Payung Siti Hinggil


Payung Siti Hinggil Hilang, Empat Nyawa Melayang

Setelah 4 warga meninggal secara misterius, Paguyuban Olah Rasa Sejati mengganti payung- payung keramat yang hilang dari petilasan Raden Wijaya Siti Hinggil. Benarkah kematian mereka akibat kutukan leluhur Majapahit?

Aroma magis langsung terasa, begitu berada di Siti Hinggil, situs peninggalan Kerajaan Majapahit yang berada di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Wangi asap kemenyan dan kembang

sekaran seolah tidak pernah tidak ada dari tempat keramat itu. Di tempat inilah Minggu (16/4) pekan lalu Paguyuban Olah Roso Sejati menggelar ritual penggantian payung cungkup Raden Wijaya yang beberapa waktu lalu hilang dicuri orang.Bukan hanya payung

di cungkup Raden Wijaya saja yang diganti dalam upacara tersebut, tetapi juga payung Garwapadmi Gayatri. Sedang tiga pa­yung lain milik selir dan abdi dalem yang berada dalam satu kompleks Siti Hinggil yang sudah terlihat lusuh juga turut dicuci.

Setelah melakukan kontak batin sesaat dengan para le­luhur Majapahit di depan Sanggar Pamujan yang terletak di sudut Siti Hinggil, tim yang beranggotakan sekitar 25 orang ini langsung mensucikan ketiga payung itu de­ngan menggunakan air sumur yang Siti Hinggil yang berada di sekitar kompleks tersebut. Setelah disucikan, payung-payung itu ditempatkan dalam Sanggar Pamujan Siti Hinggil. “Karena bukan pa­yung sembarangan, sehingga diperlukan upacara khusus jika ingih menggantinya,” kata Sunar, juru bicara Paguyuban Olah Roso Sejati. Lebih jauh dikemukakan, dengan ditempatkannya payung-payung itu di Sanggar Pamujan, maka akan mengembalikan kekuatan gaib dari sejumlah payung tersebut.

Berkah

Payung-payung terse­but banyak dipercaya kalangan spiritual memili- ki kekuatan khsusus. Sa- lah satunya bisa menambah kewibawaan dan kharisma bagi siapapun yang bisa memilikinya. Tak heran, jika sebelum diganti oleh Paguyuban Olah Roso Sejati dua pa­yung di petilasan Raden Wijaya dan permaisuri- nya hilang dicuri. Pencurinya pun, banyak diper­caya warga setempat memiliki kesaktian luar biasa. Mungkin karena ini pula, hingga sekarang kasus pencurian payung bertuah itu belum terungkap.

Salah seorang warga setempat yang mengikuti jalannya upacara penggantian payung di Siti Hinggil mengaku amat senang dengan prosesi tersebut. “Saya senang kalau ada yang mau mengganti payung milik Gusti Prabu Raden Wijaya,” katanya. “Ya, karena sejak payung itu hilang ada saja kejadian aneh di desa ini,” lanjut lelaki itu tanpa bersedig menyebutkan namanya.

Kejadian aneh yang dimaksud, antara lain sakitnya seorang warga setempat yang secara tiba-tiba hingga terenggut jiwanya. “Sejak payung itu hilang sekitar bulan Suro lalu, sedikitnya ada empat warga sini yang meninggal dunia tanpa sebab yang jelas,” lanjutnya serius. “Makanya, kami hanya bisa berucap teri- ma kasih, kalau ada yang mau mengganti payung Gusti Ra­den Wijaya,” tandas laki itu.

Lalu benarkah kasus hilangnya payung-payung terse­but mengakibatkan kutukan bagi warga di sekitarnya? Berdasarkan olah spiritual dari leluhur Paguyuban. Olah Roso Sejati pada Gaib Raden Wija­ya, sebenarnya leluhur Majapahit ini tidak mempermasalahkan hilangnya payung-payung tersebut. “Tapi bisa jadi ada aparat gaib dari Kerajaan Majapahit yang tidak terima bila payung milik rajanya hilang begitu saja. Nah itu juga bisa berarti macam-macam kan,” ungkap Sunar mencoba menerjemahkan peristiwa aneh di balik hilangnya payung- payung bertuah tersebut menurut kacamata spiritual.

Menurut Sunar, meskipun Kerajaan Majapahit sudah hilang dari jagad raya ini, namun aura gaib kerajaan itu hingga kini masih ada di seputar Siti Hinggil dan kawasan .Bejijong. Bahkan secara gaib pula, wujud fisik kerajaan itu berikut para punggawanya masih bisa dilihat. Bebe- rapa warga sekitar Siti Hinggil bahkan mengaku, sesekali melihat “penampakan” sosok-sosok berpenampilan ala prajurit-prajurit kera­jaan. “Ya, kami mengira sosok-sosok misterius itu sebagai arwah tentara Ma­japahit yang kama- nungsan,” paparnya.

Kilatan Aura

Pagi hari sekitar pukul 9.00 wib, pro­ses pencucian dan penyucian payung selesai. Dua buah Payung Jagat milik Raden Wijaya dan Garwapadmi Gayatri serta tiga payung milik selir dan abdi dalem langsung di- buka serentak oleh para sesepuh pagu­yuban. Saat membuka kelima payung inilah, beberapa anggota paguyuban mendadak mengarahkan pandangannya pada pohon yang memayungi petilasan Raden Wijaya itu.

Ada apa? “Kalau tadi Anda melihat, waktu sesepuh paguyuban membuka payung, ada kilatan cahaya yang keluar di atas petilasan selama beberapa detik. Mirip lampu blitz kamera,” ungkap Sunar yang diamini beberapa anggota pagu­yuban. Rupanya kilatan cahaya ini sempat pula terekam oleh kamera salah satu anggota paguyuban.

Kilatan cahaya misterius ini terekam pada saat anggota paguyuban mencuci ketiga payung milik selir dan abdi dalem di sekitar lokasi sumur. Dalam dokumentasi foto itu, terlihat bayangan putih me­mayungi mereka yang sedang mencuci payung. Sesepuh paguyuban menyebutkan, baya­ngan putih tersebut sebenarnya aura dari payung-payung bertu­ah yang akan disucikan. “Hasil terawangan gaib kami mengatakan, itu adalah bukti bahwa para leluhur Majapahit merestui apa yang sudah kami lakukan. Ya, semoga saja payung-payung itu tetap bisa mengayomi rakyat seperti yang dilakukan oleh Majapahati waktu dulu,” begitu hasil rapat Paguyuban Olah Roso Sejati. ■ lay

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: LIBERTY, EDISI 2267, 1-10 MEI 2008

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Mojokerto, Seni Budaya, Th. 2008 dan tag , , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar