H. Imam Utomo Gubernur Jawa Timur, 1998-2003 dan 2003-2008


imam-utomo-01

Sebagai Gubernur Jawa Timur, Mayjen TNI (purn) H. imam Utomo sudah pasti memiliki prestasi yang luar biasa. Itulah sebabnya masyarakat Jatim mempercayakan kepemimpinan Jatim untuk dua periode, yang kedua didampingi oleh Dr H. Soenaijo sebagai Wakil Gubernur.

Namun kalau ditanya apa prestasi Imam Utomo yang menonjol selama masa kepemimpinannya, orang pasti akan berpikir dulu untuk menjawabnya, begitulah Imam Utomo, ia bukan pemimpin sehingga gampang dikenang-orang. Tetapi masyarakat Jawa Timur pasti akan merasakan, selama masa kepemimpinannya (1998-2003 dan 2003-2008) suasana Jawa Timur sangatlah tenang. Padahal pada masa-masa itu adalah puncak dari gejolak perubahan bangsa kita yang penuh ketidakpastian, kemerosotan hampir di semua bidang termasuk ekonomi.

Meski demikian Imam Utomo bukan tak sepi prestasi sampai masa tiga tahun sebagai Gubernur jawa timur dalam periode kedua, Imam banyak mendapatkan penghargaan nasional termasuk beberapa kali yang diserahkan langsung oleh Presiden. Secara berkelakar seorang pejabat Pemprov bahwa mungkin saja. Presiden ‘bosan” melihat Imam Utomo berkali-kali menerima penghargaan atas prestasinya. “Tetapi apa mau dikata, wong prestasi-prestasi ini memang dicapai Gubernur Imam Utomo,” kata pejabat itu.

Salah satu keberhasilan Imam Utomo adalah dalam menggolkan pembangunan jembatan Suramadu, meskipun ketika buku ini ditulis proyek tersebut beijaJan tersendat-sendat Namun bila segalanya kembali beijalan lancar, banyak kalangan menilai prestasi itu luar biasa. Bukan karena jembatan itu sudah sejak tahun 1950-an digagas, tetapi yang lebih penting adalah, jembatan ini sangat strategis sebagai kunci kemajuan Madura yang selama ini merupakan kawasan yang relatif tertinggal dibandingkan daerah lainnya di Jatim.

Keberhasilan pembangunan jembatan Suramadu kini memang dipertaruhkan karena hal itu juga berarti akan tumbuhnya lapangan keija karena industri akan masuk Madura. Ini berarti membukakan kesempatan keija bagi ribuan tenaga penganggur yang juga masih dihadapi provinsi Jawa Timur. Jauh lebih luas lagi, jembatan Suramadu ini adalah tonggak kemajuan  masyarakat provinsi ini di segala sektor. Namun, Imam Utomo tidak lantas membusungkan dada atas kenyataan ini.

Ia seperti biasanya tetap kalem dan rendah hati. Baginya, keberhasilan pembangunan Jembatan Suramadu adalah keberhasilan seluruh masyarakat Jawa Timur. Selain itu, kenyataannya masih banyak rakyat di Jawa Timur yang hidup miskin, sampai belasan persen dari jumlah penduduk. Jumlah warga yang miskin belakangan ini bahkan meningkat akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Bencana, alam juga dalang silih berganti, antara lain bencana banjir, termasuk banjir lumpur yang tak terduga akibat pengeboran minyak oleh PT Lapindo Brantas di daerah Porong, Sidoarjo, sejak pertengahan tabun 2006. Luapan lumpur tersebut belum juga bisa dihentikan dan bahkan telah menenggelamkan ribuan rumah penduduk. Dampak lainnya adlaah ditutupnya Jalan Tol Porong, hal yang menimbulkan akibat buruk berantai terhadap ekonomi dan sosial provinsi Jawa Timur. Banyak industri terpukul akibat bencana lumpia- tersebut. Orang banyak menduga, Imam Utomo mungkin masyguk karena banyak capaian-capaiannya yang rusak akibat luapan lumpur di Porong.

Tetapi warga Jawa Timur kiranya tetap terkesan pada pemimpinnya ini. Dari sisi kepribadian, laki-laki kelahiran Jombang 14 Mei 1943 ini seolah kontras dengan cirri masyarakat Jawa Timur yang dinamis dan meledak-ledak karena Imam Utomo justru tenang. Tapi mungkin itulah sosok yang dibutuhkan ketika situasi sedang sangat bergejolak. Dengan suasana yang tetap tenang, perubahan bisa dijalani dengan lebih adem dan kepastian akan menggampangkan gerak ekonomi. Yang lebih penting lagi masyarakat seakan merasakan ketenangan menjalani kehidupan dengan baik.

Utamakan Musyawarah

Ciri lain yang menonjol dari putra pasangan Suparno (almarhum) dengan Hj Rukayat ini adalah optimisme yang mengalir dalam dirinya pada keadaan seperti apapun. Inilah kunci lain yang membuat dirinya mampu memimpin provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 35 juta jiwa ini. “Saya lebih mengutamakan musyawarah dan kekeluargaan untuk menyelesaikan masalah,” kata suami Hj Anik Triwinarni ini.

Imam Utomo yang pernah menjahat Denrem Bhaskara Jaya ini merupakan sosok yang dalam perjalanan hidupnya sangat dipengaruhi jalan hidup orang Jawa dan tentu saja kultur santri yang kental karena lahir di kota santri Jombang. Ia menjalani hidup sesuai falsafah Jawa yakni ngudarasay among rasa, mijil tresna dan agawe karya. Ngudarasa berarti mengenali perasaan dalam diri. Among rasa adalah mengendalikan dan menala perasaan sehingga bisa melihat hal yang baik dan buruk. Minjil tresna artinya berusaha mewujudkan sesuatu dengan kecintaan bukan kebencian. Dan pada akhirnya orang memang harus menghasilkan karya atau agawe karya. Tanpa membuat karya, orang tidak akan punya manfaat bagi orang lain. Apalagi sebagai pemimpin, jika tidakmampu menghasilkan karya ia hanya akan menjadi beban bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Meski demikian, ayah empat putra-putri (Andrianingrum, Agusanto B, Trisniartami dan Tantuko Adi, iniftetap saja memiliki karakter seperti umumnya masyarakat Jatim yakni keterbukaan. Ia bersikap terbuka kepada siapapun. Demikian juga ia mengharap sikap serupa dari orang lain. Karena itu ia bisa mengkritik orang lain dan tentu saja juga bawahannya tetapi ia tak alergi terhadap kritik. “Ini lebih saya sukai sehingga persoalan bisa diselesaikan dengan lebih baik, lebih terbuka ,” katanya.

Komandan Peleton Dalam meniti kariernya, Imam Utomo benar-benar berangkat dari bawah. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang pada 1965 pada Agustus tahun berikutnya ia diangkat sebagai Komandan Peleton I/A/404. Ia hanya menjabat enam bulan di tempat itu karena pada 1 Februari 1967 ia diangkat sebagai pelatih di Rindam IV. Setelah itu ia menjadi Wakil Komandan Kompi A/144 sebelum akhirnya menjadi Komandan.

Tiga tahun kemudian, melaui Surat Keputusan (SKEP) 114- 13/2/1971 Kapten Imam Utomo diangkat sebagai PASI I Yonif 141, tahun 1973 menjadi PASI 2/OPS Brigif 8 dan

Jabatan Komandan Batalyon inf 742 kemudian disandangnya.

Pada tahun 1980, dengan pangkat Letnan Kolonel, Imam ditugasi sebagai Karo Binkar Disdalkar. Jabatan itu hanya disandang satu tahun karena ia kemudian ditunjuk Kansaf Brigif 2 Kostrad yang kedudukan di^ Malang. Barulah setelah itu Imam masuk di Kodam V Brawijaya sebagai Wakil Asisten Oprasi, lalu Kansaf Korem 091/DSJ pada 1985, dan tahun berikutnya sebagai Komandan Brigif 18 Kostrad

Namun Imam Utomo rupanya telah ditakdirkan cocok di Jawa Timur, karena tidak lama kemudian ia ditarik ke Surabaya dan menjadi Aspers Kasdam V Brawijaya dan menjadi Paban 3/Binkar Spersad. Jabatan yang strategis sebagai Komandan Korem 084 Bhaskara Jaya kemudian dipegangnya. Jabatan ini dipegangnya tiga tahun sebelum akhirnya menjadi Kansaf Kodam, kemudian sebentar ditarik ke Jakarta sebagai Aspers KSAD sbelum akhirnya diangkat sebagai Pangdam V/Brawijaya pada 1 Februari 1995.

. Sebagai Pangdam, Imam Utomo memegang jabatan itu selama dua tahun eman bulan, dikemudian ditarik ke Jakarta untuk menjadi anggota DPR RI dari Fabri sejak 29 Agustus 1997. Baru setahun menjadi wakil rakyat, Imam dicalonkan untuk menjadi Gubernur dan akhirnya terpilih dalam pemilihan di DPRD Jatim, mengalahkan incurnbeni Mayjen (Purn) Basofi Sudirman. Ia dilantik Hingga akhir 2006, sudah hampir 9 tahun Imam Utomo memimpin Jawa Timur. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ia akan meletakkan jabatannya dan menyerahkannya kepada Gubernur baru, yang akan dipilih secara langsung dalam Pilkada yang dijadwalkan pada 2008. Di mana tempat Imam Utomo dalam sejarah provinsi ini? Jawabnya tentu ada di masing-masing hati rakyat daerah ini. Tetapi Imam Utomo setidaknya bisa menjalani pensiun dengan tenang dan tanpa beban. “Pasalnya, ia sudah dikenal sebagai sosok Gubernur pekerja Keras dan selalu bersungguh- sungguh dalam menjalankan tugasnya,” kata seorang pimpinan DPRD Jawa Timur. Sebagai Gubernur Jatim pada 26 Agustus 1998.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Mayjen TNI (Purn) H. Imam Utomo (Gubernur Jawa Timur, 1998-2003 dan 2003-2008)   hlm, 94-97

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Jombang, Th. 2012, Tokoh dan tag , , , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar