Prabu Brawijaya II


Terdengar berita di Majapahit, bahwa adipati Arya Bangah dari Pejajaran meninggal dunia. Prabu Brawijaya sangat sedih hatinya, kehilangan saudaranya yang tua. Rupanya Baginda telah merasa, bahwa waktu bagi Baginda pun telah dekat. Untuk mengganti. Arya Bangah, maka diperintahkan kepada R. Panular untuk membawa R. Kebobang ke Pejajaran dan melantiknya jadi adipati, tetapi dengan perintah setiap tahun menghadap ke Majapahit. Hal itu telah terlaksana dengan lancar. R. Kebobang telah terlantik, R. Panular telah kembali ke Majapahit membawa segala pusaka keraton Pejajaran.

Lama-lama banyaklah daerah-daerah di luar Jawa yang takluk ke Majapahit, karena takut akan kesaktian R. Panular. Tetapi Baginda tak lama mengecap kebahagiaan/kekuasaan yang besar itu. Tak diceriterakan Baginda telah wafat. Puteranya yang bergelar Pangeran Adipati segera naik takhta, bergelar Prabu Brawijaya (II) seperti ayahnya. Patih Gajah Mada masih tetap pada jabatannya. Anaknya ki patih yang bernama R. Hudara telah menjadi patih di Kediri.

R. Panular pun tak lama kemudian meninggal bersama-sama dengan isterinya. Anaknya dua orang laki-laki, semuanya ditinggalkan di kerajaan Pening.

Pada suatu hari setelah penobatan, Prabu Brawijaya II memerintahkan kepada patih Gajah Mada untuk mengadakan persiapan/pesiar/berburu ke hutan. Patih memberi nasehat untuk menangguhkan dahulu, karena baru saja naik takhta, hendaknya menunggu sampai hati rakyat tentram. Baginda sangat kecewa mendapat nasehat itu. Lagipula ada seorang pengawal raja bernama Ujung-sebatang yang menghasut Haginda terhadap patih Gajah Mada. Baginda memerintahkan Ujung-sebatang untuk membunuh Gajah Mada dengan keris pusaka Baginda yang bernama kyai Jangkung Pacar. Perintah itu dilaksanakan Ujung-sebatang dengan baik pada malam harinya. Keesokan harinya rumah patih dirampok, segala harta benda dan budak pelayan dibawa masuk ke istana. Baginda segera memerintahkan persiapan berburu ke hutan. Tidak lama kemudian berangkatlah Baginda dengan para pengawal tentara dan rakyat.

Tersebutlah perkataan, putera patih Gajah Mada yang telah mendengar tentang nasib ayah dan keluarganya. Hatinya sangat sakit dan mendendam. Kemudian didengarnya pula, bahwa Prabu Brawijaya sedang berburu ke hutan. Dengan hati penuh dendam, ia pergi ke hutan tempat Bagincta berburu. Ketika Baginda sedang terpisah dari pengawal-pengawalnya, R. Hudara segera menyerang Baginda dengan tombak. Baginda jatuh dari kuda, lalu meninggal R. Hudara lari ke Majapahit, lalu menduduki istana dengan rakyat tentaranya.

Mayat Baginda dibawa pulang oleh para pengawal, tetapi dilarang masuk istana oleh R. Hudara, dan terpaksa dimakamkan tanpa upacara kerajaan. Para dipati takluk kepada R. Hudara yang lalu naik takhta. Isteri-isteri Baginda segera dibagi-bagikan kepada para dipati yang berjasa. Hanya seorang yang tak diganggu-gugat ialah permaisud ‘dewi’ Sugiyah, karena adik. Kandung R. Hudara. Waktu itu permaisuri sedang mengandung. ***

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: BABAD TANAH JAWI; Galuh Mataram

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Legenda, Sejarah dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar