Makam Proklamator, Kota Blitar


Makam Proklamator masih Jadi Primadona Wisata

Jika datang dan melihat Makam Bung Kamo, otomatis, dibenak kita teringat dan tentu saja tak mungkin terlupakan akan sosok sang Proklamator Kemerdekaan RI sekaligus Presiden pertama RI. Meskipun beliau telah meninggal dunia pada 21 Juni 1970, akan tetapi namanya masih tetap harum dan dikenang sepanjang jaman, bahkan makamnya pun masih tetap menjadi primadona wisata yang tidak pernah sepi oleh pengunjung. Makam yang terletak di Desa Sentul, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan Kota Blitar ini tepatnya berada di Jl. Slamet Riyadi tetapi saat ini sudah berganti nama menjadi Jl. Soekamo Hatta, tepatnya sekitar empat kilometer dari Kota Blitar. Makam yang menempati dan dibangun di atas lahan seluas 1,8 hektar ini, telah mengalami perubahan beberapa kali pemugaran oleh Pemerintah Kota Blitar. Pemugaran ini dimaksudkan untuk pencitraan Makam Bung Kamo sebagai ikon Kota Blitar yang mampu menarik pengunjung untuk berziarah.

Di areal komplek ini sejak 2003 lalu, juga dilengkapi bangunan perpustakaan dan mini museum, tujuannya agar para pengunjung dapat lebih mengenal dan mengetahui serta mengeksplor apa yang pernah mereka dengar dan apa yang pernah mereka baca. Di sepanjang jalan menuju makam, dimulai dari jalan yang menghubungkan perpustakaan di sisi selatan komplek makam sampai pada gapura Agung yang berdiri megah di tengah pelataran dalam dilengkapi sarana penunjang ini terbuka untuk umum. Jarak dari Gapura Agung menuju ke makam Bung Kamo tidaklah terlalu jauh, paling-paling hanya sekitar 5 hingga 8 meter dari pusara. Artinya, setiap orang yang berziarah ke makam Bung Karno bisa mendekat ke pusara Presiden pertama yang diapit oleh kedua orang tuanya yakni Ayah dan ibunya. Agar bisa menampung para penziarah, maka Areal Makam ini dibangun Joglo dengan luas sekitar 40 meter persegi. Bangunan obyek wisata religi bernuansa kebangsaan ini menjadi obyek wisata yang selalu menjadi tujuan utama bagi turis domistik maupun mancanegara.

Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Kamo yang berbentuk joglo dikombinasi dengan seni bangunan jawa yang diberi nama Astono Mulyo. Di atas Makam diletakkan sebuah batu pualam hitam bertuliskan: “Disini dimakamkan Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.” Sebelum dilakukan pemugaran bangunan makam yang berbentuk joglo dan berukuran cukup besar ini, makam tertutup rapat oleh dinding kaca, sehingga peziarah hanya bisa melihat batu nisan dan berdo’a untuk mendoakan Proklamator dari luar kaca penyekat. Untuk itu, sejak tahun 2001 lalu dilakukan pemugaran dan perubahan tata ruang bangunan yang ada di makam. Yaitu saat negeri ini dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati sebagai Wapresnya. Setelah pemugaran usai, maka pusara Bung Kamo yang diapit oleh makam kedua orang tuanya, R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai telah terbuka untuk umum, bahkan setiap peziarah bisa langsung berdoa didekat pusara dan menyentuh batu nisannya.

Sebagai kawasan wisata ziarah andalan, Makam Bung Karno rata-rata pengunjung mencapai 1.000 peziarah setiap harinya. Menurut data Pemkot Blitar, wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Makam Bung Karno sepanjang tahun 2010 mencapai 500.000 wisatawan. Untuk melengkapi megahnya komplek wisata makam, pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat, Pemprov dan Pemkot Blitar membangun perpustakaan yang diberi nama “Bung Kamo” dan peresmiannya dilakukan oleh putrinya sendiri Yakni megawati Soekamo Putri yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia tepatnya pada tanggal 3 Juli 2004 lalu. Bangunan yang terdiri dari empat gedung bertingkat dan dipisahkan oleh pelataran serta kolam yang tertata cantik, rapi memanjang ini, menambah kemegahan dan keeksotisan keberadaan perpustakaan dimaksud. Sesuai  dengan fungsinya yaitu perpustakaan sebagai sarana melestarikan sosok serta pemikiran sang proklamator, terutama bagi generasi muda mendatang. Diareal ini tidak ada yang sulit atau yang ribet, sebab setiap pengunjung bisa masuk ke perpustakaan tanpa dipungut biaya, serta bangunannya didesain secara indah serta dilengkapi pendingin (AC) sehingga suasananya terkesan sangat nyaman.

Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat gambar-gambar dan barang-barang bersejarah peninggalan Bung Karno semasa beliau berjuang. Tak cuma yang realistis, hal- hal yang berbau magis dan mistis pun terdapat pula di sini seperti kopor bersejarah, dan lukisan gambar Bung Kamo yang bisa bergetar sendiri. Dengan dilengkapi pengeras suara, terkadang operator juga memutar pidato Sang Proklamator yang terkenal sebagai orator. Ada satu hal penting atau peraturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar oleh semua pengunjung perputakaan dan Museum Bung Karno yaitu tidak diperbolehkan mengambil gambar/mendokumentasikan apapun yang ada di dalam ruangan ini. Gedung Perpustakaan Proklamator ini terdiri atas beberapa bagian untuk menyimpan koleksi. Koleksi khusus berada di Gedung A lantai 1 timur, mengoleksi otobiografi Bung Karno, buku-buku karya Bung Karno, serta buku-buku tentang Bung Karno, kamus, ensiklopedi, indeks, peta, dan lain-lain. Gedung A lantai 1 barat digunakan untuk koleksi foto, lukisan, dan peninggalan Bung Karno. Lantai 2 Wltuk mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, ilmu terapan/teknologi, kesenian/olahraga, kesusasteraan, sejarah, dan geografi.

Di ruangan itu juga terdapat beberapa terbitan secara berkala, seperti surat kabar, majalah, dan buletin. Sedangkan koleksi buku-buku karangan penulis luar negeri tentang Indonesia terbitan berbagai Negara bisa dijumpai di Gedung B. Ruang audio visual di Gedung C, digunakan untuk menikmati koleksi audio dan visual dalam bentuk CD dengan kapasitas 100 orang. Untuk ruang seminar/talkshow, pelatihan singkat, presentasi, dan sebagainya berkapasitas 50 orang berada di Gedung C, Selain itu, komplek ini juga dilengkapi dengan Amphi Theatre. Panggung terbuka yang berada di samping gedung perustakaan ini yang diproyeksikan sebagai tempat penampilan karya budaya dan kesenian anak bangsa. Panggung tersebut makin semarak pada saat Haul Bung Karno yang jatuh pada bulan Juni. Perpustakaan tersebut secara kelembagaan di bawah Perpustakaan Nasional, sedangkan personel pengelolanya di bawah Dinas Inkomparda Kodya Blitar yang terdiri atas 31 tenaga perpustakaan, 16 keamanan, dan 7 kebersihan•

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: … Volume III, No. 29, Mei 2011, hlm. 32.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Blitar [Kota], Wisata, Wisata Sejarah dan tag , , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar