Tengger Tegar dalam Diam


Rembulan pumama di atas kepala. Pujian Yadnya Kasada mulai mengalun indah, dibacakan dukun tertua masyarakat Tengger. Pujian dalam doa itu sebuah permintaan yang sederhana. Mereka hanya meminta keselamatan, dan mudah mencari nafkah. Ketika matahari menyingsing, mereka berangkat ke ladang dengan bekal secukupnya. Mereka dikaruniai lading-ldang subur dan bisa ditanami sepanjang tahun.

Dalam buaian alam lereng Gunung Bromo yang sejuk, mereka hidup dalam kedamaian. Kehidupan mereka memikat peneliti Robert W.Hefner. “Orang Jawa di pedalaman ini (Tengger) memiliki kepekaan sosial dan moral yang luar biasa, ” ungkap Hefner. Kepekaan itu mucul karena kesetiaan warga Tengger terhadap adat leluhurnya. Mereka juga percaya adanya karma yang dikenal dengan istilah walat. Maka, di Tengger nyaris tidak pernah ada kasus pencurian

Untuk mencapai kehidupan yang tenteram, masyarakat Tengger mematuhi larangan yang dikenal dengan malima (lima ” ma”), yaitu maling (mencuri), main (Judi), madct. (mengkonsumsi narkoba), minum (mengkonsumsi minuman keras/ mabuk-mabukan), dan madon( main perempuan/ pelacur). Mereka juga berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan pedoman walima, yaitu waras (sehat ), wareg (cukup makan), wastra (cukup sandang), wisma (memiliki rumah), dan wasis (bijaksana). Bila kelima aspek tersebut tercukupi, maka kehidupan mereka memang sudah terpenuhi.

Rasa persaudaraan merekajuga tinggi. Mereka mempunyai sesanti pancasetya (sumpah lima setia), yaitu setya budaya(mentaati budaya), setya wacana (satunya kata dengan perbuatan), setya semaya (menepati janji), setya laksana (bertangung jawab), setya mitra (setia kawan).

Dalam kehidupan sehari-ha-ri, mereka me-megang teguhpra-lima Uuga disebut kawruh Budha), yaitu prasaja (sederhana), prayoga (menunaikan kebajikan) pranata (taat pada pengu asa), prasetya (setia dan bertanggung jawab), dan prayitna (waspada). Secara kultural masyarakat Tengger sudah mempunyai pedoman hidup yang lengkap. Mereka tidak hanya baik terhadap sesama sukunya, tapi juga kepada semua orang.  Kesabaran masyarakat Tengger juga luar biasa, Ketika mereka harus memilih agama sebagai kelengkapan mengisi KTP, mereka dengan rela mengisi kolom agama itu Hindu atau Budha, sesuai dengan agama yang diakui Pemerintah. Alasannya , karena dua agama itu yang paling dekat dengan kepercayaan yang mereka anut, Mereka juga tetap setia kepada warisan leluhur, walaupun pengaruh dari luar semakin kuat menghimpit. Warga tengger tetap tegar, meski dalam diam.  TIO

Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur : Jatim News, Tabloid Wisata Plus, EDISI 20, 10-24  Oktober 2003, Tahun I

 

 

 

 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Wisata dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar