Sejengkal Pantai Banyuwangi Dipertahankan dengan Darah dan Nyawa oleh Pasukan ALRI 0032


Kisah Nyata:

Oleh : Peltu Purn.  Badrus Sjahlana

Dalam rangka memperingati hari ARMADA RI dan hari DHARMA SAMUDRA sekarang ini, patutlah kita bangsa lndoensia umumnya dan warga TNI AL, khususnya berbangga hati melihat kelrampilan dan kemampuan Armada RI yang semakin mantap untuk menjaga dan menegakkan kedaulatan negara kita di laut. Peralatan TNI AL semakin canggih, lengkap dan mutakhir. Baik yang di bawah air, di atas air, di darat maupun di udara. Lebih-lebih lagi kesemuanya itu diawali oleh personil yang terlatih, yang memiliki semangat juang dan profesionalisme. Dengan demikian kita semakin yakin bahwa TNI AL yang kecil tetapi efektif akan dapat menangkal setiap ancaman dan gangguan dari manapun dalangnya, baik dari dalam maupun dari luarnegeri. Bendera JALESVEVA JAYAMAHE sekarang sudah berdiri tegak dan selalu berkibar di seluruh Persada Nusantara tercinta ini dengan anggunnya.

Namun perlu kita sadari bahwa kemampuan dan kesiapan tempur yang tinggi bagi TNI AL ini tidaklah dapat terwujud dengan secara tiba-tiba seperti Aladin dengan lampu wasiatnya, melainkan melalui perjuangan, panjang yang sangat berat penuh dengan halang rintang serta penuh dengan pengorbanan baik harta maupun jiwa.

Sebagai salah satu contoh, marilah kita simak kilasan sejarah perjuangan heroik yang patrioti Pasukan ALRI 0032 yang telah rela kulit dan dagingnya robek, darahnya lumpah bahkan nyawanya melayang demi mempertahankan sejengkal pantai pelabuhan Banyuwangi.

Mungkin banyak diantara pembaca yang belum mengenal Pasukan ALRI 0032. Pasukan ALRI 0032 ini sebagian anggotanya berasal dari pelajar di Kaigun Kokusyo Morokrembangan Surabaya (Penerbangan Angkatan Laut pada zaman pendudukan Jcpang di Indonesia) yang setelah lulus pendidikan ditempatkan di penerbangan Angkatan laut di Lawang (Malang). Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, di mana saat itu terjadi perebutan dan peralihan kekuasaan dari Jepang ke RI, maka para anggota Penerbangan Angkatan Laut baik yang dari Lawang maupun yang dari Morokrcmbangan Surabaya menggabungkan diri ke dalam Badan perjuangan Pemuda Penerbangan Angkatan Laut di bawah pimpinan Letnan Suwarlan.

Pada bulan April 1946 mereka ini diperitahkan oleh Markas Besar Angkalan Laut  di Lawang untuk berangkat ke Jogja guna mengikuti LPTKP (Latihan Polisi Tentara Kementrian Pertahanan) di Markas kementrian Pertahanan RI di Gondokusuman no. 2 Jogjakarta. Selesai mengikuti pendidikan LPTKP selama ±4 bulan, mereka dikembalikan ke Jawa Timur dengan nama pasukan 0032 TLRI (Tentara Laut Republik Indonesia) di bawah pimpinan Letnan Suharto yang markasnya berada di Batu (Malang). Selama di Batu mereka ditugasi menjaga gudang perlengkapan yang tempatnya di atas pasar lama dekal sanatorium, menjaga tempat tawanan Indo Belanda yang masih gadis di Songgoriti dan juga juga tempat tawanan politik kaki tangan Tan malaka di Batu.

Pada bulan September 1946 sebagian dari Pasukan ALRI 0032 ini, yaitu yang dari Seksi 3 dibawah pimpinan Letnan Misman diberangkatkan ke Pangkalan X Banyuwangi dengan tugas utama untuk mempertahankan Pelabuhan Banyuwangi dari ancaman pendaratan agresor Belanda. Selama di Banyuwangi oleh Komandan Pangkalan-X Letkol Abdul Halik. Seksi-3 Pasukan ALRI 0032 ini ditampung di asrama SR Maudi Putri sebelah utara lapangan banyuwangi (sekarang SDN Kepatihan), yang kemudian ditempatkan di asrama Angkalan Laut di dalam komplek pelabuhan Banyuwangi. Tiada berapa lama kemudian Komandan Pangkalan-X Banyuwangi discrah terimakan dari Lelkol Abdul Halik kepada Letkol Tamboto.

Pada bulan April 1947 seksi 3 Pasukan ALRI 0032 ini diganti dengan Seksi-I Pasukan ALRI 0032 di bawah pimpinan Letnan Suleman, yaitu susunan seksinya adalah sebagai berikut:
Komandan Seksi-I      : Letnan Suleman
Komandan Regu-I      : Serma Aspangkat
Komandan Rcgu-2      : Serma Pudjiardjo
Komandan Regu-3      : Serma Wasito
Komandan Regu-4      : Serma Tppin Sugeng
Bintara Staf                  : Serma Y. Basri
Wakil Komandan Regu-I   : Sersan Ahmad Adji
Wakil Komandan Regu-2   : Sersan Supermak
Wakil Komandan Regu-3   : Sersan Sirus
Wakil Komandan Regu-4   : Sersan Sutipto
dan 44 orang anggota Pasukan ALRI 0032.

Seksi-I Pasukan ALRI 0032 inipun sama halnya dengan seksi-3 dengan tugas pokok mempertahankan Pelabuhan Banyuwnagi bersama anggota dari Pangkalan-X Banyuwangi.

Tanda-tanda Pasukan Belanda akan mengadakan pendaratan di pantai Banyuwangi sudah dapat diduga sebelumhya, karena pada bulan Juli 1947 terutama malam hari sering terlihat adanya perahu layar yang mendekati pantai Banyuwangi, baik di dekat Watudodol, Ketapang, Sekowidi, maupun Banyuwangi. Setelah dilepaskan tembakan segera menurunkan layar dan berganti menghidupkan mesin terus lari menghilang. Hal ini memungkinkan karena waktu itu pulau Bali sudah diduduki Belanda.

Menyadari bahwa Belanda akan mengadakan pendaratan di Banyuwangi, maka pasukan kita telah mengantisipasinya dengan membentuk kantong-kantong pertahanan dan perlawanan di tepi pantai Banyuwangi seperti di Watudodol, Meneng, Ketapang, Sukowidi, Banyuwangi dan sebagainya.

Ketika pasukan Belanda mengadakan aksi polisionil pertama tanggal21 Juli 1947 menjelang matahari terbit , pasukan ALRI 0032 dikejutkan oleh suara tembakan dan pelabuhan Banyuwangi  dihujani peluru meriam dari kapal perang Belanda, demikian juga pantai lain seperti Watudodol, Meneng dan Kelapang dijadikan sasaran tembakan oleh kapal-kapal perang Belanda.

Setelah mengetahui bahwa peralatan musuh jauh lebih Icngkap dan modern, serta tidak mungkin dibendung dengan persenjataan yang kita miliki, maka pos-pos pertahanan yang berada di sebelah utara pelabuhan Banyuwangi seperti Gunung Romuk, Watudodol, Meneng, Kelapang dan Sukowidi mengundurkan diri masuk kepedalaman untuk meneruskan perlawanan dengan perang gerilya. Demikian juga Pasukan ALRI 0032 maupun yang dari Pangkalan-X yang bertugas mempertahankan pelabuhan Banyuwangi mendapat perintah dari MB ALRI di Lawang untuk segera mengundurkan diri. Namun perintah untuk menarik diri dari pelabuhan Banyuwangi ini dijawab dengan lantang dan berani oleh Letnan Suleman selaku Komandan seksi : “Tidak, pantai ini akan saya pertahankan sampai tetes darah yang terakhir. Lebih baik mati berkalang tanah dari pada harus dijajah”. Dan kenyataannya memang benar, tekad dan semangat juang yang heroik patriotik ini telah dibuktikan oleh segenap anggota ALRI yang ada di pclabuhan Banyuwangi, khususnya olch Pasukan ALRI 0032. Masih tanggal 21 Juli 1947 sekira pukul 15.00 ketika pasukan kita siapsiap menanti pendaratan pasukan Belanda di depan pelabuhan Banyuwangi, secara tiba-tiba dan mengejutkan di berondong senapan emsin mitraliur dan mortir dari belakang dari arah kota Banyuwangi Semula tembakan-tembakan dari belakang ini diduga salah pengertian. Menurut perkiraan pasukan ALRI 0032, jangan- jangan TRI yang ada di asrama Inggrisan (dalam kota Banyuwangi) mengira Belanda telah mendarat di Pelabuhan, sehingga kita pasukan ALRI 0032 ditembaki dari belakang dikira pasukan belanda. karena itu Komandan Regu-2 Serma Pudjiardjo langsung naik ke atas tempat perlindungan memegang bendera kecil merah-putih dikedua tangannya sambil berteriak: “Jangan tembak bung, lambaikan bendera merah putih. Namun apa yang terjadi selanjutnya. Tembakan bukan berhenti malam semakin gencar: Melihat kenyataan ini Letnan menelpon ke pasukan ALRI yang ada di Sukowidi ± 3 km sebelah utara pelabuhan Banyuwangi, ternyata yang menerima telpon justru pasukan Belanda. Seterusnya Letnan Suleman menghubungi TRI yang ada di asrama Inggrisan, asrama inipun sudah dikosongkan. Mereka telah mengundurkan diri kepedalaman tanpa memberi tahu pasukan ALRI 0032 yang berada di pelabuhan Banyuwangi.

Setelah para penembak dari arah belakang menyeberangi jembatan pelabuhan, tampak jelas bahwa mereka bukan TRI, tapi pasukan KNIL Belanda yang mengenakan pakaian macan loreng. Menghadapi keadaan yang sangat gawat dan mencekam ini, karena dari arah depan pelabuhan ditembaki oleh kapal perang Bel anda, dari belakang diberondong senapan mesin metraliur dan mortir, sedang dari udara dihujani bom oleh pesawat Belanda, tiada pilihan lain bagi pasukan ALRI 0032 harus bercibaku untuk melawannya dengan semangat banteng Ketaton. Komandan Seksi Letnan Suleman berteriak memerintahkan Serma Ahmad Adji menembakkan Pom-pom dan kepada Sersan Sirus untuk menembakkan metraliur serta anggota yang lain segera membalas melepaskan tembakan ke arah pasukan KNIL Belanda untuk membendung gerak maju pasukan musuh. Sejak saat itu pertempuran mencapai klimaksnya, karena jarak antara kedua pasukan sudah sangat dekat tidak lebih dari 150 meter. Di kedua belah pihak saling berjatuhan tertembus peluru. Pertempuran mengadu nyawa ini berlangsung sekitar satu jam; sampai akhirnya tidak sebutir pelurupun dimiliki oleh anggota pasukan ALRI 0032. Setelah kehabisan peluru ini, Letnan Suleman memerintahkan anggotanya menyeberangi sungai sebelah selatan pelabuhan. Perlu pembaca ketahui bahwa pelabuhan Banyuwangi ini merupakan delta atau semacam pulau kecil didepan muara sungai yang dikelilingi laut. Namun karena sore hari itu laut sedang pasang, pasukan ALRI 0032 mengalami kesulitan karena muara sungai menjadi dalam. Akibatnya pasukan Belanda dengan mudah nya memberondngkan senjatanya ke arah pasukan ALRI 0032. Tidak sedikit pasukan kita yang hati dan jantungnya tertembus peluru. Muara sungai seketika menjadi merah akibat darah. Sedang lainnya yang lolos dari maut, yaitu 21 orang dari pasukan ALRI 0032 dan seorang dari Polisi Tentara Laut Pangkalan-X tertangkap hidup-hidup. Tanpa mengenal peri kemanusiaan pasukan KNIL Belanda yang kebanyakan pribumi itu mulai melakukan penghinaan dan penganiayaan. Rupanya lupa bahwa mereka itu dilahirkan di bumi kandungan Ibu Pertiwi. Kekejamannya maupun kesadisannya jauh melebihi tuannya. Bayangkan pasukan ALRI 0032 yang tertangkap masih berlumuran darah dipakskan harus melepas pakaiannya sehingga telanjang bulat. Lalu dibariskan dalam keadaan telanjang dipimpin oleh Letnan Suleman. Selanjutnya digiring menuju pos penjagaan sebelah utara asrama pasukan ALRI 0032 di dalam komplek pelabuhan. Di tempat inilah setelah didesak dengan pertanyaanpertanyaan diiringi dengan pukulan dan tendangan membuat semakin parah luka-Iuka yang ada pada anggota pasukan ALRI 0032. Walaupun demikian mereka tetap bungkam seribu bahasa tanpa sepatah katapun menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini menambah semakin sadis dan buas para anggota KNIL yang mengintrograsi pasukan kita. Bahkan Letnan Suleman dan Serma Y. Basri disuruh makan uang ORI dan surat kabar Merdeka. Setalah mereka merasa puas menghina dan menyiksa para patriot bangsa kita, maka sekira pukul 18.30 semua pasukan yang tertangkap ini walaupun terluka parah dan sulit untuk bias berjalan, tetap dipaksakan digiring ketepi laut di sebelah selatan asrama. Di tempat ini terdapat lubang perlindungan tempat senjata pom-pom yang baru tadi pagi digali oleh anggota pasukan ALRI 0032. Dan di tempat ini pula anggota Pasukan ALRI 0032 akan dihabisi dengan cara akan ditembak. Namun sebelum hukuman dijatuhkan, Letnan Suleman sempat protes minta supaya:

1. Diperlakukan sebagai tawanan perang sesuai dengan hukum Internasional.
2. Diberi kesempatan untuk menaikkan Sang Saka Merah Putih.
3. Menyanyikan lagi kebangsaan Indonesia Raya.
4. Memekikkan “Merdeka” tiga kali.

Ke empat permintaan ini tidak digubris, tapi malah diperintahkan tangan ditaruh di belakang badan kemudian diikat dengan tampar bekas tali kelambu asrama.

Cara mengikatnyapun tidak satu persatu tapi digandeng-gandeng satu dengan l ainnya memanjang dan disuruh duduk melingkar membentuk tapal kuda. mendapat perlakuan biadab ini sekali lagi Letnan Suleman protes, namun prates Letnan Suleman ini tidak dijawab dengan kata, melainkan dijawab dengan serentotan Tembakan Ston-gun yang dilepas dari arah belakang oleh pasukan Belanda melalui KNIL cecunguknya. Dengan demikian bertambahkah putra-putra terbaik Ibu Pertiwi berguguran keharibaannya. Dipangkuan Ibu Pertiwi inilah para kusuma bangsa pasukan ALRI 0032 menyerahkan darah dan nyawanya mengawal dan mempertahankan pesisir pantai Banyuwangi demi tegak kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di cintainya. Memang benar mati hidupnya seseorang itu Tuhan Yang Maha Esa lah yang menentukan. Terbukti dari 22 orang yang dijatuhi hukuman tembak ini tidak semuanya gugur. Walaupun para kusuma negara ini sudah berlumuran darah penuh luka di badan belum semuanya menemui ajalnya. Masih ada 6 orang yang lolos dari pembantaian penghianat negara ini. Beliau-beliau inilah sebagai saksi dan pelaku sejarah yang perlu diacungi jempol karena dengan gagah berani merelakan tubuhnya ditembusi peluru demi tegak dan berkibarnya bendera Jalesveva Jayamahe di Persada Nusantara tercinta ini.

Kadar perjuangan yang tiada ternilai harganya ini oleh masyarakat setempat telah dibadikannya dengan jalan membangun makam di lempat gugurya para pejuang bahari itu berbentuk kapal laut dengan tugu kecil sebagai monumentnya.

Pada tahun 1950 Presiden pertama RI Bung Kamo telah menyempatkan diri’ untuk berziarah ke makam Pasukan ALRI 0032 ini dan beliau berkenan pula membubuhkan prasasti dengan tulisan tangan beliau sendiri berbunyi : “Hormatku Padamu Pahlawan” serta beliau tanda tangani dibawahnya. Rupanya Bung Karno ini ingin menunjukkan kepada kita bahwa sebagai pemimpin perlu mewujudkan satunya kata dengan perbuatan . Sebab apa yang pernah beliau kata “Bangsa yang besar adalah bangsa yang memghormati para pahLawannya” telah beliau buktikan dengan mendatangi dan memberi tulisan tangan sebagai prasasti, sebagai hormat beliau kepada para pahlawannya.

Kini pasukan ALRI 0032 sudah tiada. Yang tampak hanya bangunan tua hasil swadaya murni masyarakat. Namun semangat juang dan jiwa patriotismenya masih tetap abadi sebagai warisan nilai-nilai luhur Angkatan 45.

Sebagai penutup ingin penulis teruskan himbauan pengurus BKP Al Banyuwangi agar diantara pembaca dan yang berkenan memugar TMP Pasukan ALRI 0032 ini, sebagai :

1. Penghormatan, penghargaan dan rasa terima kasih kepada para pahlawan pendahulu kita.

2. Pewarisan nilai-nilai luhur angkatan 45 kepada generasi penerus bahwa di makam ini pernah terukir sejarah perjuangan bangsa dimana para prajurit TNI AL dengan gagah berani menan tang maut demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pendorong/penanaman jiwa dan semangat cinta tanah air kepada generasi penerus dalam menerima pelimpahan tugas- tugas dan tanggungjawab penerusan nilai-nilai TNI AL dalam perjuangan nasional untuk mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Semoga
Materi di atas dinukil dari Majalah Gema Blambangan, edisi khusus (076-077), 1997. Koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Sejarah dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar