Pertempuran Mas TRIP di Ngadirejo 2


Saat-saat meninggalkan Pos Dukuh Dayu

Dukuh Dayu, yang sementara itu boleh dikatakan sebagai tempat yang relatif aman dan terpilih sebagai Pos Pertahanan terdepan dari Sektor Pertempuran Blitar Utara, telah ditempatkan Pasukan dari Peleton II/Kompi I oleh Nono Sanyoto selaku Komandan Sektor.

Tidak terlalu salah bila dikatakan aman, karena selain jauh dari route jalan besar yang sering dipakai hilir-mudik oleh Pasukan Patroli Belanda, juga kedudukan dukuh Dayu dibatasi oleh tanah persawahan, sungai-sungai, dan gerumbul-gerumbul yang sedikit menguntungkan sebagai medan untuk gerilya.

Dukuh Dayu yang berjarak sejauh kira-kira 10 km dari kota Blitar, dan sekitar 3 km dari jalan besar, adalah batas jarak yang minimal untuk kedua belah fihak yang bermu­suhan, dengan menggunakan senjata mesin otomatis ringan.

Keistimewaan dukuh Dayu bukan satu daerah yang subur dan makmur, tapi penduduknya cukup ramah dan bisa menghargai tugas-tugas dan tanggung jawab pasukan gerilya, yang lebih dikenalnya dengan sebutan Mas TRIP oleh sebagian besar penduduk di pedesaan. Antara Pasukan TRIP dan penduduk didukuh Dayu dan sekitarnya seakan-akan merasa saling membutuhkan satu sama lain, sehingga hubungan kedua belah fihak tidak bedanya seperti keluarga sendiri.

Menurut catatan yang tidak pernah terlupakan, pada saat itu tanggal 15 April 1949. Jadi kurun waktu periode Class II. Seperti biasanya teman-teman TRIP sebelum fajar sudah bangun dan siap berkemas, untuk mengambil langkah kegiatan sesuai dengan komando atau gerakan yang ter­paksa dilakukan karena keadaan dianggap darurat.

Fajar pagi saat itu didukuh Dayu terasa agak lain. Sementara teman-teman TRIP yang sudah sempat menyak­sikan pemandangan di langit sebelah timur, ternyata sudah melebihi dari pada keindahan, karena langit disebelah timur tampak kemerah-merahan, hampir mendekati warna merahnya darah para pejuang yang rindu perdamaian tetapi lebih rindu kemerdekaan.

Memang dari lubuk hati mereka selalu berbisik bahwa per­juangan menegakkan kemerdekaan tidak ada pilihan lain kecuali MERDEKA ATAU MATI.

Dari keadaan yang demikian, maka banyak diantara teman-teman TRIP menangkap satu firasat yang penuh tan­da tanya. Apakah gerangan yang harus terjadi pada hari ini, kok seperti ada yang aneh, ada sesuatu yang lain dari pada yang lain.

Namun yang jelas, keadaan yang demikian itu tidak sempat diikuti dengan kehanyutan renungan, tetapi sebalik­nya teman-teman lalu siap bergegas untuk sewaktu-waktu bergerak sesuai dengan komando. Bahkan dengan situasi serta gelagat yang meliputi pikiran teman-teman saat itu, cenderung mendorong kepada masing-masing Regu untuk lebih menajamkan kepekaan dan meningkatkan kewaspa daannya untuk kesiapan dirinya masing-masing.

Memang sementara teman-teman TRIP menghubung kan situasi dipagi hari itu dengan adanya info yang datang dari penduduk kota Blitar, bahwa tentara Belanda telah diperkuat pasukannya, dengan datangnya 1 kompi Pasukan dibawah nama kesatuan Prinses Irene Brigade yang diper­lengkapi.persenjataan lebih baik dari pada sebelumnya.

Belum habis berpikir, sekitar pukul 06.30 kesunyian pagi hari itu dengan tidak terduga-duga telah dipecahkan oleh bunyi serentetan tembakan yang datang dari arah tenggara dukuh Dayu bergerak menuju ke utara. Ditaksir jarak tempat tembakan tidak lebih dari 3 km.

Berhentinya bunyi tembakan, menyusul terdengar suara komando dari Nono Sanyoto, agar semua pasukan bersiap-siap meninggalkan Pos Dayu, dan semuanya ber­gerak menuju kearah datangnya suara tembakan.

Yaah tugas baru yang tidak asing lagi, yaitu tugas menghadang iring-iringan Patroli Pasukan tentara Belanda yang menurut perhitungan pada hari itu pasti ditambah lebih besar dan lebih lengkap persenjataannya. Tugas semacam ini lebih dikenal oleh teman-teman dengan istilah “nyanggong”.

Tanpa banyak komentar, Pasukan seluruhnya langsung bergerak menuju kearah tenggara, dan setibanya didesa Bangsri, ternyata teman-teman TRIP dari Pasukan yang lain termasuk Hartawan sudah mengadakan stelling (gelar) disitu. Maka kelompok Pasukan dari Pos Dayu lalu dipe­rintahkan bergerak menuju Ngadirejo yang terletak di sebelah tenggara Bangsri dan lebih mendekati lintas jalan besar yang menghubungkan kota Blitar dan Penataran.

bersambung…………………………………Tugas penghadangan di desa Ngadirejo.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Blitar, Sejarah dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar