Prabu Girindrawardhana


Sang Prabu Girindrawardhana memimpin kerajaan Majapahit dari Kediri. Bagaikan menyambung tali yang tela putus, Shri Girindrawardhana mengembalikan kewibawaan Majapahit yang terlanjur suram.

Seperti yang telah tersurat, bahwa di dalam Kerajaan Kadiri rakyatnya banyak yang memeluk agama Islam. Shri Girindrawardhana tetap memeluk agama Hindu sedangkan putranya Raden Sindura memeluk agama Islam, begitu juga para pengikutnya, sebagian memeluk agama Hindu, sebagian lagi agama Islam, walupun begitu mereka nukun menjalankan pemerintahan.

Shri Girindrawardhana ternyata pandai dalam menjalankan pemerintahan. Dengan tujuan memulihkan kebesaran nama Majapahit dengan memperluas perdagangan bersama bangsa Portugis di Malaka.

Hubungan dagang antara Shri Girindrawardhana dengan bangsa Portugis tadi membuat jengkelnya Raden Patah di Demak Bintara sebab Bangsa Portugis adalah musuh besar Raden Patah.

Melihat suasana yang demikian, putra kemenakan Raden Patah yang bernama Raden Pamekas murid dari Sunan Kudus ingin mencari muka dengan menjatuhkan kewibawaan Raja Girindrawardhana.

Karena belum pernah ke Kerajaan Kadiri, Raden Pamekas bertanya kepada Abdi Pengalasan dari Kadiri. Karena tidak sopan caranya bertanya maka tidak dijawab, sehingga menyebabkan amarah Raden Pamekas. Abdi Pengalasan tewas dipukul dadanya oleh Raden Pamekas.

Raja Girindrawardhana setelah mendengar bahwa Abdi Pengalasan yang menjadi kepercayaan dibunuh oleh Raden Pamekas, beliau marah sekali langsung menyuruh putranya Raden Sindura untuk melawan Raden Pamekas, ternyata Raden Pamekas tidak berani melawan Raden Sindura.

Konon cerita yang ada di Demak Bintara, Raden Patah mendengar berita tentang Raden Pamekas langsung marah dan mengusir Raden Pamekas ke Cirebon.

Menurut petunjuk Sunan Kalijaga, Raden Patah mengutus Sunan Gunung Jati untuk menghadap ke Kadiri. Ada pepatah sebelum kena ikannya keburu keruh airnya. Kedatangan Sunan Gunung Jati dengan para prajurit Demak, dianggap oleh Shri Girindrawardhana akan menyerang Kerajaan Kadiri, selanjutnya Shri Girindrawardhana mengutus Raden Sindura dengan pasukannya untuk melawan pasukan dari Demak, tanpa bertanya terlebih dahulu kedua pasukan langsung bertempur.

Untung Sunan Kalijaga yang selalu mengawasi dari jauh, segera memisah peperangan tersebut. Melihat hal tersebut Shri Girindrawardhana segera mempersilahkan tamu-tamunya Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati untuk membicarakan persoalan pertemuan tersebut.

Selanjutnya Sunan Gunung Jati yang didampingi Sunan Kalijaga menjelaskan bahwa tindakan Shri Girindrawardhana adalah tidak benar, namun beliau tetap bersikeras untuk menjalin hubungan dengan bangsa Portugis. Dalam mengambil titik temu selisih pendapat kedua belah pihak, Sunan Kalijaga mengadu kecerdasan dengan teka-teki.

Apabila Shri Girindrawardhana dapat memecahkan teka-teki Sunan Gunung Jati, berarti Shri Girindrawardhana menang dan dapat melanjutkan perdagangannya dengan bangsa Portugis. Dan bilamana tidak dapat memecahkan teka-teki tersebut berarti kalah dan beliau harus rela melepaskan perdagangannya dengan bangsa Portugis.

Dengan disaksikan oleh para penasehat dari Kadiri serta Sunan Kalijaga ternyata Shri Girindrawardhana kalah dalam adu kecerdasan tersebut. Akhirnya Shri Girindrawardhana rela melepaskan tahtanya dari kerajaan Kadiri untuk menjadi Pertapa di Pasuruan, dan yang menggantikan kedudukan beliau adalah Raden Sindura dengan gelar Adipati.

Konon berakhirnya tahta Shri Girindrawardhana tertera pada tahun 1527. Begini bunyinya yang tertuang dalam tembang (Nyanyian) Asmaradhana, Mijil dan Sinom.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  BANJARAN MAJAPAHIT, Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Jawa Timur, Drs. BUDI UDJIANTO, dkk, Surabaya; 1993.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kesenian, Legenda, Sejarah, Seni Budaya dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar