Batik Jawa Timur


Meningkatkan Daya Saing Batik di Jatim

WORKSHOP peningkatan daya saing pada industri batik di Jawa Timur di Hotel Elmi Surabaya, Kamis (17/11) diikuti 10 provinsi anggota Mitra Praja Utama (MPU) serta Bagian Ekonomi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik, Bangkalan, Sidoarjo, Lamongan, Kota Surabaya, dan pelaku ekonomi kreatif.

Menurut Kabag Saran a Perekonomian dan Pengembangan Teknologj, Ir.Lena Wahyu  Marwati MMA, tujuan workshop ini antara lain pertama agar pelaku ekonomi kreatif pada 10 prol’insi Mitra Praja Utama dapat meningkatkan daya saing terutama batik. Kedua, tukar menukar informasi dan teknologi terhadap peningkatan inovasi produk kreatif dalam meningkatkan nilai tambah bagi pengembangan produk berbasis seni, budaya, inovasi dan kreati vitas.

Dijelaskan, berdasarkan program kesepakatan bersama bidang kebijakan perekonomian Mitra Praja Utama tahun 2011 tanggal 3 Maret 2010 bahwa Jawa Timur berkewajiban melakanakan program peningkatan slImberdaya manusia dengan kegiatan workshop sebagai upaya peningkatan wawasan teknologj para pelaku industri kreatif anggota MPu. “Kami arahkan ke sektor batik mengingat batik adalah pakaian kebanggan nasional diharapkan ada inovasi teknologi desain motif dan corak sehingga batik Indonesia dapat diterima konsumen luar negeri yang ujung-ujungnya memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ka ta Lena dalam laporannya sebeIum workshop ini dibuka Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Hadi Prasetyo.

Provinsi Jawa Timur, lanjut Lena, pada kesempatan ini memfokuskan pengembangan desain motifnya untuk mengantisipasi perubahan pasar. Namun, tidak menutup kemungkinan provinsi anggota MPU untuk melaksanakan inovasi produk kreatif sektor lain dan ITS bersedia mernberikan sharing kllowledge penciptaan dan pengembangan (updating) desain produk kreatif. “Sebagai narasumber dari Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur dan para peneliti batik ITS Sura baya,” katanya.

Pembicara dari Jurusan Desain Produk Industri ITS antara lain Rahmatsyam Lakoro  tampil dengan tema Mengembangkan Desain Batik dengan Memanfaatkan Ikon Daerah; Baroto  Tavip Indrojarwo (Rancang Bangtm Desain Batik Baru Bertema Modem/Kekinian); Sayatman (Proses Transfer Desain Motif Batik); Bambang Mardiono (Batik Dalam Foto Aplikasi) dan Sabar (Proses Riset Dalam Desain Batik).

Dalam paparannya Bambang Mardiono menyebutkan batik pada zaman dahulu mulanya ditulis/digambar dengan berbagai motif yang hentukarmya diadaptasi dari hewan maupwl tumbuh-tumbuhan. Tradisi membatik yang dahulu adalah turun temurun, pada akhimya secara tidak langsung berdampak memberikan identitas bagi kalangan tertentu. Motif pada batik mempunyai arti simbolis, pola-pola yang diterapkan juga mengandung filosofi yang berkaitan dengan ciri khas blldaya suatu masyarakat.

Saat ini, sambungnya, motif-motif batik yang sudah ada didominasi oleh bentukan-bentukan abstrak hingga obyek-obyek yang menyerupai profil manusia, wayang, bangttnan, awan dan benda-benda lainnya. Pada masa kini, gambar sebagai terapan ilustrasi semakin berkembang baik bentuk mallpun formatya yang didukung dengan penggttnaan banyak alat berupa sarana manual mallpun ditigital.

Sementara Sayatman menjelaskan desain motif merupakan aset penting bagj para perajin batik. Makin banyak motif yang diliasilkan maka makin besar peluang untuk berproduksi. Ini artinya makin besar pula pelllaJlg produk yang dikompetisikan di pasar. Oleh karenanya tidaklah berlebil1an jika dikatakan bal1wa produktivitas dan eksistensi seorang perajin batik, salah satunya dapat diukur dari kemampuannya dalam menghasilkan desain motif.

“Kita tidak meragukan kemampuan para perajin dalam menghasilkan desain motif yang sangat beragam dengan teknik konvensional. Karena dari tangan-angan terampil mereka telah dil1asilkan ribuan bahkan jlltaan motif batik. Meskipun sangat disayangkan, proses transformasi desain yang pemah dibllat kadang tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga karyakarya yang pemah ia hasilkan hilang begitu  saja seiring dengan te~ualnya batik tersebllt. Tidak ada arsip dan jejak rekam proses desain yang ditinggalkan kecuali di kepala si pembuamya sendiri. Artinya, jika suatu saat ingjn memproduksi lllang dan ia akan memlllai prosesnya dari awal dan mlmgkin hanya mengandalkan ingatannya saja saja,” papar Sayatrnan.Sedangkan Sabar SE MSi dalam paparannya menyebutkan dasar yang melatarbelakangj sebuah riset harus dilakukan bisa ditinjau dari aspek pasar. Konsumen merupakan tujuan utama dari suatu produk, maka pemahaman kebutuhan dan keinginan konsumen adalah hal penting. Produsen harus memperhatikan perilaku konsumen dengan mengenali, mengapa dan bagiamana individu- individu mengambil keputusan dalam mengonsumsi.

Disebutkan, konsumen dalam mengambil keplltusan melalui tiga tahap yaitu input, proses, dan output. Pada tahap input konsllmen akan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang berasal dari usaha pemasaran sllatu badan usaha seperti produk, promosi dan harga serta berasal dari lingkungan sosiokultural dari konsumen itu sendiri sperti keluarga, kelas sosial, dan budaya. Pada tahap proses seorang konsumen akan membuat suatu keputusan untuk membeli atau tidak.

“Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi konsumen sehingga konsumen dapat melakukan pengenalan terhadap kebutuhan, mencari informasi tentang suatu produk, serta membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lain untuk mendapatkan suatu pengalaman. Tahap terakhir adaJah tahap output di mana seorang konsumen telah memutuskan pelakll untuk membelj sllatu produk. Dalam membeli suatu produk konsumen melallii dua tahap yaitu tahap pada saat konsumen membeli (trial purchase) dan tahap konsumen membeli lagi karena disebabkan suatu prod uk tersebut rllsak atau habis (repeat purchase). Nah, dari kedua tahap pembelian tersebut konsumen akan mengevaluasi apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atall tidak berdasarkan dengan pengalaman yang diperoleh,” jelasnya•ryan

HM DJUPRI, SAREKDA Jawa Timur, edisi: 012, 2011, hlm. 11

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kesenian, Seni Budaya, Sentra, Th. 2011 dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar