Ki Terik.1, Kabupaten Lamongan


Latar belakang , Upacara Tradisional Mendhak/ Nyanggring di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan , Propinsi Jawa Timur.

Ki Terik adalah merupakan tokoh pertama atau cikal bakal masyarakat Desa Tlemang. Beliau masih termasuk keluarga raja Mataram. Mengenai siapa sebenarnya Ki Terik itu dan bagaimana ia dapat sampai di Desa Tlemang, menurut keterangan warga ma­syarakat Desa Tlemang ada dua versi. Pertama, keterangan dari sebagian warga masyarakat Desa Tlemang yang mengatakan bahwa Ki Terik itu dahulunya bernama Raden Nurlali. Beliau me­ninggalkan Kerajaan Mataram karena merasa tidak senang adanya campur tangan Belanda terhadap pemerintahan Kerajaan Mata­ram.

Dalam pengembaraannya ini Raden Nurlali menuju ke Jawa Timur, mengabdi dan berguru kepada Sunan Giri di Gresik. Sete­lah beberapa waktu berguru dan ia dipandang cakap oleh Sunan Giri, maka Raden Nurlali diberi tugas untuk menyebarkan agama Islam di daerah Lamongan bagian barat daya. Di samping menyebarkan agama, Raden Nurlali oleh Sunan Giri juga diberi tugas untuk memberantas brandal atau perampok yang mengganggu keamanan dan ketentraman daerah Lamongan. Brandal atau perampok-perampok itu umumnya bersembunyi di daerah Lamongan bagian barat daya yang sekarang dikenal dengan Desa Tlemang.

Dalam melaksanakan tugasnya ini, Raden Nurlali oleh Sunan Giri (Sunan Prapen) diberi senjata atau pusaka andalan yaitu Sanggruk Semalang gandring. Dengan bekal pengetahun dan sen­jata/pusaka yang didapat dari Sunan Giri itu, ternyata memper­mudah tugas Raden Nurlali. Dalam waktu yang relatif singkat, Raden Nurlali dapat dikatakan berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, terutama dalam hal menegakkan ketenteraman dan membrantas kejahatan di ‘daerah Lamongan bagian barat daya. Semua brandal-brandal yang bersembunyi di daerah ini, satu persatu dapat ditundukkan oleh Racjen Nurlali. Bahkan oleh war­ga masyarakat daerah ini Raden Nurlali kemudian diangkat menja­di pemimpin mereka.

Raden Nurlali memang termasuk orang yang terkenal dan di­anggap sangat sakti oleh warga masyarakat di daerah Lamongan bagian barat daya. Beliau selain memiliki pusaka andalan Sang­gruk Semalang Gandring, juga masih mempunyai pusaka andalan yang lain, yaitu berupa tongkat wasiat yang diberi nama Wulung Gading. Tongkat ini jika ditancapkan pada tanah dapat tumbun daun yang muda (terik/tukul). Bahkan ada yang menceriterakan bahwa kesaktian Raden Nurlali dapat menumbuhkan daun muda itu tidak hanya terbatas pada tongkat wasiatnya saja. Beliau juga dapat menumbuhkan daun muda pada setiap kayu yang sudah ke­ring, jika kayu itu ditancapkan ke dalam tanah. Oleh karena itu­lah kemudian dan sampai sekarang Raden Nurlali dikenal dengan sebutan Ki Terik.

Keberhasilan Raden Nurlali dalam menegakkan ketentraman dan membrantas kejahatan itu tentu saja sangat menyenangkan Sunan Giri. Sebagai penghargaan jasanya, kemudian Raden Nurlali diangkat menjadi pemimpin masyarakat Desa Tlemang. Untuk meresmikan pengangkatannya itu, maka secara formal diadakan Upacara Wisuda. Upacara wisuda ini dihadiri oleh Sunan Giri IV (Sunan Prapen), para pejaat yang lain, dan para tamu yang terdiri dari sahabat-sahabat Raden Nurlai atau Ki Terik.

Untuk menghormat para tamu dan khususnya Sunan Giri beserta para pengikutnya, maka Ki Terik mengerahkan warganya untuk menyajikan masakan yang dibuat secara sederhana dari hasil daerah setempat dengan bumbu seadanya. Bahkan yang memasak – pun hanya orang laki-laki saja. Kegiatan Wisuda inilah oleh masya­rakat setempat diberi nama selamatan Sanggring yang dileluri sampai sekarang. Perlu ditambahkan di sini bahwa Raden Nurlali yang kemudian dikenal Ki Terik itu mempunyai dua orang saudara seperguruan. Masing-masing dari saudara seperguruannya ini juga dikenal me­miliki kesaktian. Tetapi antara yang satu dengan yang lain, kesak­tiannya itu sangat berbeda. Yang satu dapat menciptakan api, se­hingga ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan atau nama Ki Bromogeni. Sedangkan yang satunya lagi dapat menciptakan sum­ber air, sehingga ia lebih dikenal dengan sebutan atau nama Ki Ngembes dan juga ada yang menyebut Ki Bromogedali.

Mengenai tempat kedudukan kedua orang saudara sepergu­ruan Raden Nurlali atau Ki Terik ini ialah Ki Bromogeni di Nyungyang dan Ki Ngembes (Bromogedali) di Ngembes. Sampai sekarang kedua desa tersebut masih ada dan leaknya tidak terlalu jauh de­ngan desa Tlemang. Bahkan warga masyarakat ketiga wilayah desa itu sampai sekarang masih merasa terikat sebagai saudara atau sa­habat yang akrab.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Upacara Tradisional Mendhak/ Nyanggring di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan , Propinsi Jawa Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Th. 1991, 33-35

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Lamongan, Legenda, Th. 1991 dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar