Tukar Kue Apem, Kabupaten Sumenep


Kue Apem001Tukar Kue Apem di Awal Ramadha.

Desa Parsanga; Kecamatan Kota Sumenep, Madura, menyimpan tradisi “tukar menukar” apen di awal bu­lan puasa. Bagi orang Parsanga tradisi ini titfek akan pernah hilang. Tradisi ini tetap lestari di zaman ini sebab diang­gap sakral dan bisa membawa berkah, bisa mempererat tali silaturahmi sep­erti yang diajarkan oleh agama Islam.

Namun warga Parsanga tidak mau jika tradisi itu disebut sebagai tukar menukar apen, tapi mereka lebih suka disebut sebagi tradisi saling memberi apen, dengan maksud agar sama-sama bisa merasakan kenikmatan dan keakraban dalam bertetangga.

“Tradisi ini bukan sekadar tukar menukar apen, tapi menitikberatkan pada tradisi Islam, yakni bersilatur-rahmi yang memang diajarkan dalam Islam,” terang tokoh Parsanga, Moh. Reno, kepada Suara Desa.

Di samping melakukan tukar menukar kue apem, mereka juga berbondong-bondong membawa apem olahannya ke surau-surau atau langgar terdekat atau kepada orang yang dianggap sesepuh di kampung itu, seperti para guru ngaji di desa itu. “Untuk mendapatkan berkah dari para pinisepuh mereka para ibu rumah tangga mengan­tarkan sebagian apen miliknya ke langgar-langgar atau surau terdekat,” terang Reno.

Tentu bisa dibayangkan betapa ban­yaknya apen di langgar saat itu. Itulah yang ada di benak kita, tapi tunggu dulu, apen-apen yang ada di rumah para guru ngaji itu tidak akan habis jika dimakan sendiri. Apen itu dibagikan lagi ke para santri ngaji dan sebagian juga diantar­kan ke masjid-masjid yang nantinya akan dihidan­gkan ke para ja­maah sholat Tarawih pertama di bulan puasa. “Inilah salah satu keunikannya awal puasa di Desa Parsanga, Keca­matan Kota Sumenep,” terang Bagus Junaedy, pemerhati budaya Sumenep asal Desa Kacongan.

Bagi orang – orang yang ingin tahu tentang tradisi “tukar menukar” ap-endi ujung timur Pulau Madura ini, masyarakat Parsanga sangat wellcome. Bahkan apen di Parsanga tidak hanya bisa didapat pada saat awal bulan puasa saja. Siapa yang ingin memanjakan lidah, ingin marasakan kue “berkah”, bundar berwarna putih yang ter­buat dari tepung beras, bisa mampir kapan saja.

Parsanga hingga kini sudah dike­nal dengan sebu­tan Kota Apen yang  masih hidup, yang ten­tu sulit dicari di desa-desa lain di Sumenep. “Tra­disi tukar apen sulit dicari di desa lainnya, bahkan bisa dibilang Parsanga hanya satu-satunya di Sume­nep,” tambah Bagus Junaedy. (Alan)

Mulai Langka, Perlu Promosi

Kue Apem002KUE Apem bagi masyarakat Sumenep sudah tak asing lagi. Sebab kue apen jajanan khas Sumenep. Kue yang sangat digemari oleh masyarakat Sumenep ini dimakan untuk sarapan pagi.

Kue ini bahan-bahannya terbuat dari tepung beras, santan kelapa. Sementara sausnya berbahan gula merah, jahe, kayu manis dan jangan lupa harus ada daun pandan sebagai pengharum. Selain rasanya nikmat, kue apem dipercaya dapat menghilangkan rasa letih setelah bekerja seharian lantaran kandungan gula merah, jahe dan kayu manis, yang berfungsi untuk menghangatkan badan.

Desa Parsanga adalah salah satu daerah di Sumenep yang tetap bertahan menjual kue apen. Di sekitar kota jarang, bahkan sudah tidak ditemukan penjual kue apem. Jajanan ini sudah langka dan sulit sekali ditemukan di kota ujung timur Pulau Madura. Untung saja daerah Parsanga masih tetap menjual kue khas Madura ini. Bermunculannya variasi kue dengan bermacam rasa mem­buat apen sedikit tergeser.

Padahal kue ini sangat digemari dan patut dilestarikan. Kalaupun bisa, kue apen harus diperkenalkan kepada warga luar kota agar mereka tahu bahwa di Sumenep masih memiliki jajanan khas. Apen yang lezat sangat cocok untuk memanjakan lidah semua orang sehingga perlu dipromosikan.

Kini penjual apen hanya tinggal beberapa saja. Selain itu, ja­janan ini hanya dapat kita temukan di pagi hari. Menjelang siang, kue apen sudah habis terjual. Pantauan Suara Desa yang menjual apen hingga sore hari hanya tinggal seorang saja.

Barang kali para penggemar kuliner ini tertarik mencoba kue khas Sumenep ini? Monggo datang dan mampir ke Kota Apen di Parsanga Kecamatan Kota Sumenep, dijamin tidak akan mengecewakan, (lan)

SUARA DESA, Edisi 05, 15 Juni -15 Juli 2012, hlm. 53

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Seni Budaya, Sumenep, Th. 2012 dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar