Mawar, Desa Karangpring, Jember


Desa Karangpring, Kec. Sukorambi 
Mawar Menghampar di Penanggungan

Tak banyak masyarakat Jember yang tahu, kalau Dusun Penanggungan, Desa Karangpring, Kec. Sukorambi, adalah penghasil sekaligus pemasok bunga mawar di wilayah Jember. Bahkan para penjual bunga mawar yang tersebar pasar-pasar maupun sepanjang jalan di Kota Jember, juga kebanyakan warga dari desa tersebut. Ya, warna-warni bunga mawar dapat dijumpai di hampir semua pekarangan rumah dan setiap jengkal tanah kosong di Desa Karangpring, terutama di Dusun Penanggungan. Selain itu dibidudayakan secara khusus dalam hektaran hamparan lahan. Karena tak kenal musim itulah, maka bunga mawar dapat ditemui setiap hari. Bunga itu biasanya digunakan untuk ziarah.

Biasanya bunga mawar itu dike mas dalam tas plastik (kresek). Harganya cenderung fluktuatif, pada hari biasa harga bunga mawar ukuran tas kresek kecil dijual Rp 5.000, namun pada saat-sat tertentu seperti menjelang puasa, lebaran, maupun imlek melonjak tajam hingga tiga kali lipat, Rp 15.000. Tingginya harga tersebut karena banyak permintaan masyarakat akan kebutuhan bunga mawar, praktis pada saat itu penjual bunga mawar menuai untung besar. Namun pada hari biasa yang dibarengi dengan sepinya membeli bunga mawar tersebut mudah layu dan banyak dibawa pulang oleh penjualnya serta di buang begitu saja layaknya onggokan sampah di Sungai Kali Jompo.

Heni, salah seorang warga Desa Karang pring, mengungkapkan, hampir semua warga di desanya yang melakukan budidaya tanaman mawar. Selain memang tekstur tanahnya cocok untuk ditanami mawar, perawatannya cukup mudah dan tidak membutuhkan biaya besar seperti tanaman lainnya. Para petani mawar menanam tanaman berduri tersebut tidak menggunakan pot, tapi mawar tersebut ditanam dihamparan lahan khusus yang luasnya mencapai hektaran. Bila musim panen mawar tiba tak heran masyarakat desa tersebut dipusingkan dengan pemasarannya. Sebab selama ini bunga mawar itu hanya dipasarkan di wilayah Jember saja. Sementara Kades Karangpring Rita Tri Widiarti menjelaskan, bunga mawar ini umurnya relatif pendek, yakni hanya dua bulan dari masa tanam bisa langsung dipasarkan. Selain itu, menurutnya bunga mawar dari Karangpring mempunyai keistemewaan ketimbang bunga mawar dari daerah lain. Yakni, jenisnya lebih tebal dan warnanya lebih menarik serta aromanya lebih harum.

Bahkan uniknya budidaya mawar di Desa Karangpring tersebut dilakukan secara turun temurun sejak puluhan tahun silam, namun pada waktu itu masyarakat desa tersebut hanya menanam mawar secara asal-asalan dan tidakada niatan membudidayakan tanaman mawar seperti sekarang ini. “Saya berharap bunga mawar asal Desa Karangpring ini nantinya tidak hanya sekedar dijual begitu saja. Namun, kata Rita, paling tidak ada terobosan lain agar bunga mawar ini lebih laku di pasaran,”ujar Rita. Rita berharap, ada perhatian dari dinas terkait untuk memberi pelatihan terhadap para petani mawar. Pelatihan itu misalnya, memberi pelatihan pembuatan parfum, sirup maupun kosmetik. Rita mengaku hingga saat ini berusaha mencari terobosan bagi produksi bunga mawar yang sangat melimpah di Desa Karangpring.

“Dengan adanya ketrampilan yang dapat diaplikasikan petani mawar, diharapkan dapat menambah penghasilan keluarga serta bisa membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dengan membuka kesempatan kerja bagi mereka yang belum mendapatkan pekerjaan,” papar Rita, memberi alasan. Sementara Pemkab Jember sendiri, melalui Kabag Humas Drs. Agus Slameto, MSi, mengaku pihaknya sangat menaruh harapan besar terhadap mawar Desa Karangpring Paling tidak nantinya mawar tesebut mampu menjadi salah satu andalan potensi unggulan di Kabupaten Jember untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. (hms,bdh)

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Derap Desa, Edisi XXIX, Maret 2010, hlm. 40

 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Jember, Sentra dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar