Dari Partai NU 38 Tahun Hingga Islam yang Selalu Modern


Dari Partai NU. 38 Tahun Hingga Islam jang selalu Moderen

1) NAHDLATUL ULAMA didirikan pada tanggal 16 Radjab 1344 H. (31 Djanuari 1926 M.) di Surabaja. Pembangunnya ialah alim-ulama dari tiap2 daerah di Djawa Timur. Diantaranja ialah K.H. Hasjim Asj’ari Tebuireng, K.H. Abdul Wahab Hasbullah, K.H. Bisri Djombang, K. H. Nawawi Pasu­ruan, K. Nachrawi Malang, K.H. Doromuntaha Bangkalan, dan lain2.’Berhu­bung dengan ulang tahun ke-38 partai N.U. itu, maka baru2 ini diadakan perajaan peringatan oleh anggota2nja di-mana2. Di Semarang misalnja ketua umum NU K.H. Idham Chalid, ketika membentangkan riwajat dan perdjuang-an partai NU selama 38 tahun, menge­mukakan pula, „bahwa pada waktu terdjadinja pemberontakan PRRI/Permesta, NU telah minta kepada peme­rintah, supaja segera mengambil tin­dakan tegas, demikian pula terhadap gerombolan Katosuwirjo”.

2) Dalam sambutan bertalian dengan ulang tahun partai NU, Menteri Agama K.H. Saifuddin Zuhri di Kramat Dja­karta, tanggal 8 Desember, menjatakan „bahwa partai Nahdlatul Ulama jang kini dikenal sebagai satu kekuatan besar jang memimpin perdjuangan ummat Islam Indonesia jang berkerumun disekeliling Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno dalam menjelesaikan tu- djuan revolusi kita mentjapai satu masjarakat adil dan makmur, oleh kaum kontra-revolusi dipandang sebagai kekuatan jang harus disingkirkan, difitnah, dipetjah-belah, dan digambarkan dengan tjara3 pemutar-balikan, agar kaum Muslimin dan rakjat Indonesia menaruh antipati terhadap partai Nah­dlatul Ulama”.

3) Banjak hal lain jang interessant diketahui dikemukakan oleh Menteri Agama dalam pidatonja, itu, misalnja dapat saja tjatat, bahwa NU setia kepada revolusi dan tiga minggu sebelum petjah pertempuran tanggal 10 November 1945 di Surabaja telah mentjetuskan „Resolusi-Djihad”, jang mengadjak pemerintah RI dan ummat Islam serentak mengangkat sendjata melawan imperialis Belanda dkknja; bahwa di- saat meradjalelanja demokrasi liberal dinegara kita, maka NU jang mentje- tuskan fikiran2 persatuan potensi na­sional dengan sembojan „Kerdjasama Islam-Nasional”, dengan gagasan untuk merumuskan „Pantjasila-Islam”; bahwa NU mendesak kepada Bung Karno, su­paja turun tangan dengan mengeluar­kan Dekrit 5 Djuli 1959, ketika timbul dead-lock dalam sidang Konstituante ; bahwa NU mengusulkan kepada Bung Karno, supaja memberi kedudukan amat tegas bagi „Piagam Djakarta” sebagai jang mendjiwai UUD ’45; bahwa setjara tradisionil partai NU telah mempraktekkan sistem demokrasi terpimpin sedjak 38 tahun jang lampau jaitu ia mempunjai susunan kepemim­pinan dalam tubuhnja jang terkenal dengan istilah Sjurijan dan Tanfizijah, hingga bagi warga partai itu sistem de­mokrasi terpimpin bukanlah barang baru. K.H. Saifuddin Zuhri mengambil pula kesempatan berpidato itu untuk membantah apa jang dikatakan orang diluar se-olah2 ada usaha „NU-nisasi” atau „P.S.I.I.-nisasi” atau „Parkindo- nisasi” dalam Departemen Agama.

Ada sebuah organisasi Islam lain jang memperingati ulang tahunnja jakni jang Ke-16 dan organisasi itu ia­lah Gabungan Serikat2 Buruh Islam Indonesia (Gasbiindo), jang dipimpin oleh Jusuf Wibisono SH. Dewasa mi Gasbiindo menaungi 6 serikat buruh dan serikat sekeraja, beranggotakan tidak kurang dari 1.115.452 orang kar- jawan buruh diseluruh Indonesia, mem­punjai 3 wakil di DPR-GR dan 6 wakil di MPRS, sedang ketua umumnja duduk sebagai anggota PB Front Nasional. Tangal 6 Desember Sekdjen Gasbiindo Wartomo Dwidjojuwono mengadakan konperensi pers di Djakarta dan disitu ia menjatakan dukungan penuh kepada susunan kabinet kerdja gaja baru be­serta tri-programnja. Gasbiindo berpen­dapat, bahwa guna dapat mengatasi keadaan sekarang ini, maka djalannja ialah menstabilisasikan moneter dan mengchiri inflasi sekarang ini, sehingga dengan demikian segala rent j ana eko­nomi, memperbesar produksi dll. dapat dilaksanakan dengan baik. Satu2nja golongan jang sangat mendermakan akibat inflasi ini ialah karjawan buruh, sebab gadji jang mereka terima tidak sesuai dan tidak seimbang dgn. har­ga barang2 jang beredar. Maka sudah saatnja pemerintah melakukan tindak­an2 moneter dengan mengadakan reva­luasi, hingga dapat mendjadi tingginja nilai rupiah kita, demikian Sekdjen Gasbiindo.

Kalau saja hendak menggambarkan- nja setjara berasahadja, maka dapat dikatakan, bahwa inflasi jakni „uang terlalu banjak, barang terlalu sedikit, harga terlalu tinggi” jang tampak ini dinegara kita disebabkan dua hal (1) deficit budget negara, (2) output atau produksi jang sedikit, dan penawaran barang jang sedikit. Def cit budget jang kini konon sudah berdjumlah kl. 80 miljard Rupiah disebabkan oleh (1) pengeluaran Negara terlalu besar, (2) penerimaan Negara terlalu sedikit. Output jang sedikit dan supply barang jang sedikit disebabkan (1) ongkos2 terlalu tinggi dibandingkan dengan penghasilan netto produksi, (2) neratja pembajaran matjet. Segala itu tali- menali, sehingga untuk mengatakan, bahwa harus diadakan revaluasi untuk mengatasi inflasi, barulah hanja me- njinggung salah satu aspek persoalan sadja. Ada pula jang berpendapat, bah­wa soal pertama jang harus di-„tackle” atau diselesaikan ialah mengurangi ke­tekoran dalam anggaran belandja nega­ra, tapi bagaimanakah mengerdjakan- nja, djika tindakan ini menjangkut ke­pentingan bagian2 tertentu daripada birokrasi ? Bersediakah misalnja bagian2 tertentu itu dikurangi anggaran belandjanja ? Dengan tidak menjebut- kan aspek2 lainnja, kiranja sudah dapat dikatakan, bahwa „obat” atau remedium jang diadjukan oleh Gasbiindo buat mengatasi keadaan sekarang ini jakni lewat tindakan moneter (revaluasi) belum memadai buat menjembuhltan sisakit. Namun betapa pun djua, patut disambut dengan baik usaha Gasbiindo buat mempersoalkan dikalangan ummat Islam Indonesia soal2 ekonomi-keuangan, jang begitu langsung menjangkut kehidupan rakjat se-hari2.

4) Djikalau mempersoalkan masalah ekonomi keuangan negara dan kehi­dupan ekonomi rakjat se-hari2 meng­hendaki jang lebih lengkap dan tidak selalu mudah mengerdjakannja, seba- liknja mempersoalkan bila dimulai Puasa dan Idulfitri lebih disukai tam- paknja seperti terbukti baru2 ini, tat­kala timbul heboh siapakah jang mem­punjai wewenang buat menetapkan permulaan Puasa dan Idul Fitri, Men­teri Agamakah atau Menko Kompar­temen Kesedjahteraan Rakjat. Ada or­ganisasi Islam jang menjatakan, bah­wa soal itu termasuk wewenang Men­teri Agama, ada pula jang mengatakan bahwa soal itu baiknja dibit j arakan oleh pertemuan alim ulama dan ahli ilmu pengetahuan jang diadakan tgl. 10 Desember atas inisiatif Menteri Penghubung Alim Ulama dan Menko Kesedjahteraan Rakjat. Menteri Agama achirnja telah menetapkan kebidjaksa- naan Departemen Agama dalam me­nampung perbedaan2 paham dalam masarakat tentang permulaan Puasa dan Ilulfitri. Soal ini tidak hendak saja perdalam lebih landjut. Hanjalah saja harapkan, bahwa soal ini d j angan­lah dihebohkan dan di-besar2kan diluar proporsi, sebab pada hemat saja di­bandingkan dengan soal „ru’jatul hi­lal”, „hisab” dll. soal mengganjang kemiskinan dan kebodohan dikalangan ummat Islam (untuk memindjam utjapan Menteri Agama di Medan) djauh lebih penting adanja dan se- sungguhnja kesinilah mestinja segala pikiran dan usaha harus dipusatkan.

Sebuah berita dari Medan menjata­kan. bahwa pada tanggal 5 Desember telah dimulai pengetjoran pertama Mesdjid Agung Sumatera Utara, jang terletak didjalan Tuanku Imam Bon- djol. Upatjara itu didahului dengan pembatjaan kitab sutji Al-Qur’an. Ga zali Hasan, ketua Front Muballigh Is­lam dan Panglima Kodam II kemudian memberikan sambutan dengan berkata antara lain: „Mesdjid ini ketjuali akan mendjadi tempat ibadah dan untuk mengagungkan nama Tuhan, djugamerupakan monumen dalam sedjarah Sumatera Utara chususnja, jang akan memberikan persaksian kepada anak tjutju kita, bahwa konon dalam per­mulaan tengah abad ke-20 ini di Su­matera Utara terdapatlah ummat Islam jang disamping giat mentjari nafkah djuga giat membangun bangunan jang besar dengan arsitektur jang moderen menurut zamannja”.

5) Achirnja sebuah berita dari Jogja mengatakan, bahwa disitu Menko Dr H. Roeslan Abdulgani bertempat digedung PPBI (Perserikatan Perusahaan2 Batik Indonesia) telah mengadakan kuliah umum didepan peladjar dan mahasiswa putera/puteri Muhammadijah, dengan dihadiri pula oleh PP Muhammadijah. Roeslan Abdulgani menegaskan, bahwa ia tidak setudju dengan pemisahan antara Islam kolot atau Islam moderen, karena sepandjang pengetahuannja Islam dengan adjar- an2nja disegala bidang, baik ketauhidan, keimanan, kemasarakatan, kenega­raan, maupun dalam ilmu pengetahuan adalah selalu moderen dalam arti kata Islam mendorong pengikut2nja untuk mengerti kepada tuntutan zaman dan ikut berdjuang supaja masarakat dan ummatnja madju, pandai dan tjakap memberikan djawaban2 jang tepat ke­pada tuntutan2 setiap zaman iu, sesuai dengan perintah2 Tuhan.

Selandjutnja Roeslan Abdulgani me­nerangkan tentang arti modernisasi dalam Islam „Modernisasi dalam Is­lam harus diartikan sebagai usaha mengadjak pengikutnja untuk selalu menjadari dalam sedjarah apa kita sekarang ini berada dan apa tuntutan2 zaman dan sedjarah sekarang. Berda­sarkan kesadaran itu, kita harus pan­dai dan tjakap untuk memberikan dja­waban jang tepat, sesuai dengan api adjaran2 Islam. Siapa jang tidak me­ngerti atau tidak mau mengerti ke­pada tuntutan zaman dan sedjarah, mereka itulah jang harus dianggap kolot atau tidak moderen”, demikian Roeslan Abdulgani.

Apa jang diutarakan oleh Menko Roeslan Abdulgani mengenai moderni­sasi dalam Islam itu, pada hakikatnja tidak banjak berbeda dengan penger­tian modernisasi jang selalu saja ke­mukakan dalam ruangan ini di-waktu2 jang lampau, jakni bahwa dengan memindjam definisi Prof. Cyril Black „modernisasi itu ialah suatu sikap djiwa, bahwa masarakat harus dan da­pat diubah dan bahwa perubahan atau transformasi masarakat itu diperlu- lan; selandjutnja bahwa perubahan jang dimaksud itu ialah mengubah masarakat tradisionil — agraris — feo­dal mendjadi masarakat modern — industriil — demokratis dan oleh ka­rena itu dibutuhkan konsentrasi usaha dan pikiran pada pembangunan eko­nomi; achirnja bahwa pembangunan ekonomi itu bukanlah suatu proses ekonomi se-mata2, melainkan djuga meliputi proses2 politik dan sosial”

Dalam kuliahnja itu Menko Roeslan Abdulgani menjatakan djuga kejakin- annja, bahwa seluruh barisan Muham­madijah jang berdjuang dibawah pandji2 reformisme dan modernisme da­lam gerakan Islam akan selalu meng­amalkan progressivitasnja adjaran2 Islam dan dipesankannja pula supaja mentjegah djangan sampai ada orang3 Islam terpelanting kebarian kolotisme 3. dan kontra-revolusi.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Al-Bahist Gema Islam, Madjalah Pengetahuan dan Kebudajaan Islam. No. 45, Th. II, Djakarta: Jajasan Perpustakaan Islam Pusat, 1964. hlm. 4-5.

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Sejarah, Th. 1964 dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar