Gebluk, Kabupaten Pasuruan


Mendidik Anak dengan ‘Gebluk’

GEBLUKPertunjukan kesenian yang biasanya diadakan di sebuah panggung kecil lapangan Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan  menjadi pusat perhatian ratusan warga sekitar. Kesenian Gebluk juga berisi pesan moral yang

bermanfaat bagi warga. Bantal yang digebluki merupakan lambang seorang ibu

yang membangunkan anaknya dari tidur agar segera menjalankan ibadah salat lima waktu. Itu juga berarti membangunkan anaknya untuk berangkat sekolah atau mengaji, alias menimba ilmu.

Ibu-ibu di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan mempunyai cara yang unik dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Mereka menggelar atraksi Kesenian Gebluk, sebuah kesenian khas daerah tersebut yang merupakan warisan leluhur yang turun-temurun sejak ra­tusan tahun silam.

Sekilas kesenian Gebluk mirip de­ngan Hadrah yang dimainkan kaum perempuan. Namun Gebluk memang seni khusus kaum perempuan. Tidak seperti Hadrah yang menggunakan alat musik terbangan, yakni alat musik dari kulit lembu dengan bingkai kayu. Gebluk menggunakan bantal tidur se­bagai alat musiknya.

Sebanyak 10 perempuan duduk dalam posisi bersendekuk layaknya orang sedang berdzikir. Beberapa perempuan membawa bantal lalu di­tabuh (digebluk), sementara yang lain mengiringi dengan tepuk tangan.

Gebluk kian meriah dengan lan­tunan lagu-lagu bernuansa Islami yang mereka nyanyikan dalam baha­sa Madura, bahasa yang sehari-hari mereka gunakan untuk berkomuni­kasi.

Pertunjukan kesenian yang bia­sanya diadakan di sebuah panggung kecil lapangan Kecamatan Rembang itu kontan menjadi pusat perhatian ratusan warga sekitar. Selain langkah

Gebluk juga berisi pesan moral yang bermanfaat bagi warga.

Bantal yang digebluki merupakan lambang seorang ibu yang memba­ngunkan anaknya dari tidur agar sege­ra menjalankan ibadah salat lima wak­tu. Itu juga berarti membangunkan anaknya untuk berangkat sekolah atau mengaji, alias menimba ilmu.

Sementara tepukan tangan me­lambangkan seorang ibu yang sedang memanggil anaknya yang sedang ber­main hingga lupa akan kewajibannya. Maka ibunya memanggil dengan cara tepuk tangan. Hal itu bisa dimaklumi karena di Kecamatan Rembang, seba­gian besar ibu merupakan ibu rumah tangga murni sehingga lebih dekat dengan anak-anaknya.

“Kesenian ini (Gebluk) berisi ajaran akan kewajiban seorang ibu untuk terus menjaga dan menganjurkan anaknya melakukan kebaikan. Acara ini digelar menyambut bulan Ramadhan yang akan segera datang,” kata Ali Sodhikin salah seorang penyelenggara acara di lapangan Kecamatan Rembang.

Kesenian Gebluk, katanya, sudah berumur ratusan tahun, tapi hingga sekarang tetap lestari di Rembang. Nama Gebluk diambil dari bahasa setempak ‘Ngebluk’, yang berarti menabuh.

Dengan kesenian Gebluk, orang tua diharapkan tetap memberi perhatian, pengawasan serta pendidikan baik agama maupun pendidikan sekolah kepada sang anak. (gus)

 SUARA DESA, Edisi 05, 15 Juni -15 Juli 2012, hlm. 22

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kesenian, Pasuruan, Th. 2012 dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar