Teknik menenun pakaian tambahan Lurik Tuban


Teknik menenun pakaian tambahan Lurik Tuban

Di daerah Tuban orang masih menenun lu­rik pakan tambahan dengan alat tenun gen­dong, serta pada umumnya mereka masih mempergunakan benang pintal tangan.

Pada hakekatnya tenunan pakan tam­bahan adalah tenunan polos yang sekaligus merupakan tenunan dasar, yang dihias dengan diberi/ditambah benang pakan tambahan.

Caranya adalah dengan jalan mema­sukan/menyisipkan benang pakan terse­but, dan seterusnya) di antara benang pakan dari tenunan dasar, dan seterus­nya, menurut corak yang diinginkan.

Be­nang pakan tambahan secara bergiliran di­sisipkan sekali di atas beberapa benang lungsi dan sekali di ba­wahnya, dan seterusnya, sesuai corak yang diinginkan. Dengan de­mikian terlihat benang pakan tambahan sekali berada di atas permukaan tenunan dasar, sekali di bawahnya.

Bentuk kain tradisionbal Tuban

Baik kain lurik maupun kain batik Tuban, umumnya berbentuk;’ari£ (kain panjang) dengan ukuran ± (1 x 2,5 m), dan berben- tuk kain sarung ± (1 x 2 m).

Sayut, istilah setempat untuk selendang kebanyakan di batik, dengan ukuran yang sangat panjang ± (3 x 0,5 m), yang dipakai sebagai pem­bawa barang. Ikat kepala biasanya terbuat dari batik.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Lurik Garis-garis Bertuah,Nian S. Djoemena, Jakarta,  Djambatan, 2000, hlm. 112-113

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kesenian, Th. 2000, Tuban dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar