Dhandang Gendhis


Merangkai cerita yang belum selesai dari perjalanan sejarah yang tak mungkin dirubah, sejak tahun 1112 ; Saka (1190 Masehi), yang bertahta di negeri Panjalu Kadhiri ialah Shri Maharaja Shri , Sarweswara  riwikramataranindita SrenggaDigjaya Tunggadewanama, yang juga terkenal dengan sebutan Shri Dandang Gendis atau Shri Kertajaya.

Shri baginda terkenal sebagai raja yang kaya raya serta memiliki pasukan yang sangat besar. Meskipun demikian belum juga lega hati sang prabu, sebab masih ada segolongan masyarakat yang tidak bersedia menyembah kepadanya, yaitu para Brahmana resi diseluruh kerajaan Kadhiri. Sehubungan dengan itu, Shri baginda pun memanggil para Brahmana untuk menghadap istana. Sementara itu telah beberapa lama Shri baginda duduk di singgasana menunggu kedatangan para Brahmana. Nampaklah bahwa Shri baginda berusaha menahan marahnya. Pada akhirnya yang ditunggu pun berdatangan naik ke pendapa, langsung menghadap Shri Kertajaya dengan berdiri penuh rasa hormat. Shri baginda menitahkan agar para Brahmana duduk bersila berdatang sembah.

Namun demikian para Brahmana tersebut tidak ada yang bersedia memenuhi titah Shri baginda. Mereka mengemukakan bahwa tidak selayaknya menyembah kepada raja, sebab para Brahmana merasa memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada raja yang berderajat sebagai satria. Lebih dari pada itu yang patut disembah oleh para Brahmana ialah Sang Hyang Batara Guru. Mendengar penuturtan para Brahmana tersebut segeralah Shri baginda mengambil sebatang tumbak yang ditancapkan ke tanah, dengan mata tumbak menghadap ke atas. Shri baginda pun meloncat duduk bersila di atas ujung tumbak, tanpa menderita luka sedikitpun. Shri baginda mengatakan bahwa sebenarnyalah baginda adalah Batara Guru.

Namun demikian para Brahmana tetap tidak bersedia melakukan perintah baginda, se­hingga kesabaran Shri baginda pun punah seke­tika menyambar pedang yang berada di plang- kan yang tajamnya bagai taring warak, untuk menghabisi para Brahmana. Melihat akan datangnya bahaya maut, segera para Brahmana berloncatan keluar lari meninggalkan paseban.

Shri baginda segera memerintahkan para pasukannya untuk melakukan penggere­bekan terhadap seluruh padepokan di Kadhiri. Pasukan Kadhiri yang dipimpin oleh senopati Gubar Baleman menyerbu ke padepokan para Brahmana. Brahmana Triguna, Tanakung serta para resilainnya yang tidak bersedia melaksa­nakan titah baginda untuk berdatang sembah dikejar-kejar dan diusir dari Kadhiri mereka pun lari ke Tumapel dan berlindung dibawah perlindungan Akuwu Tumapel, Ken Arok. Padepokan para Brahmana yang telah ditinggalkan tersebut dibakar menjadi lautan api.

Pada saat yang sama di Tumapel (Singhasari) sang Akuwu Tumapel Ken Arok sedang melayani para Brahmana pelarian dari Kadhiri yang dikejar oleh pasukan Gubar Baleman.

Para Brahmana dari Kadhiri dan Tumapel mendukung dan mengharap agar Ken Arok bersedia menjadi raja, menggantikan kejayaan Kadhiri. Maksud para Brahmana tersebut akan dapat terlaksanakan apabila Ken Arok mampu mengalahkan Shri Kertajaya raja Kadhiri.

Ken Arok pun segera mempersiapkan pasukan untuk menggempur Kadhiri. Konon, terjadilah pertempuran besar antara Kidhiri melawan Tumapel di desa Ganter.

Teryatalah pasukan Tumapel adalah prajurit yang gagah berani, mereka mendesak, barisan lawan dengan pedangnya yang menyambar-nyambar menebarkan hawa maut, maka berserakan prajurit Kadhiri menjadi korban pertempuran. Pimpinan pasukan Kadhiri, saudara muda Shri baginda Kertajaya yang bernama Mahisa Bungalan ditandingi oleh Ken Arok. Ternyata Ken Arok adalah seorang panglima yang mumpuni olah keprajuritan dan kanuragan, Mahisa Bungalan kena ditendang, dadanya disambar pedang tewas seketika, gugur di medan laga.

Shri Kertajaya yang menyaksikan kerusakan pasukannya, segera menepi akan meninggalkan medan laga. Namun demikian belum lagi beranjak dari tempatnya, Shri baginda telah dihujani dengan panah dan tumbak oleh para prajurit Kadhiri, sehingga tewas seketika. Pada akhirnya Kadhiri dapat dikalahkan oleh Tumapel, Ken Arok dinobatkan sebagai raja Tumapel, yang pada saat itu pula namanya dirubah menjadi Singhasari. (1222 Masehi)

Demikianlah kisahnya, cerita ini telah dirakit dalam untaian bunga berupa tembang merdu menawan hati, DHANDHANGGULA, PANGKUR dan KINANTHI.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: RM. Budi Udjianto, HN. Banjaran Kadiri, Kediri: Pemerintah Kota Kediri, 2008

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kediri, Kediri [Kota], Legenda, Th. 2008 dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Dhandang Gendhis

  1. ada ajah dech berkata:

    “Shri Kertajaya yang menyaksikan kerusakan pasukannya, segera menepi akan meninggalkan medan laga. Namun demikian belum lagi beranjak dari tempatnya, Shri baginda telah dihujani dengan panah dan tumbak oleh para prajurit Kadhiri, sehingga tewas seketika.” apa bener mas??berarti yang terjadi adalah raja yang dibunuh pasukannya sendiri… maaf klo saya yg salah dalam membacanya.suwun

  2. Prabowo berkata:

    Yang butuh bibit tanaman Dandang Gendis bisa hubungi kami di chasiapro@gmail.com atau 082136712513 @Trims Prabowo JOgja

Tinggalkan komentar