Kerajinan Kuningan, Kabupaten Bondowoso


Dari Sampah Diubah jadi Berkah
Kerajinan Kuningan Bondowoso0002BONDOWOSO tak hanya menawarkan keindahan kawah Ijen, tapi juga terdapat kerajinan yang sangat terkenal yaitu kerajinan kuningari yang sudah menjadi komoditas ekonomi Bondowoso. Keistimewaan produk kuningari Bondowoso ini adalah kadar mengkilatnya yang lebih awet, tanpa pengolahan tambahan, warna kuningnya dapat bertahan lebih lama. Berbagai macam barang dibuat dari kuningan ini, seperti peralatan rumah tangga, suvenir, hiasan interior rumah, tempat bunga, guci, tempat menyirih, relief lukisan ataupun berbagai macam miniatur binatang.
Kerajinan Kuningan Bondowoso0003Salah satu perajin kuningan itu ada¬lah UD Rizky, terletak di Raya Situbondo 6, Desa Cindogo, Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso. Menurut Lina, pemilik UD Rizky, usahanya merupakan warisan dari orangtuanya dan merupakan generasi ketiga. UD Rizky bisa dibilang salah satu perajin yang sanggup bertahan untuk waktu cukup lama, berdiri sejak tahun 1960-an. Awal pembuatannya berkonsentrasi pada perangkat gamelan Jawa, selanjutnya produksinya berkembang hingga sekarang menjadi beragam jenis. Lina bersama suaminya di UD Rizky berkecimpung di usaka kerajinan kuningan tahun 2000. Bahkan, hasil karyanya sempat diekspor ke Italia, lewat Bali. Begitu ada peristiwa Bom Bali, maka usaha ekspor pun ikut terhenti.
Kerajinan Kuningan Bondowoso0001Bahan baku kerajinan kuningan berasal dari sampah berupa rongsokan yang sudah tak terpakai. Dari pengepul rongsokan, Lina beli bahan baku saat ini antara Rp 45 ribu Rp 48 ribu setiap kilogram. “Setiap kami mengecor, membutuhkan sekitar 1,5 – 2 kuintal rongsokan kuningan. Kalau bahan lagi sulit dan mahal, kami mengecor setiap sebulan sekali. Para pekerja di tempat kami yang berjumlah sepuluh orang, begitu usai mengecor pekerjaan selebihnya fokus pada finishing. Begitu finishing selesai, pengecoran dimulai lagi tutur Lina.
Harga hiasan yang dipajang di showroom UD Rizky berkisar mulai dari Rp 150 ribu – Rp 4.000.750. Kecenderungan pembeli memang tergan- tung musim, kadang yang laris model binatang atau hiasan. “Untuk bulan- bulan seperti ini, saat orang banyak mengadakan hajatan perkawinan, maka yang laris manis adalah tempat siraman atau hiasan kursi. Begitu juga pembelinya, tak terbatas dari Bondowoso saja tetapi hampir seluruh kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah serta
Jogjakarta pernah membeli di tempat kita,” jelas Lina.
Kini, perajin kuningan di Bondowoso ini banyak yang gulung tikar. Kalau dulu jumlahnya puluhan, kini tinggal lima perajin saja. Itu pun tiga perajin berada di Desa Cindogo, dan dua lagi di desa seberang, yaitu Desa Jurangsapi. Semakin jarangnya perajin kuningan ini, keluhannya semua hampir sama, yaitu mahalnya harga bahan baku. “Kendalanya memang pada bahan baku, dulu harganya hariya Rp 8000/kg, sekarang Rp 48.000/kg/’ tutur Lina.”
Wurita Andaningsih/Fery Wardata

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Majalah SAREKDA Jawa Timur/edisi 021/2014 halaman 32-33

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Bondowoso, Sentra, Th. 2014 dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar