Masdjid Bawah Tanah di Pekukuhan


Masjid Agung Wisnu Ma­nunggal merupakan se­buah bangunan unik yang berada 5-7 meter di perut bumi. Sekilas dilihat dari

atas hanya tampak bangunan gapura yang ornamennya mirip dengan gapuro peninggalan Kerajaan Majapahit. Tetapi di dalamnya merupakan bagunan yang megah sebagai tempat ibadah.

“Mungkin masjid ini satu-satunya yang ada di Mojosari Mojokerto,” ujar seorang santri Masjid Agung Wisnu Manunggal, Muhammad Untung.

Bangunan tempat beribadah umat Islam yang berlokasi di Losari Mojokerto itu memang tidak seperti masjid biasanya yang letaknya di permukaan tanah. Selain di bawah permukaan tanah, bangunannya unik dihiasi tulisan khalimah taukhid, teks barjanji dan aziba yang dipahat berbentuk relief kaligrafi.

Kelebihan masjid yang dipimpin  Iman Malik ini, bagi pengunjung yang datang dan bersembahyang di dalam masjid akan mudah menemukan kedamaian hati. Masjid unik itu kini banyak didatangi pengunjung. Di bawah bangunannya yang megah itu terdapat bangunan musala-musala kecil yang fungsinya sama seperti sebuah masjid.

Di bawah bangunan masjid juga terdapat lorong-lorong yang berfungsi sebagai tempat ibadah warga sekitar. Menurut Untung, masjid yang dipimpin Ki Imam Malik, sebagai pengasuh Ponpes Sambung Sari, Desa Pekukuhan, memiliki cara unik dengan membuat goa. Lorong-lorong goa tampaknya sengaja dibuat untuk menciptakan suasana hening.

Sebelum masuk lokasi masjid, terlebih dulu harus melewati sebuah gapura yang berdiri di sebelah timur bangunan induk. Pintu itu tembus ke bangunan masjid di sebelah utara rumah induk. Di samping timur rumah induk juga terdapat sebuah lorong yang hanya bisa dilewati satu orang, langsung turun dengan kedalaman 5 meter hingga 7 meter.

“Goa memang sengaja dibangun sebagai media perenungan diri. Di lorong masjid Imam Malik bersama para santri melakukan ritual ke­rohanian, termasuk ibadah salat lima waktu, berzikir, dan istighot- sah,” jelas Imam, panggilan Ki Imam Malik.

Menurut Imam, gua atau lorong di bawah masjid dibangun pada tahun 1995 oleh para santri bersamaan dengan pembangunan masjid, dan selesai pada tahun 1997. Pada lorong-lorong tidak sedi­kit pun terdapat cor beton yang terbuat dari semen. Bangunan itu hanya mengandalkan tanah pasir. Di tiap-tiap bagian pintu gerbang padepokan, termasuk pintu lorong yang menuju masjid bawah tanah, kerap ditemui tulisan Jawa dan huruf Islam. Kata Untung, hal itu dimak- i sudkan untuk menyatukan dua i budaya yang berbeda, perpaduan i antara Islam dengan budaya Jawa. ( “Tulisan Arab menggambarkan I bahwa agama yang kita yakini i adalah agama Islam. Sedangkan > tulisan Jawa menggambarkan bahwa sejak lahir kita berpijak di ( tanah Jawa,” ungkapnya.

Lorong-lorong itu sengaja dibuat I menuju ruang utama masjid dalam F tanah. Dalam masjid tersebut t pengunjung akan melewati 7 sumur r 2 sendang dan 5 musala, masing- 2 masing tempat diberi nama. Seperti ti Pertapaan Pringgodani Lorong F Kalimahsodo, Musala Peluru Sumur, d serta Sendang.

Setelah melalui lorong berkelok, baru kemudian memasuki ruang utama masjid bawah tanah yang terdiri atas tujuh pintu. Tujuh pintu atau lorong ini digunakan sebagai baris salat. Setiap pintu menampung tujuh orang. Sehingga, sekali melaksanakan salat jamaah, masjid bawah tanah ini hanya mampu menampung 50 orang.

Bangunan masjid di atas lorong terdiri atas dua lantai yang unik. Untuk membuat tingkat masjid, hanya menggunakan bambu sebagai pe­nopang. Sedangkan pada tiang ada yang terbuat dari ban bekas yang ditumpuk pada sisi luar bangunan masjid, yang mempunyai tiga pilar menara. Salah satunya pilar dinamakan Menara Bundar. Karena bentuknya yang bulat. Sedangkan untuk tempat wudhu terbuat dari ban yang ditumpuk bertuliskan huruf Arab.

Masjid itu dari Surabaya bisa ditempuh dari Terminal Bungurasih menuju Mojokerto dengan perja­lanan sekitar satu jam. Ongkosnya Rp 5.000/orang. Kemudian dari terminal Mojokerto ke Mojosari bisa naik mini bus atau mikrolet Rp 3.000-5.000/orang. Turun di per­tigaan desa Pekukuhan. Dari Desa Pekukuhan naik ojek menuju lokasi dengan tarif sekitar Rp 15.000/ orang. Naryo

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Potensi Jawa Timur.Edisi 07 Tahun VIII/2008.Surabaya: Dinas Infokom Prov. Jatim.2008, hlm. 16.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Mojokerto, Th. 2008, Wisata, Wisata Relegi dan tag , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke Masdjid Bawah Tanah di Pekukuhan

  1. kawanlama95 berkata:

    Saya niatkan ke sana Insya Allah ada kesempatan akan berkunjung ke masjid di bawah tanah

Tinggalkan komentar