Situs Kedaton


Mengunjungi ‘Keraton Majapahit’ Situs Kedaton

Beberapa situs di Dukuh Kedaton, Desa Sentonorejo, Kec. Trowulan, diduga terkait erat dengan keberadaan Keraton Majapahit. Bahkan beberapa pihak meyakini, di tempat itulah pernah berdiri megah ‘Istana Merah’ kerajaan yang pernah berjaya pada abad 13-15 itu. Dalam bahasa Jawa, kedaton berarti istana atau keraton.

Selain itu, di Dukuh Kedaton pernah ditemukan umpak dan pasak batu. Pasak batu itu diduga tambatan gajah kendaraan raja. Di wilayah itu dipercayai temp at berkumpulnya para leluhur pada zaman Kerajaan Majapahit. Bahkan di Dusun Kedaton pula dibangun ‘Pendopo Agung’ Kodam Brawijaya karena di kira bekas Keraton Majapahit.

 

Prof Dr Slamet Muljana dalam buku Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit, mengungkapkan, diduga Dukuh Kedaton adalah bekas lapangan yang terbentang di muka benteng barat Keraton Majapahit. Kemungkinan dusun itu didirikan setelah keraton musnah.

Dalam Slamet Muljana itu digambarkan keindahan Keraton Majapahit Berdasarkan penulusuran dalam kitab Negara Kertagama.

Ia menggambarkan, Keraton Majapahit menghadap ke arah barat. Dimuka benteng ada lapangan sangat luas dikelilingi parit berisi air.

Digambarkan pula beberapa bangunan kenegaraan, seperti balai agung tempat para pembantu utama menghadap Sang Raja. Di tengah balai manguntur dilukiskan terdapat rumah kecil takhta tempat duduk raja (balai winata).

Sedangkan pendapat lain yang kebanyakan dianut para arkeologi meyakini kawasan Desa Sentonorejo sebagai bagian lokasi keraton. Sentorejo diduga adalah perubaban dari kata Santanaraja yang artinya sanak kadang

rajadiraja.

“Berdasarkan penafsiran terhadap kitab Negarakertagama, foto udara, dan ekskavasi, istana atau keratin Majapahit diduga letaknya di kawasan Sentonorejo,” ujar Umiyati Nurudin Shuqib, yang pemah menjabat Kepala Dinas Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Timur.

Dugaan letak keraton di Desa Sentonorejo diperkuat pula dengan temuan situs Sentonorejo. Situs tersebut ditemukan pada tahun 1982 setelah diadakan penelitian didapati peninggalan berupa lantai atau berbentuk ubin segi enam sekitar 1,8 meter di bawah permukaan tanah.

Lantai segi enam ini suatu bentuk yang sangat unik karena belum pemah ditemukan dalam penggalian-penggalian lainnya di situs Trowulan. Biasanya hanya kerakal dan batu bata segi empat.

Diperkirakan susunan lantai kuno ini merupakan peninggalan suatu situs pemukiman kuno yang bereirikan tipe bangunan prof an berupa rumah tinggal pada masa Majapahit. Diduga lokasi itu menjadi bagian dari ruang VIP keraton. Lantai segi enam ekskavasi di tahun 1985. Di kawasan itu juga ditemukan berbagai gerabah yang buatannya sangat halus dibandingkan dengan tempat lain.

Temuan lain yang juga menguatkan adalah adanya situs Candi Kedaton di Dusun Kedaton. Ada beberapa bangunan di situs itu. Bangunan pertama di timur laut (depan pintu masuk) yang merupakan bagian kaki sebuah bangunan. Di depan bangunan tersebut terdapat pula sebuah sumur kuno yang dikenal dengan Sumur Upas. Tidak ada yang berani membuka tutup sumur tersebut lantaran diduga mengeluarkan gas racun (upas).

Dilihat dari temuan bentuk struktur,: diperkirakan Candi Kedaton ini merupakan kompleks bangunan atau tempat tinggal. Artefak yang pemah ditemukan di sana antara lain fragmen tembikar atau gerabah, area terakota, area dari batu andesit, keramik asing, mata uang kepeng, emas, dan kerangka manusia.

Selain itu, di sebelah barat 200 meter dari kompleks Candi Kedaton terdapat peninggalan purbakala berupa umpak-umpak berukuran besar sebanyak dua puluh buah yang tersusun memanjang sejajar dan berorientasi timur-barat.

Situs Kedaton sendiri hingga kini masib misteri bentuknya. Sampai sekarang, para arkeolog be1um menemukan format dari situs Kedaton yang juga memiliki Sumur Upas itu.

Menurut Miskan, penjaga situs, beberapa bentuk bangunan situs itu diperkirakan berbentuk empat bangunan candi dengan sumur upas, makam Islam, mulut goa, dan • lorong rahasia.

“Candi yang berbentuk datar itu • diduga merupakan ruang  pertemuan, tapi di sudut selatan ada makamnya, sedangkan bentuk goa diduga sebagai tempat semadi (pertapaan), dan lorong rahasia diduga ruang pelarian,” ujar Miskan.

Candi Kedaton memiliki 33  buah panil reliefpada bagian kaki candi. Selain kisah Garudeya, beberapa panil menggambarkan kisah Arjunawiwaha dan Bhomakawya.Panil-panillainnya belum diketahui ceritanya.

Kisah Garudeya digambarkan dalam tiga buah relief. Dua buah relieftelah dipublikasikan oleh Bernet Kempers tahun 1959 dalam bukunya yang termashyur: Ancient Indonesian Art. Satu relief menggambarkan garuda membuka paruhnya lebar-lebar untuk memakan penduduk; satu relief lagi adegan garuda menghatur sembah kepada ibunya.

Tampaknya Candi Kedaton yang kecil itu memiliki daya tarik yang besar pada reliefreliefnya. Bernet Kempers memublikasikan dua buah relieflainnya yang menggambarkan kisah Bhomakawya. “A very emotional scene”, demikan komentar Kempers pada relief yang menggambarkan Samba, putra Kreshna, mengunjungi putri Yajnavati sebelum berkelahi dengan ten tara raksasa.

Selain Bernet Kempers, Balai Arkeologi Yogyakarta menganggap penting relief-relief Candi Kedaton untuk bahan kajian tentang fauna-flora dan jenis busana masa Jawa kuno yang digambarkan dalam relief. Seluruh panil relief didokumentasikan pada tahun 1997.

Penggalian situs Kedaton yang dilakukan ‘sejak 1996 itu memang belum selesai hingga sekarang. Ini karena para arkeolog masih mencari keterkaitan dari empat bentuk bangunan yang ada. Penggalian mencapai kedalaman 80 cm di bawah permukaan tanah, sehingga diduga merupakan lorong rahasia. (bdh,berbagai sumber)

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

Artikel dinukil Tim Pusaka Jawatimuran  dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:  Derap Desa, Edisi XXX April 2010, hlm. 46

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Mojokerto, Sejarah, Wisata, Wisata Sejarah dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar