Makam Kyai Madyani Ishak, Kabupaten Tuban


Kyai Madyani Ishak dimakamkan di pemakaman keluarga Nglaren, Rengel, Tuban (sebelah barat Pondok Pesantren Darus- sholih).Cerita rakyat Tuban yang sampai saat ini masih dikenal masyarakat adalah kisah kepahlawanan Kyai Madyani Ishak ketika berhasil membinasakan uling putih (sejenis belut sangat besar berwarna putih) di Sendang Beron, Rengel, Tuban.Versi lisan menyebutkan bahwa pada masa kekuasaan Belanda, Sendang Beron berusaha untuk dijadikan waduk sehingga dapat bermanfaat bagi pertanian. Namun, usaha itu gagal karena tanggul yang dibangun selalu jebol. Penyebab jebolnya tanggul itu akhirnya diketahui bahwa seekor uling putih-lah pelakunya.Semua usaha telah dilakukan oleh Belanda untuk membinasakan uling putih tersebut.Namun, usaha itu sia-sia.

Belanda akhirnya mengadakan sayembara untuk membinasakan uling putih.Kyai Madyani Ishak, putra kelahiran Tuban merasa terpanggil dengan pertimbangan bahwa fungsi bendungan itu akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kyai Madyani Ishak bersedia untuk mengikuti sayembara.Syaratnya, beliau minta disediakan satu rakit (dua ekor) kerbau untuk menarik uling putih itu dari dasar Sendang Beron.Setelah berdoa, dengan segenap ilmu yang dimiliki, Kyai Madyani bertarung melawan uling putih.Akhirnya, uling putih itu berhasil dibinasakan. Uling putih kemudian ditali dan ditarik dengan satu rakit kerbau yang telah disiapkan. Bangkai uling putih yang berhasil ditarik dari dasar sendang kemudian dikubur di sebelah barat Sendang Beron.Atas keberhasilannya, Kyai Madyani Ishak mendapatkan sebidang tanah di Santren, Rengel, Tuban.

Pertanyaannya, apakah Kyai Madyani Ishak itu hanya sekedar tokoh fiksi ataukah beliau memang hidup dan berkiprah di dunia nyata? Na’im (1992) menyatakan bahwa figur Kyai Madyani Ishak memang merupakan fakta.Hal tersebut dapat dibaca dari pohon silsilah (bertulis huruf Arab) yang ditulisnya.Kyai Madyani Ishak merupakan menantu dari Kyai Harun (Kyai Sholeh Awwal bin Kyai Qomaruddin) dari Sampurnan, Bungah, Gresik.

Salah satu keturunan yang masih menyimpan silsilah tersebut adalah M. Asyaddul Ghufron Zamroni bin Ahmad Zaenal Muslim Al Mukhtar, warga Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Zamroni menuturkan bahwa Kyai Madyani Ishak adalah putra Demang Jono dari Desa Mayang, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Demang Jono adalah putra Abu Jono bin Kyai Abdul Jabbar dari istri Moyo Kerti. Tokoh Moyo Kerti berasal dari Padangan, Bojonegoro.Beliau putri dari Rowo Bayan.

Kyai Madyani Ishak oleh orang tuanya diperintah untuk ber- guru ilmu agama kepada Kyai Harun/Kyai Sholeh Awwal bin Kyai Qomaruddin di Sampurnan, Bungah, Gresik. Ketika menjadi santri, tanda-tanda keistimewaan yang dimiliki oleh Kyai Madyani Ishak sudah diketahui oleh gurunya yaitu Kyai Harun.Oleh karena itu, Kyai Madyani Ishak kemudian diambil menantu oleh Kyai Harun. Beliau dijodohkan dengan putri ke-4 Kyai Harun bernama Rosiyah.

Mengenai kapan Kyai Madyani Ishak hidup dan berjuang di jalan Allah, hal ini dapat dirunut dari kitab-kitab tulisan tangan berhuruf Arab yang diwariskannya.M.Asyaddul Ghufron Zamroni masih menyimpan enam kitab peninggalan beliau.Kitab yang bersampul kulit itu berisi tasyawuf, fiqih, dan taukhid.Sekilas, isi kitab-kitab tersebut dapat diprediksi sebagai ilmu hasil mengaji di Sampurnan, Bungah, Gresik yang ditulis tangan bertahun-tahun kemudian dibukukan.

Pada Kitab Al-Mukharror yang membahas fiqih, di dalamnya ditemukan angka tahun 1241 Hijriah atau tahun Jim Akhir ditulis di Sampurnan (fi qoryatil kamali= Desa Sampurnan, Bungah, Gresik).

Pada Kitab Ushul ditemukan keterangan: ditulis pada hari Senin Wage, setelah Subuh, bulan Dzulkoqdah, tanggal 20 tahun Alip 1249. Bahkan, ditemukan keterangan pada waktu itu beliau berusia 23 tahun.

Merunut dari tahun yang ditemukan di dalam kitab-kitab peninggalan beliau, keberadaan Kyai Madyani Ishak berkisar tahun 1800-an. Ketika itu, Belanda masih menguasai tanah air.Tuban pada masa itu merupakan wilayah kekuasaan Mataram.Hal ini sebagaimana pendapat Sedyawati, dkk.(1997:41) meskipun masih merupakan daerah kekuasaan Mataram, namun pada tahun 1746 Gubernur Jenderal Imhoff menempatkan Tuban di bawah Rembang. Ketika Deandels berkuasa (1808) Tuban menjadi onderprefect Gresik, kemudian dikembalikan Raftles pada Rembang ketika Inggris menguasai kepulauan Nusantara.

Sumber lisan yang menyatakan bahwa pada suatu ketika Belanda mengadakan sayembara untuk membinasakan uling putih yang mengganggu pembangunan tanggul Sendang Beron, Rengel, Tuban memang tidak ditemukan bukti-bukti sejarah.Namun, setidaknya dengan membaca pendapat Sedyawati, dkk. (1997:9) yang menyatakan bahwa pada waktu Belanda berkuasa, Tuban merupakan wilayah Rembang dibagi kedalam distrik: Bancar, Jenu, Rembes, Rengel, Singgahan, dan Jatirogo menjadi benang merah yang dapat menghubungkan keberadaan Kyai Madyani Ishak dengan masa 1800-an.

Pernikahan KyaiMadyani Ishak dan Nyai Rosiyah dikarunia 9 putra, yaitu:

  1. Nyai Baidloh (istri dari Kyai Abdussalam; santri yang diambil menantu Kyai Madyani).Kyai Abdussalam dimakamkan di Santren, Rengel, Tuban.Sedangkan Nyai Baidloh dimakamkan di Sampurnan, Bungah, Gresik).
  2. Kyai Nawawi (Kyai Sholeh Tsani, makam di Sampurnan Bungah. Pemangku Pondok Qomaruddin yang ke-4).
  3. Nyai Maryam istri Kyai Maulono Nguruan, Soko
  4. Kyai Rawi, Rengel
  5. Nyai Aisyah istri dari Kyai Abdul Karim, Rengel
  6. Nyai Fatimah istri H. Ali, Padangan
  7. M. Qurais, Rengel
  8. Nyai Asiyah
  9. Nyai Khannah (istri H. Hasan dari Ngraho, Bojonegoro)

Tidak ada keterangan yang jelas tentang kapan wafatnya Kyai Madyani Ishak. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga Nglaren, Rengel, Tuban (sebelah barat Pondok Pesantren Darussholih). Di kompleks pemakaman tersebut disemayamkan, antara lain:

  1. Kyai Madyani Ishak
  2. Nyai Rosiyah (istri pertama)
  3. Nyai Azdiyah (istri kedua)
  4. Kyai Abdurrohim (menantu)
  5. Kyai M. Rowi, dan
  6. Nyai Fatimah (istri Kyai M. Rowi).

Haul Kyai Madyani Ishak biasa dilaksanakan pada bulan Muharram, tepatnya hari Kamis setelah tanggal 20 Hijriah. Acara yang digelar pukul 13.00 sampai selesai itu diisi dengan acara tahlil dan pengajian umum.Biasanya dihadiri oleh keluarga dari Pondok Pesantren Bungah, Gresik, keluarga, alim ulama, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar Rengel.

Menurut M. Asyaddul Ghufron Zamroni, peninggalan Kyai Madyani Ishak adalah sebuah langgar yang ada di Santren, Rengel.

Langgar itu telah mengalami berkali-kali pemugaran.Tidak ada sumber tertulis lairmya yang tersisa di langgar yang pertama kali didirikan Kyai Madyani Ishak.

M. Asyaddul Ghufron Zamroni juga menuturkan bahwa keturunan Kyai Madyani Ishak dilarang menanam ubi talas. Alasannya, ada gugon tuhon dari para leluluhurnya, ketika itu ada pohon kelapa yang tiba-tiba tumbang. Secara akal, pohon kelapa itu pastilah menimpa kediaman Kyai Madyani Ishak. Namun, kekuasaan Allah berkehendak lain. Ada serumpun tumbuhan ubi talas yang sanggup menopang pohon kelapa tersebut sehingga tidak menimpa kediaman Kyai Madyani Ishak. Apabila pantangan itu dilanggar, biasanya di sekitar rumah si penanam ubi talas akan banyak ular atau ulat.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TUBAN BUMI WALI: The spirit of harmoni. Tuban, Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban, 2013, hlm. 217

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Th. 2013, Tuban, Wisata, Wisata Relegi, Wisata Sejarah dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

9 Balasan ke Makam Kyai Madyani Ishak, Kabupaten Tuban

  1. masyhudi berkata:

    yang menarik adalah kolofon kitab Muharror : “ditulis pada hari Senin Wage, setelah Subuh, bulan Dzulkoqdah, tanggal 20 tahun Alip 1249. Bahkan, ditemukan keterangan pada waktu itu beliau berusia 23 tahun”. Bulan dan tahun diatas itu diperkirakan tahun 1834 M, sebuah angka yang menunjuk setelah perang Jawa, Diponegoro (1825-1830).Ada kemungkinan, pembuatan waduk Beron (tempat Uling) sebagai bagian dari politik Etis Belanda (Irigasi, transmigrasi dan edukasi).

  2. masyhudi berkata:

    salah ketik: Kitab Muharror, seharusnya Kitab ushul.

  3. ainul yaqin berkata:

    Nyai hannah?kok istri H.hasan?bukannya kyai marzuqi dari malo-bojonegoro.

  4. ainul yaqin berkata:

    Maaf slh maksud sy,hehe…hannah disitu sy pikir hannah b robiah(istri k.abdul hadi) b maryam(istri k.maulana) b rosiyah(istri kyai ishak)

  5. ahmad ali hamdani berkata:

    salam alaikum, sekedar sharing, kalo versi blog menakanggrung mbah ishaq adalah putra dari mayakerti (istri mbah djabar), tp kalo menurut buku mbah djabar yg di tulis oleh abdurrahim izzudin mayakerti (istri ke2 mbah djabar) cuma punya 3 anak: kyai mursyid, kyai anom, nyai ndalem …

  6. husin berkata:

    maaf setahu saya acara haul di ponpes darussholih pada pertengahan akhir bulan suro adalah haul mbah sholeh yg makamnya tepat di barat imaman langgar duwur nglaren rengel tuban
    mohon digali kembali

    • andika pratama berkata:

      Haul di ponpes Darusholeh itu Haul Mbah Sholeh, klo Haul di Santren tu Haul Mbah Madyani Ishak. Tempat dan orangnya beda Kang.

      • Sufi hamdan berkata:

        Yang bikin bingung itu karena Mbah Madyani Ishak menurut tulisan ini dimakamkan di Nglaren jadi cukup membingungkan membedakan antara haul Mbah Sholeh dengan Mbah Ishak, dan yang menjadi pertanyaan itu kenapa Mbah Ishak dimakamkannya di Nglaren nggak di Santren? Padahal menurut tulisan ini Mbah Ishak mendapat hadiahnya di Santren -> “Atas keberhasilannya, Kyai Madyani Ishak mendapatkan sebidang tanah di Santren, Rengel, Tuban”

    • pldklumpit berkata:

      Sejarah autentiknya memang blm ditemukan.
      Namun bisa dilihat bahwa makam di nglaren adalah keluarga mbah madyani.
      Namun dr riwayat keluarga kenapa mbah madyani ada di nglaren?
      Itu adalah tanah milik mbah abdurrohim menantu mbah madyani yg berkhidmad kepada mertuanya dan ingin mertuanya dimakamkan ditanah mbah abdurrohim.
      Sehingga dimakamkanlah mbh madyani disitu

Tinggalkan komentar