentuk empat penjuru mata angin yang di pusatkan pada bentuk koin yang berhiaskan ukiran-ukiran bentuk bunga melingkar. Bedug ataupun kentongan merupakan salah satu ciri khas yang ada pada masjid Jawa, berfungsi sebagai pertanda waktu akan shalat.

Kebudayaan Arsitektur Timur Tengah juga tercermin pada Masjid Agung Darussalam Bojonegoro. Bentuk menara Masjid Agung Darussalam Bojonegoro memiliki bentuk Spiral memutar ke atas. Meskipun tidak nampak persis namun menara ini termasuk dalam kategori bentuk menara yang hampir mirip di kota Samarra (Irak). Pengaruh budaya arsitektur Timur Tengah lainnya yaitu bentuk lekung pintu yang terdapat pada pintu serambi depan. Bentuk-bentuk lekung setengah lingkaran melancip juga terdapat pada Serambi Masjid Agung Darussalam  Bojonegoro. Jika dilihat memiliki kesamaan bentuk dengan kubah di Timur Tengah yang juga berbentuk setengah lingkaran. Pada sela-sela pintu terdapat hiasan kaligrafi yang berkeliling di atas pintu. Lafadz dari Kaligrafi tersebut adalah dari Surat Al-baqarah.

Kebudayaan arsitektur Eropa juga mempengaruhi arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro. Hal ini terlihat dari bentuk arsitektur masjid yang terdapat sebuah lampu Kristal utama yang terletak di ruang shalat, hiasan lampu Kristal ini mengelilingi sepanjang ruangan shalat utama, serta juga menghiasi ruang serambi.

Kebudayaan arsitektur Cina juga mewarnai arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro, dilihat pada bentuk ukiran ukiran kayu yang ada pada mimbar, bedug, pintu utama, tiang soko guru juga merupakan salah satu pengapdosian dari kebudayaan arsitektur Cina. Bentuk ukiran kayu tersebut semuanya hampir sama yakni berbentuk tumbuh tumbuhan yang menjalar, bunga serta ukiran berbentuk geometris.

Berikut adalah gambaran tentang elemen hias islam yang diterapkan pada masjid Agung Darussalam Bojonegoro:

  • Dinding pada masjid Agung Darussalam Bojonegoro terbagi tiga, dinding mihrab, dinding liwan yang membatasi area shalat makmum dengan ruang luar masjid, serta dinding pembatas antara liwan area shalat dengan serambi yang terletak di depan. Dinding pada masjid Agung Darussalam ini berbentuk enam persegi panjang yang memiliki hiasan dinding berwarna putih dan jendela kaca, serta pintu yang yang membatasi masing-masing ruang.
  • Mihrab pada Masjid Agung Darussalam berbentuk persegi panjang ke atas menjulang hingga ke atap yang setengah ruang digunakan oleh imam dan letak mimbar sedangkan yang bagian atas digunakan untuk elemen hias mihrab, pada dinding pinggir mihrab yang berhiaskan ukiran bentuk tumbuhan yang berada tepat disebelah barat.
  • Mimbar pada masjid Agung Darussalam Bojonegoro ini berbentuk singasana kecil yang di atasnya terdapat kubah kecil yang menghiasi mimbar. Posisi mimbar ini terletak di dalam mihrab tepatnya disebelah kanan tempat shalat imam. Bahan yang digunakan dalam pembuatan mimbar ini adalah kayu dengan warna asli kayu berpliture. Mimbar ini juga dihiasi oleh ukiran kayu yang bermotif bunga dan tumbuhan dan terdapat pula lambang Allah pada tempat kursi mimbar dan tiga buah anak tangga.
  • Pintu gerbang pada masjid Agung Darussalam Bojonegoro berbentuk persegi panjang yang mengelilingi sepanjang bangunan masjid. Bahan tembok dan besi yang bermotifkan segi lima.
  • Pintu yang ada pada masjid Agung Darussalam ini terdapat tiga pintu utama besar. Pintu utama serambi berbentuk setengah melengkung kubah yang berhiaskan kotak-kotak kecil simetris yang kerap memenuhi bentuk dinding pintu dengan perpaduan warna hijau dan cream. Berbentuk persegi panjang dengan bahan dasar kayu jati yang di pliture dengan elemen hias ukiran simetris. Tiga pintu kembar pada pintu utama masjid agung Darussalam Bojonegoro berhias kotak-kotak kecil. Ukiran ini menghiasi bagian kiri dan kanan pintu utama masjid. Tiga buah pintu utama masjid agung ini menyeleraskan jumlah dari pintu serambi yakni tiga buah pintu serambi depan.
  • Tiang penyangga (Soko Guru) terdapat empat buah tiang penyangga masjid Pada bagian utama masjid yakni pada ruang liwan pria, mulai masjid berdiri hingga mengalami pemugaran berkali-kali tiang ini masih tetap dipertahankan, sebagai simbol dari masjid jawa. Tiang terbuat dari kayu jati yang di pliture dan di hiasi dengan ukiran kayu yang bermotif tumbuhan. Tiang penyangga lainnya terbuat dari bahan tembok terdapat 10 tiang pada liwan pria dan 10 tiang pada liwan wanita. Tiang soko guru terdapat pada ruang shalat utama masjid agung Darussalam Bojonegoro 2 tiang penyangga pada serambi, dan 5 tiang pada serambi sisi kiri, 5 tiang pada serambi sisi kanan. Tiang penyangga ini rata-rata berbahan batu bata dan semen yang kemudian dihaluskan dan dihiasi dengan cat cream serta bagian bawah berwarna putih. Perpaduan kedua warna ini akan terlihat sangat indah dan nyaman untuk di lihat.
  • Langit-langit masjid agung Darussalam ini berbentuk persegi empat yang ditengahnya terdapat kotak-kotak berbentuk persegi panjang. Motif hias yang digunakan berbentuk ukiran-ukiran tumbuhan yang melingkari setiap sudut plafon dengan bahan dasar kayu dan berwarna coklat. Plafonnya sendiri berwarna putih yang terbuat dari asbes.
  • Lantai pada masjid ini penanda shaf menggunakan barisan ukuran lantai marmer yang berbentuk persegi panjang yang sudah ditata sedemikian rupa. Sehingga ukurannya sudah sebesar sajadah untuk shalat. Bahan utama dari lantai adalah marmer yang terlihat seperti mengkilat rapi dan bersih.
  • Lampu yang ada pada Masjid Agung Darussalam Bojonegoro ini terdapat dua jenis, lampu kristal dan lampu biasa, lampu Kristal berwarna putih bentuk mengkrucut ke atas berbahan kaca yang berjumlah 23 buah lampu. Lampu Kristal terletak disetiap sudut ruang masjid, pada bagian ruang utama (tempat shalat) terdapat 12 lampu Kristal, bagian ruang liwan wanita terdapat 8 lampu Kristal dan bagian serambi terdapat 3 buah lampu Kristal. Sedangkan lampu biasa juga menghiasi di sela-sela lampu Kristal berjumlah 16 buah lampu.
  • Ruang shalat liwan wanita memang cukup luas dimana terdapat 8 tiang penyangga, dihiasi oleh dinding tembok yang berlubang-lubang yakni tembok yang bermotif silindris mengelilingi ruangan, agar cahaya dan angin bisa masuk dalam ruangan, untuk memperingan biaya listrik kipas dan lampu. Bagian plafon (langit-langit) liwan ini berbentuk polos yang juga se atap dengan liwan pria.
  • Anak tangga menuju liwan wanita pada lantai bagian dua pada masjid agung Darussalam Bojonegoro berjumlah dua buah terletak pada bagian dalam serambi sisi kiri dan sisi kanan. Anak tangga ini berbentuk persegi panjang dengan tingkat kemiringan 30˚dengan bahan tembok serta kaca dan besi dan berwarna cream.
  • Bedug terdapat dua buah di masjid agung Darussalam berbahan dasar sama dari kayu dan kulit sapi berada pada masing-masing kutub. Bedug yang berukuran sedang biasa digunakan sehari-sehari terletak di serambi sisi kanan, sedangkan bedug yang berukuran besar berhiaskan ukiran-ukiran bermotif tumbuhan dan berujung ukiran bentuk mihrab diletakkan di ruang liwan wanita. Bedug ini berwarna coklat dan berpadu pada warna cream.

Gaya arsitekrur bentuk bangunan Masjid Agung Darussalam Bojonegoro persegi (kotak), membuat masyarakat beranggapan bahwa masjid ini merupakan sebuah gedung pemerintah yang, upaya desain Eksterior yang memperlihatkan bangunan tersebut merupakan bangunan Masjid dicirikan sebaga berikut:

  • Kubah pada Masjid Agung Darussalam ada 3 buah, yang terdiri dari kubah kecil terdapat pada atap ruang wudhu wanita dan pria, Kubah utama terdapat pada atap serambi yang terletak paling depan bagian masjid.
  • Menara menara berbentuk tinggi sudah menggunankan alat pengeras suara (loud speaker) yang diletakkan di atas menara untuk mempermudah terdengarnya suara adzan sebagai tanda masuknya waktu shalat.
  • Pada kompleks Masjid Agung Darussalam Bojonegoro, terdapat pula ruang atau bangunan-bangunan lainnya sebagai penunjang media berdakwah dan melengkapi fasilitas Masjid:
  • Kantor Ta’mir,
  • Ruang Muadzin,
  • Ruang Poliklinik Darussalam,
  • Kantor Remas Masjid Agung Darussalam,
  • Studio radio Darussalam fm 106.8 MHZ,
  • Tempat perkumpulan,
  • Ruang tamu,
  • Ruang Karyawan dan lain-lain. Semua ruangan tersebut
  • Ruang pendidikan atau ruang pertemuan,
  • Ruang pengajian anak-anak (madrasah),
  • Ruang perpustakaan,
  • Ruang kesenian hadrah,
  • Ruang penginapan,
  • Gudang,

Sebelah Barat dalam area Masjid Agung Darussalam Bojonegoro terdapat kompleks makam warga. Tanah makam ini juga pewakafan Patih Pahal (Pangrehing Projo), selain mewakafkan tanahnya untuk pendirian masjid.  Kompleks makam ini bersifat umum Kelurahan Klangon Kecamatan Bojonegoro juga masyarakat sekitar kompleks masjid.

————————————————————————————134N70 nulis DW

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Bojonegoro, Lokasi, Wisata, Wisata Relegi dan tag , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar