Sarang Anak, Tradisi Jawa Timur


Yang dimaksud dengan istilah sarang anak adalah seorang ibu yang sering hamil, tetapi setelah melahirkan anaknya, anak tersebut selalu meninggal dunia. Agar anak yang akan datang (yang lahir kemudian) selamat, maka ibu yang bersangkutan harus mengadakan syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Apabila ibu tersebut melahirkan lagi, tembuni bayi yang baru lahir itu tidak ditanam dalam tanah, tetapi dibungkus dan ditaruh di atas blandar (kayu besar yang melintang pada bubungan atau langit-langit rumah). Hal ini disebut dengan istilah tembuni di atas kayangan
  2. Apabila ibu tersebut mengandung lagi, maka bayi yang dikandungnya harus diaku oleh orang lain atau setelah lahir diberikan kepada orang yang telah mengakui itu.
  3. Tembuni bayi yang dilahirkan harus ditanam di rumah yang letaknya berseberangan sungai dengan rumah orang tua bayi tersebut.
  4. Penanaman tembuni dibalik, maksudnya bekas potong­an tali pusat diletakkan di bawah.
  5. Bayi yang dilahirkan sampai dewasa rambutnya tidak dicukur, tetapi dibiarkan memanjang. Setelah dewasa diadakan upacara khusus untuk memotong rambut. Upacara dimaksud untuk anak laki-laki disebut potong gombyok dan untuk anak perempuan disebut potong kuncung.
  6. Mengadakan selamatan sengkolo dengan sajian bubur sengkolo, cokbakal, pisang, bunga setaman.
  7. Mengadakan upacara mbangun nikah yaitu mengada­kan selamatan seperti pada waktu nikah.
  8. Tembuni bayi yang dilahirkan tidak dikubur di rumah, tetapi dikubur di makam.
  9. Mupu anak artinya mengambil anak orang lain dipeli­hara seperti anaknya sendiri.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Upacara Tradisional daerah Jawa Timur. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi Daerah 1983-1984, Surabaya September 1984,

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Seni Budaya, Th. 1984 dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar