Wanawisata Kakek Bodo: Keindahan Area Makam di Hutan Terawat


Dalam hutan yang terawat dan terjaga dari aksi penjarahan, pastilah tersimpan potensi keindahan alam luar biasa. Isinya merupakan perpaduan faktor lokasi, konfigurasi vegetasi, fauna, dan lingkungan. Perhutani Unit II Jatim memiliki hutan macam itu di kawasan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Keindahannya disempurnakan dengan empat buah air terjun, dan batu-batu megalitikum. Di situlah Wanawisata Kakek Bodo berada.

Mengunjungi objek wisata tersebut sangat mudah. Lokasinya antara Surabaya-Malang. Berkendaraan pribadi dari Surabaya relatif dekat, berkisar 60 km. Dari Malang sekitar 50 km. Badanjalan beraspal mulus. Taman Budaya Candrawilwatikta dan Candi Jawi yang berlatar Gunung Penanggungan, mengawali suguhan keindahan panorama alam kawasan Tretes itu. Jalan bertambah curam. Naikturun dan berkelok-kelok tajam. Terbayang, betapa berat dan susahnya (dahulu) membuka kawasan hutan di lereng utara Gunung Welirang tersebut.

Legenda mewarnai kisah perjalanan ke kawasan Tretes itu. “Masyarakat di sini menamai (objek wisata itu) makam Kakek Bodo,” kata Lurah Pecalukan, Sugihardowo, dalam percakapan dengan Jatim News. Dia mengaku tidak tahu pasti kapan sebutan tersebut mulai mencuat. Begitu pula ihwal siapa sesungguhnya orang tua yang dijuluki Kakek Bodo tersebut. Hal yang pasti, sebutan tersebut mengakar kuat di masyarakat setempat, sekuat legendanya, “sekuat” situs makamnya.

Menjadi tidak keliru nama Kakek Bodo dan situs makamnya (sekitar 400 meter dari pintu gerbang) diabadikan menjadi nama objek wisata tersebut. Pasalnya, situs makam dalam kawasan hutan di Kabupaten Pasuruan belahan barat itu memang berdaya tarik wisata. Versi Choirul, petugas jaga di wanawisata itu, Kakek Bodo hidup pada masa colonial Belanda, seputar tahun 1836. “Profesinya” pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kompeni. Konon, dia berkepribadian lugu, jujur, taat beribadat, dan bersahaja.

Kakek itu, entah siapa namanya, digambarkan sangat patuh pada majikan. Segala perintah dikerjakan. tuntas. Uniknya, sebelum ada perintah selesai, tugas terus dijalankani. Pernah suatu ketika, kakek dimaksud ditugaskan menidurkan Si Nonik, anak majikan. Dijaganya terus, walau Nonik sudah pulas. “Bodohnya”, sampai Nonik terjaga lagi, dia masih tak beranjak dari tempatnya semula. “Mungkin, dari keluguan dan kejujurannya itulah dia dijuluki Kakek Bodo (Jawa: bodoh-Red.),” komentar Lurah Sugihardowo.

Lurah asli Pandaan itupun menuturkan kembali legenda Kakek Bodo yang diperolehnya dari kalangan sesepuh desa secara turun-temurun. Dikisahkan, setelah lama mengabdi dikeluarga kompeni yang diduga tinggal di sekitar hutan Lali Jiwa, kakek dimaksud pamit untuk bertapa di lereng Gunung Welirang. Lokasi pertapaannya berdekatan dengan sebuah airterjun. Seluruh anggota keluarga majikannya amat berat melepas kepergiannya. Namun, niat kakek sudah bulat. Menyucikan diri, meninggalkan keduniawian.

Setelah lama berselang. Laku tapa bratakakek tersebut membuahkan hasil. Dia mempunyai daya linuwih (kesaktian) yang tidak semua orang dapat memperolehnya. Masyarakat sekitar memanfaatkannya untuk memecahkan berbagai problema hidup yang mereka hadapi. Antara lain memohon kesembuhan dari penyakit, meminta berkah, keselamatan, hingga nasihat. Lantaran usia lanjut, kakek sakti itu meninggal di lokasi pertapaannya. Sebagai ungkapan rasa terima kasih dan penghormatan, masyarakat setempat merawat makamnya, dan dikeramatkan, karomah (dimuliakan).

Bertahun-tahun kemudian, area situs makam itu malah kian cantik. Lahirlah objek wisata berjuluk Wanawisata Kakek Bodo dalam kawasan hutan yang memang indah, terawat. Malah, tak hanya pas untuk rekreasi, tapi juga olahraga jogging, mendaki, panjat tebing, berkemah, dan memotret bagi yang hobi fotografi. Jalan bertrap batu, naik-turun. Diapit batu-batu megalitikum.Barisan pohon pinus, akasia, kaliandra, dan mahoni, sungguh menyejukkan nafas, mendamaikan hati. Gemercik air Kali Getih menambah rasa tenteram dan sakral. Warisan Kakek Bodo, boleh jadi.      Azmi

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 19, 26 September -10  Oktober 2003, Tahun I

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Wisata dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar