Pemerintahan Wiraraja Dan Pembangunan Kota Majapahit


Dalam tahun 1268-1292 Kerajaan Singosari dipimpin oleh Raja Kertanegara yang mempunyai dua orang menantu ialah R. Wijaya dan R. Ardaraja. Pada batu bersurat didesa Butak diceriterakan, bahwa pada suatu hari Raja Kertanegara diserang ole Jayakatwang dari negeri Gelang-gelang (Daha), yang maksudnya untuk menjatuhkan Kertanegara beserta singgasananya dinegeri Tumapel. Setelah Kertanegara mendengar bahwa musuh datang, dikirimkanlah R. Wijaya dan R. Ardaraja untuk memukul mundur musuhnya. Dikampung Kedung Peluk kedua belah pihak betemu dan api peperangan mulai dinyalakan. Lawan dapat dikalahkan dan mereka lari tunggang langgang kekampung Lemah Batang dan Pulungan. Tetapi dari kampung Rakut Carat tiba-tiba datanglah lawan dengan tidak tersangka-sangka jang mempunyai kekuatan besar, dan menan­tu-menantu Kertanegara terpukul mundur. R. Wijaya dikejar oleh musuhnya, ia terus lari ke negeri Kudadu.

 

Diceriterakan bahwa Raja Kertanegara mati terbunuh, sehingga sejak itu Singosari berada dibawah perintah kerajaan Daha (Kediri). Bagaimana sikap Raden Wijaya atas kehilangan kerajaan mertuanya? Dari Kudadu, ia memutuskan untuk menyeberang kepulau Madura, guna minta bantuan Wiraraja (keratonnya di Batuputih, Sumenep), Ialah ra­ja Madura yang berkedudukan di Sumenep atas angkatan Raja Kerta­negara. Raden Wijaya diterima sepantasnya oleh Wiraraja. Mereka berjanji untuk nantinja membagi tanah Jawa menjadi dua bagian. SelanjutnYa Wiraraja menganjurkan supaya R. Wijaya pergi ke Kediri, ibukota Jajakatwang menjalankan pemerintahan.

Disana ia supaya menundukkan diri kepada Jajakatwang dan kalau sudah menjadi kesayangan diistana ia supaya minta tanah Tarik untuk dibabat bersama-sama dengan orang Madura, guna dijadikan kota.

Pembangunan Kota Madjapahit.

Akhirnya dengan segala kecerdikan Raden Wijaya, Jayakatwang mengidzinkannya, tanah Tarik untuk dijadikan tempat tinggal. Tanah tersebut tidak subur, sehingga sukar sekali untuk mencari makanan. Pada suatu ketika seorang pengikut Raden Wijaya dari Madura merasa lapar dan ia terus menaiki pohon Maja yang daunnya berduri serta segera memetik buahnya. Setelah buah itu dimakannya terasa sangat pahit dan scgera dibuangnya. Sejak itulah dimana tempat buah Maja yang Pahit itu dilemparkannja disebut Majapahit.

Demikianlah diceritakan dalam kitab Pararaton. Akan tetapi, hal itu juga dapat sebagai, perumpamaan bahwa Majapahit didirikan atas pahit getirnja perjuangan. Selain dari itu Majapahit juga disebut Wilwatikta.

Semasa hidupnya Raja Kertanegara, pada suatu hari datanglah utusan negeri Cina menghadap Radja, yang maksudnja supaya Singosari tunduk kepada negeri Cina. Karena itu Kertanegara marah dan melukai muka utusan itu. Oleh sebab itu datanglah bala tentara negeri Cina yang diutus oleh Rajanya yang bernama Kubilai Khan untuk membalas dendam. Tentara Cina datang dipulau Jawa pada tahun 1293, dimana tidak dapat bertemu dengan Kertanegara karena telah meninggal dunia setahun sebelumnya. Tentara Kubilai Khan dipimpin oleh tiga Jendral ialah : Che-pi, Yi-K’o-mi-su dan Kau Hsing. Sewaktu mereka berangkat menuju Singosari, bertemulah dengan Raden Wijaya. Mereka dibelokkan menuju ke Kediri dan dihadapkan dengan Jajakatwang yang memang sudah mulai menyerang Majapahit. Meskipun Jajakatwang memiliki tentara ber-puluh puluh ribu orang jumlahnya, akhirnya dapat dipukul mundur juga oleh tentara Kubilai Khan. Sebenarnya tentara Cina kena tipu muslihat, karena balas dendam tersebut ditujukan kepada Raja Kertanegara, bukan ke­pada Jajakatwang.

Waktu itu Raden Wijaya sudah kembali ke Majapahit. Selanjutnya, bagaimana sikapnya terhadap tentara Cina yang ada dipulau Jawa? Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa Raden Wijaya banyak membunuh tentara Cina dengan bantuan orang Kediri dan orang Majapahit sendiri. Sebagian pula dari tentara Cina dapat dihalau meninggalkan pulau Jawa. Jayakatwang kemudian dapat dijatuhkan pula oleh Raden Wijaya dan dengan demikian pula Daha (Kediri) ada dibawah kekuasaan Majapahit dan Raden Wijaya sebagai Rajanya dengan gelar Kertarajasa Jayawardana. Adapun Wiraraja dengan pasukan Maduranya yang banyak memberi pertolongan diangkat menjadi Radja di Lumajang. (Lebih luas dari Lumajang sekarang sainpai keujung timur). Setelah Wiraraja dengan gelar Bayjak Wide mengakhiri kekuasaannya di Sumenep, daerah ini mengalami kemunduran.

Pimpinan di Madura setelah Wiraraja.

Yang mengganti memimpin pulau Madura ialah saudara dari Wiraraja yang bemama Ario Bangah, berkeraton didesa Benasareh, Rubaru, di daerah Sumenep juga. Kemudian pimpinan diganti oleh anaknya yang bernama Ario Danurwendo bergelar Lembusuranggono dan keratonnya dipindah kedesa Tanjung, dae­rah Bluto. Karena pulau Madura mengalami kemunduran, tidak banyak tulisan- tulisan atau ceritera ceritera mengenai kerajaan pulau Garam pada saat itu. Dari tangan Danurwendo dipindah lagi kepada anaknya bernama Panembahan Joharsari. Joharsari diganti pula oleh anaknja bernama Panembahan Mondoroko, yang berkeraton digunung Keles, daerah Ambunten, Penembahan ini diganti pula oleh anaknya, dan Madura mengalami 2 orang pimpinan, jalah Pangeran Bukabu dan Pangeran Baragung (artinya Sumberagung didaerah Guluk-guluk).

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

Dinukil oleh Tim Pustaka Jaw timuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Drs. ABDURACHMAN: SEJARAH MADURA SELAYANG PANDANG ; MELIPUTI KABUPATEN : SUMENEP, PAMEKASAN, SAMPANG, BANGKALAN, cet. II, aumatic the sun smp,Sumenep 1971, hlm.5-7

 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Legenda, Th. 1971 dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar