Pande Besi “Jimbir”, Kabupaten Nganjuk


Di Tengah Pesatnya Alat Modern, Pande Besi “Jimbir” Tetap Eksis

Adalah Mujiono. Pria hampir setengah abad ini memang patut menjadi teladan bagi kaum muda sekarang ini. Bagaimana tidak. Meski jaman sudah berbeda sangat jauh dengan apa yang awal-awal ditekuninya, namun lelaki asal Dusun Jimbir Desa Sugiwaras Kecamatan Prambon ini tetap eksis dengan keahliannya.

Yakni menjadi pande besi. Hingga saat ini, Mujiono tetap melakukan aktivitasnya membantu petani khususnya. Yakni membuat alat-alat pertanian seperti cangkul, arit, singkal dan rotary pada traktor pembajak. Keahlian yang diwarisinya secara turun menurun, konon diperoleh dari almarhum ayahnya, Yahmin. Menurut sejarah, pande besi Jimbir ini sudah ada sekitar tahun 1938.

Kala itu almarhum Yahmin masih menggunakan prasarana sangat sederhana dan secara tradisonal. Itu dilakoni juga oleh Mujiono yang mengaku mulai belajar sebagai pande besi saat masih duduk di bangku kelas tiga SD. “Waktu itu, hanya memakai pemanas arang dengan menekan alat peniup api. Kemudian berlanjut belajar memegang alat hingga dapat memahat baja dan besi,menjadi tajam serta bisa dimanfaatkan,” kenang bapak dua anak ini.

Seiring perkembangan jaman, alat tradisional yang dipakainya, berangsur beralih ke prasarana lebih modern. Yakni memanfaatkan energi listrik untuk memperlancar dan mempercepat pekerjaan sehingga dapat memuaskan pelanggan. “Karena pelanggan semakin banyak, kalau masih tradisional akan memakan waktu lama dan tidak bisa memenuhi keinginan pelanggan,” ujar Mujiono yang mengaku mengaku bangga dan senang karena dengan kemampuannya dapat mencukupi ekonomi keluarga.

Bahan baku yang digunakan, sejak dahulu sampai sekarang masih tetap sama yaitu besi baja dan arang. Alatnya pun juga tetap sama, yakni penjepit, alat pemukul dan lain-lain. Untuk bahan baku besi baja Mujiono belanja lansung dari Kediri maupun Surabaya. Sementara bahan baku berupa arang sudah ada kiriman dari rekan rekannya yang dapat membuat arang.

Dalam sehari dengan dibantu empat orang temannya, Mujiono mampu menyelesaikan sekitar 40 cangkul dengan upah rata-rata sekitar Rp 18.000 setiap cangkulnya. Setiap hari, bengkel pande besinya dipenuhi oleh pelanggan yang datang dari Kecamatan Pace, Prambon, Tanjunganom, Ngronggot dan Mrican. “Kami punya motto: ‘Kerja cepat mutu tinggi’. Sehingga banyak pelanggan yang puas dengan hasil produk kami,” imbuh Mujiono sembari berharap jika ada bantuan dana dari Pemerintah dapatnya dana tersebut memang tepat sasaran, (mbs)

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: DERAP Ajuk Ladang, Edisi 180 Th. 2008.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Nganjuk, Sentra, Th. 2008 dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke Pande Besi “Jimbir”, Kabupaten Nganjuk

  1. terimakasih gan atas postingan artikelnya jadi menambah pengetahuan saya

Tinggalkan komentar