Durian “Repto”, Kabupaten Trenggalek


DURIAN RUNTUH DI TRENGGALEK

Kabupaten Trenggalek pemah kondang karena cengkihnya. Ketika emas hijau itu hancur, kabupaten di wilayah selatan Jawa Timur itu sempat disebut·sebut sebaga; daerah minus karena sebagian penduduknya terpaksa makan tiwul. makanan dari bahan baku ketela pohon.

Kini Trenggalek berusaha mengubah citra tak sedap itu dengan ikon baru sebagai kawasan penghasil buah durian bahkan di tingkat nasional. Jenis yang gencar dikembangkan durian varietas “Repto”

Bupati Ir H Soeharto ditemui di kantomya mengatakan, durian Repto merupakan varietas unggulan lokal dari Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo. Tahun 2003 varietas ini telah ditetapkan Menteri Pertanian sebagai  varietas  unggul tingkat nasional.

Keunggulan Repto, produktivrtasnya tinggi 350-500 buah perpohon/tahun. Berbuah dua sampai tiga kali setahun dan yang umumnya hanya sekali setahun. Rasanya manis legit, berserat halus dan berwama kuning tua. Keunggulan lainnya, bentuk dan bobotnya relatif seragam dengan tingkat keseragaman hingga 80%. Montongnya besar, daya simpannya sejak jatuh bisa bertahan 5-7 hari dan mudah diperbanyak secara vegetatif dengan sistem okulasi maupun sambung pucuk. Kulit tipis serta tidak mudah pecah namun mudah dibelah.

Untuk sementara sentra pengembangannya masih di Kecamatan Watulimo dengan luas areal tanam 6 ha atau berkisar 600 pohon. Rata-rata usia 5-6 tahun, yang sudah berproduksi 250 pohon. Dari jumlah itu, hasilnya sudah habis untuk memenuhi pemintaan Trenggalek  dan Tulungagung dengan harga jual Rp 15.000-20.000 buah.

Menurut Bupati Soeharto, upaya pengembangan durian Repto terasa masih lamban karena keterbatasan benih. Ini karena jumlah pohon induk untuk pengembangan hanya satu. Juga karena masih tingginya persentase kegagalan dalam pembuatan atau pembudidayaan benih.

Untuk mengatasinya, Pemkab kini memperbanyak enters atau mata tempel dengan pembangunan_Blok Pengadaan Mata Tempel l (BMPT) pada sebuah areal khusus Juga penyeragaman dengan_varietas Repto melalui sistem top working, yakni bibit durian biasa dipotong batang pohonnya kemudian disambung dengan induk. Repto.

Pemkab Trenggalek juga melakukan pengembangan tanaman baru dan menumbuhkan sentra pengembangan durian di luar Kecamatan Watu limo, pembinaan penangkaran benih hortikultura dan teknologi perbanyakan kultur jaringa

Untuk menumbuhkan gairah menanam durian, setiap tahun pemerintah menyelenggarakan kontes buah durian. Petani menampilkan kualitas rasa durian dari pohon yang mereka miliki.

Penghijauan

Trenggalek memiliki 700 ha areal tanaman durian, terdiri dari berbagai varietas. Kini Pemkab berusaha meremajakan semua pohon varietas biasa menjadi varietas Repto. Caranya dengan membagikan bibit gratis kepada pelani. Jika membeli dan Pak Suripto, pemilik pohon induk, harganya Rp 50.000 per bibit. Petani bersedia karena harga jual durian Repto dua kali lipat dan dunan varietas biasa.

Tahun ini Pemkab mengalokasikan dana Rp 250 juta dari Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN 2008 dan APBD kabupaten. Dana itu untuk membeli bibit. Bekerja sama dengan instansi yang berkompeten melakukan penelitian agar pembibitan mudah, dan pemberian sekolah lapangan pada petani.

Pengembangan durian Repto juga bertujuan menyukseskan penghijauan sebaga upaya reboisasi lahan hutan gundul. Mengantisipasi membanjimya produks yang berdampak jatuhnya harga, Pemkab membangun dua sentra pasar agro di Kecamatan Kampak dan Watulimo dengan bantuan pemerintah pusat Rp 1 ,5 miliar. AkIivitas jual beli terpusat di satu tempat dengan harga sama sehingga perilaku tengkulak gampang menbanting  harga bisa dihindari.

Untuk mempromosikan, Pemkab memasarkan melalui internet untuk menjangkau konsumen di dalam dan luar negeri• Rijal· Tw

 

Dari  Suripto Ke Repto

NAMA “Repto”tak terlepas dari jasa Suripto. Laki-Iaki 66 tahun yang tinggal di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo, Trenggalek ini, adalah pemilik pohon induk yang kini telah berumur 115 tahun dan tinggi 40 m. Pohon itu ditanam oleh almarhurn ayah Suripto.

Nama durian Repto mencuat setelah buah durian miliknya memenangi lomba adu kualitas rasa buah tingkat nasional. Selanjutnya, pohon induk tersebutd itetapkan Menteri Pertanian sebagai ikon durian nasional. “Karena nama pemilik pohon Suripto, selanjutnya durian itu diberi nama Durian Repto,” kata Bambang Heryanto, Kasubdin Hortikultura Dinas Pertanian Jatim.

Sebelum membudidayakan durian, Suripto sudah membudidayakan cengkih, manggis, salak pondoh, apukat, dan kelapa. Kini di 2 ha kebunnya, ia bertani dengan sistem tumpang sari antara lain 2.500 pohon salak pondoh, l00 manggis, dan 150 durian Repto.

Pria kelahiran Trenggalek 1941 merupakan perintis terbentuknya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kecamatan Watulimo. Sejak tahun 1961, Suripto berkali-kali ditunjuk sebagai pamong tani dan ketua kelompok tani. Dari kerja kerasnya itu, berkali –kali dia mendapatkan penghargaan baik di tingkat kabupaten, propinsi, bahkan nasional.

Penghargaan yang pernah diraihnya: 1973 dan Presiden Soeharto sebagai pelaku Keluarga Lestari Nasional, 2004 dari menteri Pertanian Prof Dr Bungaran Saragih atas Prestasi Pengembangan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Agrobisnis Pangan, 2005 dari Dirjen Hortikultura, dan 10 Nopember 2006 bertepatan dengan Hari Pahlawan dia juga mendapatkan penghargaan sebagai Pelaku Lingkungan Hidup, Pertanian, Peternakan, Koperasi dan Kewirausahaan dari Gubernur Jatim, H Imam Utomo.

Dengan setumpuk penghargaan dan pengalaman itu, kini Suripto menghabiskan Sisa usianya bersama lima putranya melatih teknik pembudidayaan pada masyarakat la juga sering melatih sarjana pertanian yang datang menimba ilmu langsung ke rumahnya. Dalam setiap bulannya, rata–rata terdapat 2·3 mahasiswa dan Fakultas Pertanian dari berbagai perguruan tinggi di Jatim yang menimba ilmu kepadanya.

Kini Suripto mulai uji coba pengembangan durian dengan sistem tumpangsari berstandar Good Angriclture Practices (GAP) atau pencatatan dan memperhatikan kualitas tanaman, sejak tumbuh hingga berbuah. Dalam GAP, harus dilakukan pencacatan rutin dengan melakukan perawatan sesuai standar teknik bercocok tanam modern. Tujuannya, agar buah aman untuk manusia. Petani juga dianjurkan tidak terlalu banyak menggunakan zat-zat kimia untuk pemupukan maupun pengendalian hama.•Rijal·Tw

 

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: POTENSI JAWA TIMUR, EDISI 03 TAHUN VIII/2008. Hlm. 10

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Sentra, Trenggalek dan tag , , . Tandai permalink.

2 Balasan ke Durian “Repto”, Kabupaten Trenggalek

  1. awan 7 berkata:

    cari bibitnya dmn ya? hub. 087839145118

  2. jogja berkata:

    Bibit Durian Musangking, menoreh, tanpa biji,dll 085725737844

Tinggalkan komentar