Surabaya Tahun 1850 Belum Ada Penerangan Jalan


Penerangan Jalan di Surabaya Belum Ada pada Tahun 1850, Yang Jalan pada Malam Hari Harus Bawa Obor

Surabaya Terang002DI sekitar tahun 1850 di daLam kota Surabaya belum ada penera Agan jalan. Pada wak­tu itu penerangan jalan belum diperlukanwarga kota pada umumnya pada malam hari tinggal di rumah saja. karena di luar rumah pada malam hari toh tidak ada apa-apa. Apabila 0rangBelanda ingin pergi ke suatu penemuan maka ia menyuruh budaknya berjalan mendahuluinya dengan membawa sebuah lampu dan menunjukkan jalannya,

LAMPU UBLIK

Lain halnya dengan orang orang pribumi yang perlu jalan pada malam hari di kota Sura baya; orang-orang pribumi yang jalan di jalan umum pada malam hari diharuskan membawa penerangan, misalnya membawa obor atau upet (= sobekan dari mangcung-kelapa yang biasanya digunakan untuk menyala kan rokok). Ketentuan Pemerintah Belanda setempat ini baru dihapuskan pada tanggal 1 Maret 1864.

Baru pada tahun 1858 pihak Pemerintah Belanda di Surabaya menyelenggarakan penerangan jalan dalam bentuk lampu-lampu ublik yang menggunakan minyak kelapa.

Pelaksanaan menyelenggarakan penerangan jalan di kota Sura baya itu diserahkan kepada- seorang, pemborong Cina yang untuk itu ia menerima biaya 230 Gulden untuk satu bulan. Di samping uang 230 Gulden itu si pemborong juga mendapat bantuan berupa tenaga manula, yakni 20 orang hukuman karena Pelanggaran peraturan-peraturan.

Polisi yang bertugas menya­lakan dan mematikan lampu- lampu di jalan-jalan itu dan juga membersihkannya tiap hari Pada tahun 1863 kontrak dengan pemborong Cina itu dinyatakan hapus oleh pihak Pemerintah Belanda setempat, karena di anggap untungnya pemborong itu terlalu banyak.

LAMPU MINYAK TANAH

Setelah pelaksanaan penye lenggaraan penerangan jalan dengan lampu-ublik dihentikan, maka Pemerintah Belanda setem pat pada tahun 1864 mencoba untuk menggunakan lampu-lampu dengan minyaktanah un tuk penerangan jalan di kota  Surabaya.

Surabaya Terang001Dalam rangka proyek ini telah dibeli ratusan buah lampu yang menggunakan minyak-tanah dengan harga 2.500 Gulden.  Jumlah lampu yang  di dapat dari pembelian sebesar 2.500 Gulden itu ternyata tidak mencukupi untuk menerangi se luruh kota Surabaya tempat-tempat seperti Simpang, Kayun, Kaliasin, Keputran, Embong Malang dan Kupang belum mendapat  bagian lampu dan padfl malam hari tempat-tempat itu tetap berada dalam keadaan gelap

Pelaksanaan penyelenggara an penerangan jalan yang ke dua ini juga diserahkan kepada seorang pemborong. Pemborong yang baru ini orangnya memang cukup kreatip; ia berhasil men­cintakan lampu dengan bran der (mulut-api) yang banyak yang diberi nama “1000 bran dor

‘ Sekonyong-konyong pada tang gal 2 April 1867 pemborong itu menghentikan penerangan jalan yang penyelenggaraannya dise rahkan kepadanya, karena pena gihan biayanya dari pihak Porno lintah setempat sulit sekali. “iTnk ada uang, ‘tak ada pene rangan”, katanya.

Dalam rangka usaha rnenga tasi keadaan itu, Kesiden Sura baya membuat siirat-edaran untuk mengumpulkan dana un tuk membiayai suatu sistem pe nerangan jalan di kota Surabaya. Ternyata hasilnya hanya 307,25 Gulden, jumlah mana dengan sendirinya tidak cukup untuk „membiayai suatu sistem pene rangan jalan yang baik.

PENERANGAN GAS

Baru pada tahun 1877 di Surabaya diadakan persiapan untuk membangun sebuah pabrik gas di Gembong, setelah dari Pemerintah Belanda di Rotterdam di dapat suatu konsesi untuk mendirikan sebuah pabrik gas oleh pihak Nederlandsch –Indische Gas Maatschappij. Dan baru pada tahun 1879 pemasangan pipa-pipa gas di kota Surabaya sele sai dikerjakan. Pada bulan September 1879 pabrik-gas mulai menyalurkan gasnya ke rumah-rumah untuk penerangan di rumah-rumah.

Baru pada tahun 1881 lampu-lampu gas di jalan-jalan di kota Surabaya menyala. Pada tahun 1920 di kota Surabaya terdapat 1709 buah lampu-gas di jalan- jalan dan tempat-tempat umum lainnya.

Pada tahun 1923 penerangan di jalan-jalan dengan lampu- lampu gas diganti dengan lampu-lampu listrik.

Disadur dari: Oud Soerabaia, R. Singgih. Redaktur Jawa Pos. Jawa Pos Nopember 1982, hlm. III, kol. 1

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Sejarah, Surabaya, Th. 1982 dan tag , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar