Dharmawangsa


Kelanjutan kisah terdahulu, ternyata banyak raja-raja taklukan yang tidak bersedia mengakui kedaulatan Galuh Watu sebagai penerus syah kerajaan Mataram, yang telah musnah karena lahar Merapi. Oleh sebab itu raja Galuh Watu Shri Makutthawangsawardhana berkehendak akan menyatukan kembali para raja yang ingin terlepas dari kekuasaan Mataram Galuh Watu.

Sehubungan dengan itu, maka lamaran Shri Warmadewa raja Singhadwala dari Bali, yang ingin menikahkan putranya yang bernama Udhayana dengan putri Shri Maku tbawangsawardhana yang bernama Mahendradatta, diterima dengan senang hati.

Segeralah dilaksanakan upacara pernikahan atas kedua putra-putri raja tersebut. Watu selesai, temanten berdua diboyong ke keraton Singhadwala untuk dinobatkan sebagai raja di Bali. Shri baginda Makuthawangsawardhana sangat gembira mendengar bahwa putrinya telah dinobatkan sehagai raja di Singhadwala. Terasa agak longgar bebannya, sebab dapat dipastikan bahwa para raja di daerah timur tidak akan berusaha lepas dari kekuasaan Galuh Watu Mataram.

Mahendradbata – Udhayana, yang bernama Shri Erlangga. Pada waktu yang telah direncanakan, dilangsungkanlah pernikahan agung antara Shri Ishana Dharmapadni dengan Erlangga.Ternyata berlangsungnya pernikahan agung tersebut diterima dengan sakit hati oleh Shri Haji Wura Wari raja taklukan dari negeri Wura Wari Bang. Shri Haji W ura Wari merasa terhalangi maksudnya untuk mempersunting sekar kedaton. Hal itu berarti pula bahwa cita- citanya untuk menduduki singgasana Galuh Watudikelak kemudian hari juga gagal.

Oleh sebab itu. saat berlangsungnya pernikahan adalah saat yang tepat untuk membalas sakit hatinya. Lebih-lebih banyak para andalan yang ditugaskan ke negeri seberang lautan, maka tanpa pemberitahuan terlebih dahulu Shri Haji Wura Wuri dengan pasukannya menggempur kerajaan Mataram Galuh Watu. Shri Darmawangsa yang sama sekali tidak menduga datangnya musuh dari Wura Wuri, tidak siap menghadapi serangan yang demikian tiba-tiba. Pada akhirnya, karena jumlah pasukan penyerang jauh lebih banyak dibanding jumlah para pengawal istana, Shri Dharmawangsa pun gugur di medan laga.

Keraton Mataram Galuh Watu dibakar, sejauh mata memandang yang nampak adalah lautan api yang mengganas mengerikan memusnahkan segala tatanan kehidupan yang diatas bumi Galuh Watu. Hanya putra menantu raja Shri Erlangga dengan istrinya berhasil lolos dari kasatrian, masuk hutan belantara diiringi oleh seorang senopati kepercayaan yang bernama Mpu Narotama.

Demikianlah kisahnya apabila dirumuskan dalam untaian lagu dan tetembangan, Dhandanggula, Durma, Pangkur, Asmaradana.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: RM. Budi Udjianto, HN. Banjaran Kadiri, Kediri: Pemerintah Kota Kediri, 2008

 

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Kediri, Kediri [Kota], Legenda, Th. 2008 dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke Dharmawangsa

  1. ada ajah dech berkata:

    mas admin pernikahan erlangga putri mataram itu pas posisi kerajaan mataram (medang) ada dmn??saya lagi tertarik mempelajari sejarah maospati, mungkin ada referensi yang bs dipercaya termasuk peta posisi desa sblm belanda masuk… bs cr dmn?suwun

Tinggalkan komentar