Sejarah Sekolah guru di Jawa Timur


Pemerintah Hindia Belanda yang pada waktu itu sudah banyak menerima pengaruh aliran liberal, telah mulai memper- hatikan kehidupan rakyat Indonesia. Bidang pengajaran yang di­buka bukan hanya untuk anak-anak orang Belanda, tetapi sudah memperhatikan juga keputera-putera bangsa Indonesia, terma- suk anak-anak orang kebanyakan.

Pemerintah selain memperhatikan bidang pendidikan ke- juran seperti pertukangan, juga memperhatikan Sekolah Pendi­dikan Guru (Kweekschool). Sekolah Guru yang pertama didirikan di Jawa Timur pada tahun 1875 di kota Probolinggo. Tahun- tahun sebelum itu kota-kota lain di luar Jawa Timur telah lama pula didirikan sekolah guru. Antara lain Bukittinggi (1856), Tanahbatu (1864; Tapanuli), Surakarta (Solo), dan Magelang. Sekolah guru di Surakarta merupakan sekolah guru yang pertama dibuka oleh pemerintah pada tahun 1852. Sekolah ini pada ta­hun 1875 kemudian dipindahkan ke Magelang.

Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan pada tahun 1871 berdasarkan beslit kerajaan, artikel 1, mengatur sekolah pendidi­kan guru atau Kweekschool dengan pertimbangan bahwa pemben- tukan sekolah dasar bumiputra harus didahului dengan pemben- tukan tenaga pengajarnya. Karena sekolah ini akan mengeluar- kan tenaga pengajar atau guru, maka jelas sudah bahwa di seko­lah ini diberikan pelajaran bahasa Belanda. Bahasa Belanda merupakan mata pelajaran wajib yang sebenarnya sudah diberi­kan sejak tahun 1865. Mata pelajaran itu diberikan karena Kweek­school dianggap sangat penting kedudukannya dalam rang- ka perluasan sekolah-sekolah dasar bumiputera48) sehingga jumlahnya diperbanyak oleh pemerintah. Agaknya sekolah semacam ini belum dapat menarik perhatian. Karena itu perlu adanya rangsangan untuk menggairahkan para pemi- nat. Maka oleh pemerintah gaji guru lulusan Kweekschool dari f 30,- sampai f 50.- dinaikan menjadi f 75.- sampai f 150,- setiap bulan. Namun demikian rangsangan itu masih belum menarik perhatian anak-anak priyayi tinggi. Karena itu banyak pelajar yang berasal dari anak-anak priyayi kecil, pedagang, dan rakyat biasa. Jumlah lulusan sekolah guru ini tidak banyak, sebab di samping mata pelajaran yang banyak dan bertumpuk- tumpuk, bahasa Belanda dianggap sebagai mata pelajaran wajib yang sulit. Karena itu kekurangan tenaga guru tidak dapat mengharapkan dari lulusan sekolah guru itu. Hal demikian menyebabkan pemerintah mengangkat guru melalui ujian.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Sejarah, Th. 1986 dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar