TRIP dan Blitar Sulit Dipisahkan


Kalau Surabaya pada awal kemerdekaan merupakan tempat lahirnya pasukan pelajar yang bernama TRIP, maka Blitar merupakan “tempat mengabdian akhir” dari Pasukan TRIP tersebut.

Di Blitar inilah TRIP sebagai kesatuan TNI Brigade 17 Detasemen I, bertindak sebagai Pemerintah Militer setempat. Dan TRIP-lah yang menerima secara resmi penyerahan kekuasaan daerah dari “Plaatselijk Militeir Commandant” yang mewakili kekuasaan militer Kolonial Belanda. Hal ini bisa dimaklumi karena selama perang gerilya, kecuali kota, praktis hampir semua daerah Blitar berada dalam kekuasaan pasukan TRIP, serta beberapa kesatuan TNI lainnya.

Kalau kita mau meneliti secara jujur, antara dua peristiwa itu, yaitu lahirnya dan diwisudanya TRIP, sebetulnya ada persamaan-persamaan yang perlu dicatat. Kalau di Surabaya TRIP lahir di tengah-tengah dan bersama rakyat di kampung-kampung, di daerah Blitar-pun TRIP bergerilya bertahan bersama-sama dan bersandar pada kekuatan rakyat di desa-desa. Sebagai contoh, penduduk daerah Blitar dengan kesederhanaan dan kemampuan yang terbatas, dengan tulus tanpa pamrih mereka menyediakan dirinya untuk berjuang bersama-sama TRIP guna menggusur Belanda, merupakan tonggak-tonggak kekuatan bagi pasukan TRIP ber­tahan menegakkan Republik tercinta ini. Sawah serta desa Gadungan-pun mungkin kalau ditanya masih cerita tentang gugurnya Dan Ton Cemplon dan kawan-kawannya di tempat ini.

Pak Samuji, pemilik warung di tepi jalan desa Salam selain menyediakan rumahnya untuk bernaung sementara pasukan, juga kalau Pak Samuji sedang pergi ke kota kita selalu titipkan berita mengenai kedudukan pos Belanda di sekitar kota. Bahkan pernah ditugaskan mengambil amunisi di kota.

Pak lurah dongkol di desa Kedawung misalnya. Disamping beliau menyediakan rumah dan makanan sehari-hari bagi pasukan TRIP yang bertugas, masih menyuruh putri-putrinya (yang cantik-cantik Red) melakukan tugas sebagai kurir serta masih mengusahakan obat-obatan, pakaian, dllnya.

Bahkan, mengumpulkan berita-berita penting hasil monitoring radio oleh para pelajar putri di kota Blitar. Para pemuda di desa Ponggok membentuk kelompok-kelompok menjaga keamanan di desa untuk membantu pasukan TRIP yang bertugas. Hampir semua keluarga petani tanpa memperhitungkan untung-rugi menyediakan tempat dan membagikan makanan kepada pasukan TRIP yang bertugas gerilya di dekat daerah mereka. Tidak hanya itu, merekapun dengan sukarela menjadi kurir dan penjaga pintu yang bersifat secepatnya melapor seandainya patroli Belanda datang secara mendadak.

Secara singkat, penduduk/rakyat Blitar, bukanlah sekedar embel-embel dari perjuangan bersenjata, dan bukan sekedar pembantu-pembantu pasif, bahkan mereka patut kita anggap sebagai “Strijtmakkers” dari pasukan TRIP. Akhirnya kita mengakui tanpa bantuan mereka di desa-desa, termasuk para pemuda pelajar serta para intelektuil dan para Dokter di kota, pasukan TRIP tak mungkin bisa bertahan. Tanpa partisipasi dari penduduk kota, dan rakyat di desa-desa, tak mungkin menjelang “cease fire” TRIP bisa menduduki kota Blitar.

Pernah kira-kira akhir bulan Juli 1948 dan Kie IV TRIP Ismail Kartasasmita memberikan brifing pada para Dan Ton, staf Kie dan kelompok sneipers, maksudnya menjelaskan tentang hari “H” cease fire, kerana keharusan situasional, harus ada unit pemerintahan militer RI di Blitar. Setelah selesai brifing dan Kie minta siapa diantara yang hadir bersedia mejadi Komandan ODM (Order Distrik Militer), yang nantinya mewakili pemerintah RI secara resmi.

Oleh karena lama menunggu tidak ada jawabab, maka Dan Kie memerintahkan Soewarno (Manuk) selaku Dan ODM, Soerjadi selaku Ass. Wedana, dan Soenardi selaku petugas Palang Merah kompie selaku Menteri Kesehatan. Akhirnya hari “H”, ODM Blitar semua sesuai dengan rencana operasi. Tanpa bisa dihalangi oleh Majoor Infanteri Haak, Bupati NICA Soenarjo, serta Dan IV Gluitenant Hogevorscht, maka pagi harinya sang saka Merah Putih untuk pertama kali berkibar secara resmi di muka Kantor ODM Blitar, dengan papan nama ODM di muka kantor dengan dikawal oleh prajurit-prajurit TRIP yang tampak masih muda belia. Karena ODM di jabat oleh prajurit TRIP yang masih muda dan gagah inilah, maka mulai pagi sampai petang ramai dikunjungi oleh cewek-cewek cantik dan ibu- ibu untuk menyampaikan kegembiraan mereka. Bahkan Bupati NICA Soenarjo pun ikut datang dan menyalami pejabat-pejabat ODM. Sejak itulah hampir semua ODM di kota Blitar dan sekitarnya diserahkan para TRIP. Pemerintahan Militer kawedanan Srengat-pun diserahkan pada TRIP. Bahkan Pim­pinan KDM-pun diserahkan pada Mas Isman.

Ulasan-ulasan di atas sekedar gambaran bahwa kota Blitar dan TRIP sulit untuk dipisahkan. Untuk itu meletusnya gunung Kelud, bisa dimengerti kalau keluarga besar TRIP merasa terpanggil untuk membantu Warga Blitar dalam menanggulangi musibah akibat meletusnya gunung Kelud. Sehingga diperlukan membuat dompet Gunung Kelud melalui Buletin Mas TRIP.

Oleh karena itu tepat kiranya kalau untuk tahun 1992 ini, bulan Nopember 92 yang akan datang, TRIP mengadakan REUNI di Kota BLITAR dan sekaligus akan mempersembahkan sebuah Gedung Perpustakaan Mas TRIP kepada rakyat Blitar, semua ini sebagai balas budi kepada rakyat kota Blitar.

Kota Blitar memang memang daerah yang pernah menanamkan tonggak kekuatan rakyat bersama rakyat ikut menegakkan RI, mulai WLINGI diujung timur, TALUN, GARUM, kota BLITAR sampai SRENGAT di sebelah barat.

Dan keutara NGLEGOK, PENATARAN, GLEDUK, NGORAN, SALAM, KEDAWUNG sampai semua lereng GUNUNG KELUD, sampai CANDI SEWU, SUMENUR, dan KALI KUNING atau GANDUSARI sebelah TALUN/WLINGI, dan membentang ketimur sampai SLUMBUNG sebelah barat KALILEKSO. Untuk itu kami kirimkan :

SALAM HANGAT UNTUK PENDUDUK/RAKYAT BLITAR DARI MAS TRIP.

Redaksi Buletin Mas TRIP

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Mas Trip Jawa Timur menyambut Hari Pahlawan 1992, di Blitar, tanggal 11-12 Nopember 1992. Jakarta: Sekretariat Darmo 49 (ex. TNI Brigade 17 Detasemen I TRIP Jawa Timur), 1992.  hlm. 8-11.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Blitar, Blitar [Kota], Sejarah dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke TRIP dan Blitar Sulit Dipisahkan

  1. edi purnomo berkata:

    Saya teringat waktu masih di desa Gadungan rame didatangi para veteran Mas TRIP untuk meresmikan Prasasti Tempat meninggalnya Dan Cemplon…

Tinggalkan komentar