Monumen di Kembang Kuning, Surabaya


Arek-arek Suroboyo mengenalnya dengan sebutan kompleks makam kembang kuning yang memiliki nama lain Cemoro Sewu ini. terdapat tokoh2 penting yang mewarnai perjalanan sejarah kota Surabaya dan bangsa Indonesia, kompleks pemakaman ini telah ada sejak zaman kolonial belanda tahun 1917 ini. Kompleks makam ini diperuntukkan untuk warga negara belanda (termasuk eropa), masih difungsikan sampai sekarang yang kemudian berkembang menjadi makam pemeluk agama kristen/katolik. makam terluas di asia tenggara, luasnya mencapai 15 hektar.

Ereveld Belanda

Kuburan Londo arek-arek Suroboyo menyebutnya, Komplek pemakan yang dipintu gerbangnya terpasang lonceng ini, adalah   Taman makam kehormatan Belanda atau Ereveld yang berlokasi di tengah-tengah Kristen Kembang Kuning, dibangun saat kolonial Belanda berkuasa di atas lahan seluas lebih kurang dua hectare.

Cukup beralasan bila Taman makam kehormatan Belanda atau Ereveld ini menjadi salah satu objek wisata, karena area tersebut selain banyak menyimpan nilai sejarahkotaSurabaya, banyak pula dijumpai ornamen-ornamen pada bangunan makam serta nisannya  bergaya Belanda yang cukup menarik. khususnya para ahli waris warga Belanda akan berkunjung berziarah untuk melihat makam leluhurnya. Misalnya, Laksamana Madya RL Zuiderwick, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Belanda bersama keluarganya pernah berkunjung.

Kompleks Ereveld Kembang Kuning, yang dikelola Oorlogsgravenstichting atau OGS (Netherlands War Graves Foundation,) merupakan bukti konkret bahwa Surabaya punya lernbaran sejarah yang kaya kisah dari zaman ke zaman. Von Vaber meninggal tahun 1955.  Ereveld pemakaman tentara belanda,  untuk masuk ke ereveld harus dengan ijin dari konsulat belanda. Pemerintah belanda menyewa tanah dan pegawai untuk komplek pemakaman tersebut.

Makam ordo santa ursula, makam ini adalah kumpulan makam para suster dan pastor dari ordo santa ursula sejak kedatangan pertama kali mereka ke jawa sampai sekarang.

Dulu ada gudang balung (tulang), banyak makam belanda yang dipindahkan tengkorak serta tulang belulangnya dan disimpan di gudang balung, namun gudang itu roboh dan semua t tengkorak serta tulang belulang yang tersimpang ikut hancur, sebagian besar makam belanda sudah diambil tengkorak serta tulang belulangnya dan sekaligus harta benda yang ikut dikuburkan (suber: petugas setempat).

Makam G.J. Dijkermann, walikota surabaya tahun 1920-1929, beliau adalah walikota ke-2 surabaya. Di areal tengahnya kompleks makam, terdapat suatu bentuk bangunan menyerupai tugu ataupun monument. Tanda ini lebih dari sekadar monumen diKembang Kuning.

1 April 1906, Surabaya sebagai Resort Gemeente (Haminte) secara resmi mulai berdiri. Sebelumnya Surabaya merupakan bagian dari karesidenan Pemerintah Haminte dijalankan oleh Dewan Haminte yang diketuai oleh asisten residen sebagai Kepala Daerah.

Tahun 1916 diangkat Walikota Surabaya pertama, A. Meyroos yang bertugas sampai tahun 1921. Setelah wali kota yang kedua, G.J. Dijkermann, rencana membangun gedung Balai Kota diwujudkan.

Tahun 1923 Gedung utama Balai Kota di Taman Surya di daerah Ketabang itu dibangun.

Tahun 1927, mulai ditempati. Arsiteknya ialah C. Citroen dan pelaksanaannya H.V. Hollandsche Beton Mij. Biaya seluruhnya, termasuk perlengkapan dan lain-lainnya, menghabiskan dana sekitar 1000 gulden.

Nama Dijkerman sendiri pernah diabadikan menjadi nama jalan yakni Dijkermannstraat (sekarang adalah Jalan Yos Sudarso, sebuah ruas jalan menuju Balai Kota).

Tgl 13 Februari 1934 jam 09.10 pagi, Ny.Dr.Soetomo menghembuskan nafas terakhir dipangkuan sang suami. Saat prosesi pemakaman di Kembang Kuning, ribuan para pelayat dari berbagai kalangan terharu sampai ada yg menitikkan air mata, ketika mendengar pidato pelepasan dari dr.Soetomo yang sangat indah dan begitu mendalamnya cinta beliau kepada istrinya.

Everdina Broering sebagai perawat di RS. Blora, dan Dr.Soetomo yg baru dari Sumatera pun pindah tugas di Blora. Rasa sayang dan cinta pun tumbuh di hati kedua insan manusia tersebut, keduanya mendapat tantangan dari berbagai pihak. namun cinta sudah mengalahkan segalanya, hingga akhirnya mereka berdua menikah.

G. Cosman Citroen arsitek kolonial Belanda generasi kedua setelah tahun 1900 di Surabaya.. Tidak berlebihan kalau ada yang menyebutkan bahwa kota Surabaya secara arsitektur adalah milik Citroen. Karya2 beliau antara lain:

1915-1917 Perancangan Balai Kota Surabaya (yang pertama kali).

1917-1918 Perbaikan gedung Societeit Concordia menjadi kantor BPM di Jl.Veteran , Surabaya.

1917-1919 Komplek pertokoan Fa. Begeer, van Kempen en Vos di Jl. Tunjungan, Surabaya.

1918 Rumah tingal di Jl. Sumatra, Surabaya.

1918 Villla di Lawang.

1919 Jembatan Kebondalem (dibongkar) diganti jembatan beton di Jl. Yos Sudarso Surabaya

1919 Darmo Ziekenhuis (RS Darmo), Jl. Raya Darmo Surabaya.

1920 Perancangan Balai Kota Surabaya (yang kedua), dibangun th. 1925.

1923 Jembatan Gubeng

1925 Perbaikan Gedung “Suikersyndicaat” (kantor sindikat gula), Jl. Rajawali Surabaya

1927 Rumah Dinas Walikota Surabaya.

1932 Jembatan Wonokromo

1932 Rumah Tinggal di Jl. Kayoon, Surabaya.

1935 Kantor Borneo Sumatra Maatschappij (Borsumij) di Jl. Veteran Surabaya.

Von Faber, Bapaknya Soerabaia Tempo Doeloe

Di makam ini pula seorang sejarawan, pemerhati Kota Surabaya,  seorang warga Surabaya keturunan Belanda berkebangsaan Jerman, pendiri Museum Negeri Mpu Tantular,  lembaga kebudayaan Stedelijk Historisch Museum Soerabaia. Bernama Godfried Hariowald Von Vaber dimakamkan, Veber dikenal dengan karya bukunya yang klasik, Oud Soerabaia dan Niew Soerabaia. Merupakan karyanya yang sampai saat ini masih sebagi rujukan.

30 September 1955, Von Faber meninggalmenerbitkan buku berjudul “Oud Soerabaia”, sampai  kini menjadi referensi para penggiat sejarah Surabaya.

Itulah sepenggal coretan tentang kompleks makam kuning yang terletak di wilayah Surabaya bagian Selatan ini. Semoga coretan ini dapat menginspirasi warga kota Surabaya dan bangsa Indonesia untuk dapat mengenali sejarah.=S1Wh0T0=

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Sejarah, Surabaya, Th. 2012 dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar