Alan Budi Kusuma, Surabaya


Alan Budi KusumaAlan Budi Kusuma, Peraih Emas Olimpiade 1992,  Selain juara Olimpiade, berbagai gelar yang diraih Alan adalah juara PON 1988, juara Thailand Open (1989), runnerup kejuaraan Dunia (1991) Juara China Open (1991) dan juara Piala Dunia (1993).

Alan Budi Kusuma pasti tidak asing bagi perbulutangkisan di tanah air bahkan dunia. Dia bisa dikatakan sebagai pemain terbesar kedua dari klub Suryanaga Surabaya setelah sang maestro, Rudy Hartono Kurniawan. Berbagai gelar bergengsi pernah disabet oleh Alan, pria kelahiran 29 Maret 1968.

Di antaranya yang paling prestisius adalah meraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Saat itukontingen Indonesia juga meraih medali emas lewat tunggal putri Susi Susanti. Aian-Susi yang ketika itu disebut-sebut ‘pasangan emas’ kemudian menikah dan kini telah dikaruniai tiga anak.

Selain juara Olimpiade, berbagai gelar yang diraih Atan di antaranya adalah juara PON 1988 setelah di final menaklukkan pebulutangkis tangguh pada saat itu, Icuk Sugiarto. Pada 1989, Alan juara Thailand Open, pada 1991 tampil sebagai runner up Kejuaraan Dunia, pada tahun yang sama tampil sebagai juara China Open dan pada 1993 tampil sebagai juara Piala Dunia.

Berbagai prestasi di atas tak lepas dari dorongan keluarga. Alan ternyata lahir dari keluarga yang hobi bermain bulutangkis. Ayahnya, Arya Wiratama, dan ibunya, Veronica juga adalah pemain bulu tangkis.

Pada tahun 1970-an, Alan kecil diajak ayahnya nonton latihan di PB Rajawali. Saat itu PB Rajawali dihuni oleh pemain- pemain top bulu tangkis di tanah air seperti Rudy Hartono, Njoo Kiem Bie, Mulyadi serta Indra Gunawan.

Pada saat itulah ayah Rudy Hartono, Zulkarnam Kurniawan, melihat Alan yang ketika itu berumur delapan tahun dan bertubuh gemuk. Zulkarnam Kurniawan kemudian menasehati Arya Wiratama agar Alan diikutkan latihan bulu tangkis supaya tubuhnya kurus.

Mulai saat itulah Alan ikut latihan bulu tangkis. Setelah dari klub Rajawali, Alan Kemudian pindah ke klub Suryanaga pada usia 13 tahun, la pindah karena di Rajawali tidak ada teman untuk sparing sementara di Suryanaga banyak pemain yang bisa diajak latihan bersama

Setelah dua tahun berlatih di Suryanaga, pemainan Alan terus menanjak. Untuk lebih meningkat keterampilannya, Alan kemudian diikutkan berlatih di Prasetya Mulya Jakarta, klub milik Jaya Raya. Pada usia 15 tahun, Alan tampil sebagai juara III Kejuaraan Asia Yunior.

Pada tahun 1985 Alan dua kali juara Seleknas di Surabaya dan Bali. Karena prestasinya ini, Alan kemudian masuk Pelatnas. Karena masuk pelatnas butuh biaya besar, akhirnya Suryanaga melepas Alan ke PB Djarum Jakarta.

Alan, yang tipe permainannya mirip dengan Rudy Hartono, bisa mencetak prestasi besar tak lepas dari kesabaran dan kedisiplinannya la juga dikenal sebagai pemain yang penurut dan tak banyak tingkah, sehingga dalam pergaulan dengan pemain lainnya juga tak ada masalah.

Keberhasilan Alan mengukir prestasi di bulu tangkis juga membuat adik- adiknya mengikuti jejaknya untuk menjadi pemain. Dua adik perempuannya, Heny dan Veny sempat bermain di ganda wanita dan menyabet gelar juara nasional di Medan.

Adik Alan lainnya, Johan Hadi Kusuma, juga meniti karir di bulu tangkis. Namun prestasi Johan tak secemeriang Alan. Johan, setelah tidak menghuni pelatnas, mewakili Hongkong di berbagai kejuaraan internasional. Setelah gantung raket, Alan bersama Susi Susanti kini berbisnis alat-alat olahraga bulu tangkis yang diberi merk Astec, kepanjangan dari Alan-Susi Technology.

.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Johnny Budi Martono & Mulyono. Buku Peringatan 100 Tahun POR Suryanaga, Surabaya: Suryanaga, 2008.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Surabaya, Th. 2008, Tokoh dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar