Bukit Surowiti


Setelah Raden Said menjadi seorang wali berjuluk Sunan Kalijaga, gua ini masih tetap digunakan. Ruang bawah untuk salat dan bermunajat, sedangkan ruang di atas digunakan untuk balai pertemuan para wali. Di ruang gua bagian bawah terdapat petilasan wudlu Sunan Kalijaga, berupa cekungan batu yang dimanfaatkan menampung tetesan air dari dinding gua.

Sungguh tak terduga. Di bukit gersang sarat bebatuan kapur dan dolomit  itu ternyata ada objek wisata menarik. Dari bawah, perbukitan kapur itu terlihat sepi. Tak ada sesuatu yang patut dinilai memikat. Namun, setelah didaki sampai di atas, ternyata cukup banyak penduduknya. Penduduk di puncak bukit kapur itu tinggal di perkampungan kecil, luasnya sekitar 5 ha, di ketinggian 260 di atas permukaan laut. Hal pertama yang menarik, fasilitas umum di perkampungan kecil itu lumayan memadai. Rumah-rumah penduduk dibangun permanen, berjajar. Ada gedung sekolah dasar, fasilitas air bersih, musala, dan warung.

Perkampungan kecil itu berada di kawasan wisata Surowiti, masuk wilayah Desa Surowiti, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Kawasan itu banyak didatangi para peziarah. Mulai dari kalangan pejabat, tokoh masyarakat, ulama, hingga khalayak umum. Konon, ada yang sengaja mencari berkah, mediatasi, kontak roh, dan ada pula yang hanya sekadar ingin tahu. Ada pula pengunjung (peziarah) yang menginap sampai berbulan-bulan. Kawasan wisata Surowiti mudah dijangkau kendaraan roda dua dan empat. Sekitar 37 km dari Surabaya arah barat (dari Gresik 19 km). Kendaraan bisa dititipkan di Kantor Kepala Desa Surowiti. Selanjutnya berjalan kaki sekitar 200 meter. Kawasan ini ramai pengunjung tiap Senin dan Kamis. Tiap bulan Besar dan Suro dilaksanakan acara tradisi di atas bukit. Di kaki Bukit Surowiti terdapat sebuah telaga. Di tepi telaga itu ditumbuhi rumpun-rumpun bambu. Di antara rimbunnya rerumpunan itu, ada serumpun bambu yang oleh penduduk setempat disebut Pring silir (bambu silir).

Menurut cerita masyarakat setempat, telaga tersebut adalah petilasan (situs) Kali Buntung, anak sungai Bengawan Solo. Sedangkan pring silir merupakan tempat Raden Said (nama kecil Sunan Kalijogo) bertapa dan menjaga tongkat Sunan Bonang. Konon, tongkat Sunan Bonang itu ditancapkan ditepi sungai Kali Buntung, dan akhirnya tumbuh menjadi serumpun bambu. Arti sebutan Sunan Kalijaga secara harafiah adalah sunan penjaga sungai yang bertapa di tepi sungai tersebut sampai sekarang pring silir masih dilestarikan, dan oleh sebagian masyarakat dianggap mempunyai kekuatan gaib/bertuah, serta dapat digunakan sebagai penolak balak.

Gua Sunan Kalijaga
Di kawasan tersebut juga berkembang legenda Mpu Supo, seorang mpu (pembuat keris) yang terkenal pada zaman Kerajaan Majapahit. Karya besarnya, antara lain keris Kiai Sengkelat. Mpu sakti itu disebut-sebut sebagai adik ipar sekaligus santri Sunan Kalijaga. Makam Mpu Supo berada di dalam sebuah bangunan cungkup. Banyak yang berziarah di makamnya. Sebagian ada yang menjalankan laku batin untuk memperoleh kesaktian. Di dekat makam Mpu Supo terdapat sebuah gua kecil, konon gua itu kandang harimau milik Ki Singo Wongso, cikal bakal penduduk Surowiti. Di sebelah timur, sekitar 50 meter dari makam Mpu Supo, terdapat Gua Langse. Gua ini mempunyai dua ruangan, ruang atas dan ruang bawah. Gua yang tak begitu besar itu dahulu tempat tinggal dan persembunyian Berandal Lokojoyo, sebutan Raden Said ketika masih menjadi penyamun. Dari Gua Langse, Lokojoyo dapat dengan leluasa mengincar calon korbannya yang sedang melakukan perjalanan di bawah bukit.

Setelah Raden Said menjadi seorang wali berjuluk Sunan Kalijaga, gua ini masih tetap digunakan. Ruang bawah untuk salat dan bermunajat, sedangkan ruang di atas digunakan untuk balai pertemuan para wali. Di ruang gua bagian bawah terdapat petilasan wudlu Sunan Kalijaga, berupa cekungan batu yang dimanfaatkan menampung tetesan air dari dinding gua. Konon, air tersebut mengandung kekuatan magis (bertuah), dan dapat digunakan untuk mengobati segala penyakit. Pada bagian yang paling tinggi di atas Bukit Surowiti terdapat cungkup lengkap dengan pendopo. Di dalamnya ada sebuah makam. Menurut cerita rakyat, di situlah petilasan Sunan Kalijaga ketika menjalani topo ngluweng (bertapa di dalam liang kubur). Banyak peziarah dari dalam dan luar Jawa yang secara khusus berniat mencari berkah, pangkat, atau kemuliaan lainnya. • GM

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 35, 21 Juni-09 Juli 2004, Tahun II 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Gresik, Wisata, Wisata Alam, Wisata Relegi dan tag , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar