Babad Mas Sepuh


  1. Sang penyair menyatakan pujiannya kepada Siwa, memohon pengampunan, rahmat dan restu: semoga ia dijauhkan dari segala kejahatan, segala penderitaan, segala dosa; semoga dia dan kerabatnya mendapatkan kebahagiaan, umur panjang dan kemakmuran.
  2. Pangeran Danureja, yang telah menjadi raja Blambangan sesudah lama bertapa, mempunyai anak: Pangeran Menak Jingga yang biasanya dinamakan Pangeran Mas Sepuh¹.
    ¹Jadi nama resmi anak Danureja memang Pangeran Menak Jingga (Pangeran Jingga dalam Babad Wilis). Adapun nama lainnya, Pangeran Mas Sepuh, hanya dipakai oleh orang Bali. Akan tetapi perlu dicatat bahwa ada nama Mas Ayu Sepuh yang ditambahkan dalam salah salu versi gancaran Babad Tawang Alun pada nama Mas Ayu Rahinten, yaitu adik dari Mas Ayu Nawangsasi (isteri Danuningrat). Mungkinkah Danuningrat beristerikan kedua kakak beradik?
  3. Pada tahun 1520 Saka (dengan sangkala nora tinghal bhuta sasih) [yaitu 1598 M], Blambangan ditaklukkan oleh Ki Gusti Nglurah Panji Sakti, raja Singaraja, yang kemudian menghadiahkannya—bersama negeri Jambrana [Bali Barat]—kepada Raja Mangwi, Gusti Agung Dhimadhe. Gusti Agung Dhimadhe lalu dinamakan Gusti Nglurah Agung Sakti dari Blambangan [dalam babad Mas Sembar, ia diberi nama Cokordha Blambangan].
  4. Pangeran Danureja, setelah menjadi bawahan dari Raja Mangwi, memperisteri seorang wanita dari Kapal (Bali), saudara Nglurah Anom. Anak mereka, Mas Sirna, yang juga dinamakan Pangeran Mas Wilis, nanti akan menjadi patih dari Mas Sepuh.
  5. Pangeran Danureja wafat, begitu juga adiknya perempuan¹. Ia diganti oleh Mas Sepuh. Adik Pangeran Mas Sepuh, Pangeran Mas Wilis, diangkat menjadi patih. Akan tetapi hubungan mereka tidak rukun dan Pangeran Mas Wilis diberhentikan dari jabatannya. Wilis pergi ke Bali dan memberitahukan kepada Raja Mangwi bahwa Blambangan mau memberontak². Maka Mangwi mengutus Gusti Nglurah Ktut Kabakaba, diiringi Si Kuta Bathak³, untuk memanggil Pangeran Mas Sepuh ke Mangwi. Pangeran Mas Sepuh mematuhi perintah Raja Mangwi4.
    ¹Dalam silsilah Babad Sembar (BS) atau Babad Tawang Alun (BTA) tidak ada disebut Danureja mempunyai adik perempuan. Yang disebut ialah kakak perempuannya yang bemama Mas Ayu Tawi (BS) atau Mas Ayu Surabaya (BTA). 
    ²Menurut BTA (vii, 12-18) Wilis tidak meninggalkan Blambangan, tetapi bertapa di pantai selatan dan tetap setia kepada kakaknya. Menurut Babad Wilis (BW) (i, 18-48), Wilis meninggalkan keraton tetapi tidak ditegaskan ke mana perginya; dan meskipun kakaknya itu selalu menanyakan beritanya, ia mencurigai Wilis.
    ³Kuta Bathak ini barangkali sama dengan tokoh yang bernama Kutha Bedhah dalam BW (vii, 8).
    4Dalam BTA (viii, 27-35), begitu pula dalam BW (viii, 18-39), Danureja tidak sendiri pergi ke Bali, tetapi ditemani oleh adiknya, Wilis.
  6. Namun setibanya di Bali, iatidak berhasil menghadap. Ia disuruh menetap di Tgal Balumbungan, sebuah desa yang sudah ditinggalkan penduduknya sejak ditaklukkan oleh Bkis. Jadi bersama isteri, anak dan pengikutnya, ia pergi ke desa itu dan membangun puri Tanah Ayu, sedangkan pengikutnya membuat rumah-rumah untuk mereka sendiri.
  7. Tidak selang beberapa lama Raja Mangwi yang khawatir itu melarang hambanya untuk mengunjungi desa Balungbungan atau berdagang kesana.
  8. Gusti Agung Kamasan Dhimadhe diam-diam memberi makanan kepada Pangeran Mas Sepuh dan pengikutnya. Lama-kelamaan Raja Mangwi mengetahui hal itu. Maka Pangeran Mas Sepuh disuruhnya pindah ke desa Munggu, setelah penduduk dilarangnya memberi makanan apa pun.
  9. Maka Pangeran Mas Sepuh mengerti bahwa Raja Mangwi menghendaki kematiannya. Kepada pengikutnya ia bertanya siapa bersedia mengikutinya ke dunia akhirat. Semua berdiam diri kecuali tiga orang yang ingin mengiringinya.
  10. Pada suatu hari, waktu masih di pura Hyang Api, Pangeran Mas Sepuh membakar jagung dalam sarungnya dan dengan demikian menunjukkan kesaktiannya. Parapengikutnya terkesan sekali, lalu ingin menyerbu desa Kaba Kaba. Namun Pangeran Mas Sepuh menahan mereka karena perbuatan demikian dapat membahayakan diri mereka. Kata-kata Pangeran Mas Sepuh menenangkan mereka. Dan sampai sekarang masih ada pura yang bernama Pari Purna di Kaba Kaba.
  11. Sebelum mengungsi ke desa Seseh, Pangeran Mas Sepuh masih memberi nasihat kepada mereka yang akan ditinggalkannya:  hendaknya mereka tetap setia pada kebangsawanan leluhur mereka, sebab di sanalah kebahagiaan mereka dan mereka bebas dari marabahaya. Orang-orangnya, kecuali ketiga yang sudah disebut di atas, menyebar menetap di desa-desa lain dan [keturunannya] tinggal disana sampai sekarang.
  12. Di Seseh pun Pangeran Mas Sepuh pagi dan sore diberi makanan secara tersembunyi oleh I Karsi. Melalui I Karsi ini ia menghadiahkan kepada Gusti Agung Kamasan Dhimadhe, kepada Sahibang Sri Jati, kerisnya yang bernama I Baru Sangkali, tombaknya Si Barong, cincinnya Manduka Ijo dan tempat sirihnya, begitu juga rumahnya di Tanah Ayu.
  13. Keesokan harinya muncullah penduduk Munggu dan Seseh untuk membunuh Pangeran Mas Sepuh di pantai Seseh. Sebelum meninggal, Pangeran Mas Sepuh berkata dengan nada mengeluh supaya anak buahnya menghadapi penduduk Munggu dan Seseh dengan berani. Lalu sambil mencabik-cabik destarnya, Pangeran Mas Sepuh mengutuk Mangwi: seperti destar ini, Mangwi akan tercabik-cabik, juga Raja Mangwi yang akan dibinasakan oleh musuh sampai dengan keturunannya yang ketujuh.
  14. Mas Ayu Nawangsasi, isteri Pangeran Mas Sepuh, dan ketiga anaknya terpaksa pulang ke Blambangan.
  15. Tidak lama sesudah mereka kembali, tujuh tahun sesudahnya, Blambangan memberontak terhadap Mangwi dan minta pertolongan Kumpeni. Gusti Nglurah Ktut Kaba-Kaba dan para arya Mangwi dibunuh oleh orang Blambangan, oleh Mas Una dan Mas Anom, dibantu orang Inggris dan Kumpeni.
  16. Pangeran Mas Wilis yang tidak mengetahui kematian mereka, pulang ke Blambangan. Akan tetapi ia tidak diperbolehkan penduduk masuk rumahnya yang mereka kepung. Pangeran Mas Wilis dapat lolos dan malam harinya menyeberangi laut pulang keBali. Tak lama kemudian ia wafat.
  17. Setelah mendengar kematian Gusti Ngurah Ktut Kaba Kaba dan arya-aryanya, Raja Mangwi menugaskan Pangeran Tangkas untuk mengepung Blambangan. Orangnya banyak ditawan dan Pangeran Tangkas terpaksa mundur ke Mangwi.

Materi di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit-Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Winarsih Partaningrat Arifin, Babat Blambangan: naskah dokumen nusantara Seri X, Yogjakarta: Bentang Budaya, 1995. hlm. 127-130.

Terkait:

Tentang Pusaka Jawatimuran

Semua tentang Jawa Timur
Pos ini dipublikasikan di Banyuwangi, Sejarah dan tag , , , , , . Tandai permalink.

3 Balasan ke Babad Mas Sepuh

  1. anksingparan berkata:

    Sejarah yang diluar pakem sebenarnya dan telah dibengkokan serta tokoh-tokoh yang ada tidak pada jamannya dan fiktif, Wong Blambangan tidak pernah tunduk pada siapapun bahkan pada Kompeni. Blambangan ihwal terbentuk terdiri dari sanak keluarga kerajaan-kerajaan dan satria yang mengalah, dan tersingkir dari beberapa sanak keluarga kerajaan yang ambisius untuk menjadi raja (Osing-mengasingkan diri). Blambangan tidak pernah dijajah atau menjadi jajahan kerajaan jawa lainnya bahkan tidak pernah menjadi wilayah kekuasaan kerajaan manapun di nusantara. Tetapi dendam saudara yang telah menjadi raja belum cukup karena masih ada pesaing untuk tahta berikutnya, maka dihibahkanlah Blambangan yang bukan menjadi kekuasaannya kepada Belanda, sampai sang rajapun berhutang beribu ribu peti/kati Gulden kepada Ratu Welhemina untuk menaklukan Blambangan hingga diberlakukannya Genosida/pembantaian etnik/etnis Blambangan bersama-sama pasukan pribumi (jateng dan madura), untuk menghilangkan Trah keturunan asli. Pembantaian penduduk dari 40.000 jiwa menjadi kurang lebih 8.000 jiwa yang tercerai-berai di beberapa daerah. dan sebagai antisipasi untuk hal-hal yang tidak di inginkan dimasa mendatang didatangkan penduduk dari wilayah yang Pro terhadap Raja. Yakni dari Madura sepanjang daerah pesisir : Pasuruan-Situbondo-Bondowoso, Wonosobo, dll ; Dan daerah Banyuwangi, Genteng, Srono dan daerah selatan kebanyakan didatangkan penduduk dari Solo, Surakarta, Blitar, dll (dialek berbahasa yang berbeda dan berdasarkan cerita para pinisepuh/sesepuh). Mereka diberikan hadiah wilayah sebagai hadiah telah turut membantu dalam proses pembantaian tersebut…Dan untuk menutupi hal tersebut Blambangan dibumihanguskan, kerajaan diratakan, penduduk dibasmi karena dianggap membelot raja….bahkan agar tidak dikenang anak-cucu mereka ceritapun dibengkokkan untuk mendapatkan nuansa image berbeda serta untuk menghapus memory bahwa genosida itu prakarsa saudara kita sendiri….hingga sekarangpun perebutan kekuasaan masih terjadi tidak secara langsung…Wallahuallambisawabb

    • dewa berkata:
      Saya setuju dengan tulisan anda. saya sendiri dari sekian banyak keturunan raden mas willis yang wafat di bunutin bangli. blambangan tidak pernah di taklukan oleh kerajaan manapun. sejarah sengaja di bengkok kan untuk menutupi kejam nya belanda dan para raja2 nusantara pada waktu itu untuk membumi hangus kan dan membantai dan genoicida penduduk dan raja blambangan sampai ke akar2 nya. bahkan di bali sendiri ada surat edaran dari gubernur voc, dimana dan kapan pun jika menemukan penduduk blambangan, harus di bunuh, karna di anggap sebagai pelarian.dan yang pro belanda hidup mapan. blambangan tidak pernah tunduk dengan penjajah. dan raden mas sepuh bukan lah wali pitu. karna dia bukan penyebar agama islam. blambangan adalah kerajaan hindu dan benteng hindu terakhir di pulau jawa. minak jinggo di bikin kurang bagus, dan damarwulan di bikin baik, itu adalah salah satu dari pembengkokan sejarah yang di lakukan oleh mataram. mataram, surakarta dan raja lain nya tidak pernah menaklukan blambangan. bahkan termasuk majapahit. tapi mataram menyerahkan dan mengaku2 kalau blambangan sudah di taklukan. dan menyerahkan blambangan kepada voc. dari 80.000 penduduk blambangan, setelah genoicida hanya sisa 8.000 penduduk blambangan. dan bangsaku bangsa blambangan, dan klan ku klan blambangan, harus 2 kali mengalami genoicida. pertama di lakukan oleh voc dan demang maupun raja raja di nusantara maupun saudara sendiri seperti madura dan lain nya. yang ke dua penghilangan paksa oleh pemerintah indonesia saat pembunuhan dukun santet. padahal tidak ada yang menyatet atau lain sebagainya. dimana yang terbunuh adalah yang kontra dengan pemerintah yang pro dengan barat. suatu saat orang yang menghancurkan klan ku akan mendapatkan jauh lebih sakit dari rasa sakit dan penderitaan yang di dapat oleh rakyat blambangan.</div.
      • Komang Parmaya berkata:

        Saya sangat tertarik dengan tulisan di atas,saya memiliki kaitan sejarah langsung dengan Ida Mas sakti/mas sepuh karena dari dulu leluhur saya sudah menyungsung kampuh milik beliau,tapi belakangan ini terjadi Konplik/perpecahan di keluarga besar saya,sebagian dari keluarga saya ada yang mempercayai garis keturunan langsung dari puri bunutin,,dan sebagian masih mempercayai dari seseh di karenakan telah menyungsung kampuh itu,

Tinggalkan komentar