Asal Mula Kota Malang


KOTA MALANG0002Dalam lambang Kota Malang tertulis sesanti berbunyi MALANG KUCECWARA yang berarti Tuhan menghancurkan yang bathil dan menegakkan yang baik. Sesanti itu disyahkan menjadi semboyan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang pada tanggal 1 April 1914.

Semboyan MALANG KUCECWARA erat kaitannya dengan asal mula Kota Malang yang pada masa Ken Arok lebih kurang 8 abad yang lampau menjadi nama tempat di sekitar candi bernama Malang. Letak candi itu masih menjadi tanda tanya dan memerlukan penelitian. Daerah Malang dan sekitarnya termasuk Singosari merupakan pusat kegiatan politik dan budaya sejak tahun 760 sampai dengan tahun 1414 berdasarkan tulisan batu di Dinoyo. Kegiatan selama masa itu diikuti oleh kegiatan budaya tidak dapat digambarkan sebagai perkembangan satu dinasti saja, melainkan merupakan rangkaian kegiatan politik dan budaya dari beberapa turunan.

Demikian diungkapkan oleh almarhum Prof. Drs. S. Wojowasito dalam tulisannya tentang sejarah dan asal mula Kota Malang.

Lebih jauh diungkapkan dari beberapa keturunan itu, ada yang jelas terpisah dalam arti tidak ada hubungan antara satu keturunan dengan keturunan lainnya, seperti keturunan Dewasimba, Gajayana di Dinoyo dengan keturunan Balitung, Daksa, Tulodong dan Hawa, akhirnya Sindhok. Keturunan berlangsung kepada Dharmawangsa, Airlangga hingga yang terakhir yaitu Kertajaya (1215- 1222).

Kemudian timbulnya dinasti Ken Arok merupakan estafet pertama dari raja- raja Majapahit sampai raja terakhir Bhre Tumapel (1447-1451). Pada waktu Ken Arok menampakkan kegiatannya, Tumapel hanya merupakan semacam Kabupaten dari daerah Jenggala yang pada waktu itu praktis berada di bawah kekuasaan Kertajaya dari Kediri.Batara Malangkucecwara, disebut di dalam piagam tahun 907 di Kedu dan dalam piagam tahun 908 dekat Singosari. Piagam tahun 907 itu menerangkan bahwa orang-orang yang mendapat piagam itu adalah pemuja-pemuja batara dari Malangkucecwara, Putecwara (mungkin sama dengan Putikcecwara yang disebut dalam piagam Dinoyo tahun 760), Kutusan, jlabhedecwara dan Tulecwara. Penyebutan nama-nama seperti Batara dari Malangkucecwara, Putecwara, Kutusan dan sebagainya membuktikan bahwa nama-nama itu adalah nama raja-raja yang pernah memerintah dan pada saat wafat dimakamkan di dalam candi lalu disebut Batara. Dengan disebutkannya piagam Dinoyo, sekarang adalah Kelurahan Dinoyo, maka masuk akal jika candi Malangkuceswara itu ada dekat Kota Malang sekarang.

Dari apa yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa lahirnya Kota Malang masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Peringatan Ulang Tahun Kota Malang setiap tanggal 1 April yang lebih tepat dikatakan sebagai Hari Ulang Tahun Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Kota Malang Selayang Pandang, Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang, Tahun 1997/1998, hlm. 2-3

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Malang [Kota], Sejarah, Th. 1997 dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar