Petrus Setijadi Laksono


Setijadi Laksono Hidupkan Kembali Suryanaga Boxing Camp

Semangatnya yang menggebu-gebu dan dedikasinya yang tinggi pada dunia tinju sampai saat ini masih menjadi panutan para insan tinju profesional di Indonesia. Nama Setijadi juga dikenal oleh para tokoh Petrus Setijadi Laksono sudah menjadi petinju pada awal 1950-an sampai tinju  professional yang bernaung di bawah Pertigu (Persatuan Tinju dan Gulat) dilarang oleh pemerintah pada 1961. Ia kembali menjadi petinju amatir dan memperkuat tim Jawa Timur di PON VII/1969 Surabaya.

Setijadi mampu merebut medali emas untuk kelas Berat. Walaupun tubuhnya tinggi besar ia sangat lentur, hingga selalu mampu menghindar dari pukulan-pukulan lawan. Teknik tinjunya bagus dan pertahanannya rapat. Karena itu, ia sulit dipukul oleh lawannya. Setahun kemudian, ia berhasil mempertahankan gelar juara nasional kelas Berat dalam kejurnas di Ujungpandang (Makassar).

Pada 1956 ia menikah dengan Sri Wahyuni Noor (Nyoo Giok Hwa). Ia dikarunia tiga orang anak dan 10 orang cucu. Salah seorang anaknya, Handoyo Laksono, mengikuti jejaknya sebagai petinju antara 1979 – 1981. Setijadi, yang lahir di Malang pada 25 Juni 1934 dengan nama Liem Bwan Sing, sejak usia 13 tahun sudah berlatih tinju di Malang di bawah bimbingan pelopor tinju Indonesia Kid Darlim. Ia mulai naik ring sebagai petinju professional pada 1951 hingga 1956. Ia terpilih sebagai petinju terbaik di Jakarta pada 8 Juni 1956.

Setijadi berhenti sebagai petinju pada 1957. Ia kemudian menjadi promotor tinju mulai awal 1960-an. Ia pernah menjadi promotor bagi petinju terkenal Tan Kok Liem (Suryanaga) ketika bertanding melawan Flash Galego dari Filipina pada 1971. Sejak saat itu, namanya terus berkibar, hingga ia menjadi terkenal sebagai promotor yang sangat aktif. Selama menjadi promotor, ia pernah mengorbitkan anak-anak didiknya di Malang menjadi petinju professional terkenal. Anak-anak didiknya antara lain Wongso Suseno, Didik Mulyadi dan Nurhasyim. Wongso menjadi satu-satunya petinju Indonesia yang mampu merebut juara OPBF (Asia Pasifik) pada 1974. Berkat suksesnya itu, Setijadi dipilih oleh SIWO/PWI Jatim sebagai Pembina Terbaik 1975.

Pada awal 1970-an ia menjadi pelatih tinju Suryanaga setelah pelatih sebelumnya Kid Bellel pulang ke negara asalnya Belanda. Petinju-petinju yang pernah ditanganinya antara lain adalah Kacung dan Wan Djing (semula dilatih oleh Kid Bellel).

Pada 1971 Setijadi mendirikan Sawunggaling Boxing Camp. Promotor pertamanya ketika ia menggelar pertandingan tinju di Surabaya pada 1971 adalah O Herliono. Agar Suryanaga Boxing Camp bisa terus eksis Setijadi menyerahkan jabatan pelatih pada Anton Go. Dengan demikian, petinju-petinju dari Suryanaga bisa tetap berlatih di bawah bimbingan pelatih.

Atas permintaan Ketua Umum PS & OR Suryanga Zulkarnain Kurniawan pada 1979 Setijadi menghidupkan kembali Suryanaga Boxing Camp, la pernah mengorbitkan petinju muda Tio Lie Gien dalam pertandingan melawan Mohammad Zen. Ketika itu, partai utamanya adalah antara petinju asal Singapura B Coldenhoff melawan Saktharong dari Thailand.

Setijadi mempelopori berdirinya Persatuan Manajer Tinju Indonesia(PMTI) pada 15 Maret 1979. PMTI ketika itu berkantor di Grand Park Hotel Jalan Samudra. Sebagai ketua pertama ditunjuk Roy Suyanto, sedangkan dia memegang jabatan Sekretaris Jendral.

Ia juga ikut membidani berdirinya kick boxing Indonesia pada 2 September 1980. Untuk itu, Setijadi mengumpulkan para tokoh olahraga bela diri seperti karate, kung fu, pencak silat dan judo. Organisasi tersebut berpusat di Surabaya. dan badan tinju di manca negara.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Johnny Budi Martono & Mulyono. Buku Peringatan 100 Tahun POR Suryanaga, Surabaya: Suryanaga, 2008. hlm. 37. 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Surabaya, Th. 2008, Tokoh dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar