Kaliandra, Pasuruan


Kaliandra Terletak di dekat Taman Safari Prigen, kompleks Pusat Pendidikan Alam dan Budaya (PPAB) Kaliandra menawarkan konsep berlibur altematif. Pariwisata bukan lagi bermakna sekedar menikmati keindahan alam tapi bagaimana menyatu dengannya melalui pembelajaran tentang lingkungan. Arsitektur. bangunan khas Jawa, tantangan alam yang menakjubkan, dan seribuan tumbuhan yang dibiarkan liar adalah wahana penyegaran jiwa raga yang layak dicoba.

Jadi, bila Anda berniat ke sana sekedar untuk gelar tikari sambi! bercengkrama menyantap bekal, urungkan saja niat itu. Kami tidak bisa menerima keinginan itu. Konsep Kaliandra adalah pembelajaran tentang lingkungan. Jadi, mereka yang datang ke sini diharapkan mengikuti program yang kami ~awarkan,” ujar Heri Agus Setiawan, Kordinator Programi Kaliandra. “Awalnya memang sulit. Tapi seiring waktu, para tamu yang datang mengerti sendiri tentang konsep itu,” imbuh Bagoes S. Brotodiwirjo, pendiri Yayasan Kaliandra.

PROGRAM KHUSUS
Kawasan Kaliandra terletak 850 meter di atas permukaan laut. Pengunjung bisa memaksimalkan sarana dan kegiatan yang ada di Kalianclra yang sarat nuansa alam dan budaya Jawa. Misalnya ITIelihat dan belajar tentang hutan, naik gunung, bertualang, dan. berkemah. Banyak yang kita dapat dengan berkeliling kompleks  seluas 15 ha ini. Salah satunya adalah pengenalan seribu jenis tanaman yang dibiarkan tumbuh bebas.

“Keragaman jenis tanaman sengaja karni pertahankan karena justru dengan itulah mereka saling bantu dan keseimbangan alam tetap terjaga,” terang Heri. Menikmati dan belajar ten tang pertanian organik juga bisa dilakukan di kebun seluas 5 ha. Aneka jenis tanaman kita temukan di sini mulai dari tanaman pangan, sayuran dan tanaman obat keluarga serta bagaimana mengolah produk pertanian. Selain itu, di sekitar area Kaliandra banyak peninggalan budaya dan alam yang belum populer namun menawarkan hal menarik seperti pertapaan Indrokilo dan Candi Sepilar serta sebuah air terjun yang terletak tak jauh dari situ.

Tempat ini bisa kita capai dengan mengendarai kuda dan guide dari masyarakat setempat. Selain hal-hal berbau petualangan, kita juga bisa
menambah pengetahun terutaJ.na tentang arsitektur Jawa.  Sentuhan budaya Jawa sangat terasa pada setiap sisi bangunan yang ada. Lima bungalo berasitektur khas Jawa memiliki daya tampung, maksimal 120 orang. Masing-masing bungalo memiliki kamar mandi yang terpisah dari rumah utama, sesuai dengan rumah khas Jawa. “Ketika akan membangun, kami melihat di sepanjang jalan menuju Kaliandra sudah tak ada lagi rumah tradisional Jawa. Lalu, mengapa rumah tradisional itu tidak dibangun di l<aliandra?” ungkap Bagoes S. Brotodiwirjo, yang juga seorang arsitek.

Pria lulusan sebuah universitas diASini kemudian mewujudkan idenya dengan memasukkan unsur-unsur Jawa Timur pada bebe’rapa bagian. Ukiran khas Madura dan Tuban terpampang jelas pada detil tiang. Di pendopo tengah (sokoguru) yang diberi nama Pendopo Mahameru, sebagian besar ukirannya asli buatan perajin di Pasuruan. Sebagian perabotan seperti kursi langsung didatangkan dari Mojokerto. Sementara, kegiatan diskusi atau sejenisnya bisa memanfaatkan Pendopo Mahameru dengan daya tampung 75 orang dan Pendopo Argopuro yang bisa menampung  50 orang peserta. Makna wisata tak lagi sekedar menikmati keindahan alam tapi  penyatuan dengannya melalui pembelajaran tentang lingkungan.

Saat ini pengelola Kaliandra telah menambah satu fasilitas lagi. Sebuah kompleks bungalo mewah, dan terletak di area yang lebih tinggi dari bangunan sejenis yang ada sebelumnya, akan dibuka bulan Juni. “Tempat ini kami bangun karena adanya permintaan fasilitas yang lebih privat dari para orang tua murid yang mengantar anaknya mengikuti program dan juga dari beberapa corporate. Karni belum menemukan penyebutan yang tepat untuk fasilitas ini. Kalau sebelumnya satu bungalo berdaya tampung hingga 20 orang, maka di sini maksimal hanya 6 orang dengan kelengkapan yang lebih tinggi dari sebelumnya,” terang Bagoes.

HAMBATAN
Dulunya komplek ini diperuntukkan untuk kegiatan pribadi. Pada tahun 1998 dibentuklah Yayasan Kaliandra Sejati yang diambil dari nama pohon (Ca/iandra ca/othyrsus) yang selalu menjadi pionir di lahan gersang. Tal1un 2001 Agus Wiyono, salah satu aktivis lingkungan menawarkan pola pendidikan alam pada yayasan. Orientasi Kaliandra pun mulai bergeser menjadi sebuah Pusat  Pendidikan Alam dan Budaya (pP AB). Sasaran pun tak lagi orang-orang sekitar area Kaliandra tapi juga mulai mengundang peminat dari kota lain seperti Surabaya dan Malang. “Kami yakin keadaan alam di sini pasti menarik minat orang apalagi kalau kita menawarkan program bermutu,” ujar Heri. Fasilitas pendukung pun dibangun.

Ketika akan menjalankan program yang telah digariskan, hambatan pun menghampiri. “Selain karena usia Kaliandra sendiri yang masih muda, konsep yang kami tawarkan juga rnasih belum dipaharni kalangan internal  Padahal, sebelum kita menjual program ini keluar, diri kita haruslah memahaminya terlebih dulu,” cerita Heri. Setahun kemudian nama Kaliandra sebagai salah satu ikon edukasi lingkungan di Jawa Timur mulai dikenal masyarakat. Jumlah orang yang berkunjung terns meningkat hingga tahun 2005 lalu tercatat 14 ribu orang non lokal telah menginjakkan kaki di Kaliandra. Jumlah ini bias dijadikan indikator diterimanya konsep edukasi lingkungan yang ditawarkan Kaliandra. “Petunjuk lainnya adalahcukup banyak jumlahkelompokyang kembali ke sini,” imbuh Heri. beberapa perusahaan juga kerap mengikuti program yang ditawarkan. “Kalau mereka biasanya memilih outbond. Kelompok mahasiswa lebih sering mengadakan Iatihan dasar kepemimpinan sedangkan para guru biasanya sharing mengenai metode pegajaran,” pungkas Heri.  indah yuni/foto : an kusnanto

Kan Kuikuti Setiap Jejak Nadirnu … Dunia Terus Berputar, Namun Kaliandra Tetap Seiring Dengan Alam Dan Masyarakat Sekitar.

Sekelompok siswi Sekolah Dasar (SD) berjalan menyusuri lintasan setapak beraspal. Canda tawa khas membuat jarak 2 km menuju Kaliandra mudah ditebas. Sesampainya di sana, mereka langsung menuju Padepokan Mahameru. Tak lama, nada khas Jawa berdendang mengiringi tangan-tangan mungil gemulai memainkan selendang. Sementara, disisi lain beberapa anak lakilaki bergegas menuju  Padepokan Argopuro yang tak jauh dari Mahameru. Mereka duduk tenang lalu memainkan alat musik karawitan dan meluncurlah melodi Jaranan. Semen tara, para ibu sibuk di dapur meracik bahan dan bumbu menjadi hidangan yang menghibur lambung.

Aktivitas seperti ill! Merupakan pemandangan lazim di Kaliandra. “Semua kegiatan itu sebenamya merupakan pintu masuk dalam rangka penanaman kesadaran lingkungan buat masyarakat di sini,” kata Heri Agus, Kordinator Program Kaliandra. lni sejalan dengan pemikiran dasar yayasan yaitu peleburan dengan budaya dan masyarakat sekitar adalah sesuatu yang tak bisa ditawar. Hampir 90 persen pekerja di Kaliandra adalah masyarakat desa terdekat. Diapit dua desa yaitu Dayurejo dan Jatiarjo, Kaliandra terus mengikuti setiap detak nadi masyarakat. “Banyak hal yang bisa kita gaJi

dari mereka. Pertama, masalah budaya. Kedua, kita tahu orang yang tinggal di desa merriiliki quality of life yang tinggi. Selain itu, banyak sekali peninggalan bersejarah yang bisa dipelajari,” papar Bagoes S. Brotodiwirjo, pendiri Yayasan Kaliandra.

 
PPAB Kaliandra Berada di Dusun Gamoh Desa Dayurejo, Kecamatan  Prigen, Telepon: 0343-615257 & 0343- 615258, Fax: 0343-417357, Web: http://www.kaliandra .or.id; Kantor Perwakilan Surabaya JI. Serayu NO.4; Telepon: 031-5682912; Fax: 031-5622578; E-mail : kalian@indo.net.id

 
mossaik, jun 2006, hlm. 32-41

 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Pasuruan, Wisata, Wisata Khas dan tag , , , , , , , , , . Tandai permalink.

3 Balasan ke Kaliandra, Pasuruan

  1. Apakah ada yang mempunyai kopi atau catatan Sejarah Kadipaten Madiun Wilayah Timuran, mulai K.Bupati Rangga Prawirodirdjo I dst

Tinggalkan komentar